Kerinduan 6

44 2 0
                                    

CHAPTER 95: KERINDUAN (6)

[Warning: R-18!]

LAN WangJi mengabaikan dia. Matanya masih terpaku pada Wei WuXian seolah takut dia akan kabur apabila dirinya berkedip sekali saja.
Wei WuXian beralih mengulurkan tangannya untuk menutup mata Lan WangJi, dan Lan WangJi pun membenamkan separuh wajahnya ke dalam air, meniup-niup serangkaian gelembung.
Wei WuXian tertawa sambil mencubit lembut pipinya, "Er Gege, berapa usiamu?"
Dia menyambar kotak sabun dan kain di sebelahnya kemudian mengusap wajah Lan WangJi dengan gerakan menurun. Di tengah-tengah mengusap wajahnya, tiba-tiba saja tangannya berhenti bergerak.
Lan WangJi sudah melepas ikat rambut dan pita dahinya sendiri sehingga rambutnya tergerai dan menutup bagian atas tubuhnya. Namun kini, setelah dia memindahkan rambut hitam dan basah Lan WangJi ke belakang pundak dan mulai menggosok bagian dadanya, tiga puluhan bekas cambuk kedisiplinan dan luka bekas cap besi di dadanya kini terlihat jelas.
Wei WuXian menarik kain itu dan berpindah ke punggung Lan WangJi.Bekas cambukan itu merambat dari punggung Lan WangJi menuju ke bagian dada, pundak, lengan, terpampang di kulit putih dan halus itu.
Luka-luka yang mengerikan ini, entah gelap atau terang, sudah menghancurkan apa yang bisa disebut tubuh sempurna seorang lelaki.
"..."Wei WuXian tiba-tiba membisu.
Dia mencelup kainnya ke dalam air dan menyusuri bekas luka cambuk itu.Pergerakannya teramat lembut, seolah tidak ingin menyakiti Lan WangJi meskipun luka itu sudah begitu lama dan tidak akan terasa sakit lagi. Dan bahkan seandainya itu luka baru, Lan WangJi pasti tidak akan menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kelemahannya, bahkan di saat-saat paling menyakitkan sekalipun.Wei WuXian sungguh ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya bagaimana Lan WangJi bisa memperoleh bekas luka ini. Di Sekte GusuLan, orang yang memiliki wewenang untuk menghukum Lan WangJi seperti ini hanyalah Lan XiChen dan Lan QiRen. Sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai kakaknya-orang yang paling dekat dengannya; atau pamannya-sosok yang sudah seorang diri membesarkannya dan menaruh kebanggaan yang begitu besar padanya, sanggup melakukan tindakan sekejam ini?
Tanda cap Sekte QishanWen, juga pertanyaan yang selalu Wei WuXian simpan dalam benaknya, pertanyaan yang paling ingin dia tanyakan-HanGuang-Jun, seperti apa aku dalam benakmu?
Namun setiap kali ingin mengatakannya, Wei WuXian selalu saja menemukan sesuatu untuk menepis pemikiran itu. Misalnya saja, mungkin dirinya tidak boleh terlalu bersemangat dan menanyakan itu setelah bermain-main dengan Lan WangJi begitu lama; atau dia tidak boleh bertingkah terlalu santai, sebaiknya bertanya setelah mereka berdua duduk dengan benar; atau mungkin perkataan saat mabuk itu tidak bisa dipercaya.
Mengesampingkan segala alasan itu, Wei WuXian tahu benar alasan yang sesungguhnya.Barangkali karena dirinya takut. Dia takut mendengar jawaban yang berbeda dari yang diharapkan.
Mendadak Lan WangJi membalik badan dan meliriknya. Wei WuXian akhirnya tersadar bahwa pikirannya sudah mengembara terlalu jauh saat dirinya menggosok punggung Lan WangJi yang seputih salju itu-yang kini sudah memerah seakan-akan ada yang baru saja memukulnya.
Wei WuXian mengira lirikan Lan WangJi padanya berarti dia tidak puas dengan pekerjaan Wei WuXian, sehingga dia pun langsung berhenti, "Maaf, maaf. Sakit tidak?"
Lan WangJi tidak mengucapkan apa pun, hanya menggelengkan kepala. Melihat Lan WangJi bungkam dan masih duduk di dalam bak mandi dengan patuh, Wei WuXian pun merasa agak menyesal. Dia mengulurkan jarinya dan mengusap dagu Lan WangJi untuk membuatnya nyaman. Bahkan dagu saja tidak cukup.
Jari Wei WuXian terasa gatal, dia ingin mencolek otot perut Lan WangJi.
Namun belum sempat dia melakukan itu, pergelangan tangannya sudah ditangkap Lan WangJi.
Suaranya begitu rendah, "Jangan sentuh aku."
Ada tetesan air bening yang masih hinggap di bulu mata dan sosok rupawannya. Ekspresinya tampak dingin, tapi sorot matanya begitu membara.
Malam ini Wei WuXian sudah melakukan banyak hal sembrono pada Lan WangJi.
Dia sudah lama terbiasa melihat Lan WangJi membiarkan dirinya berbuat apa pun yang dia inginkan sehingga saat dihentikan dengan begitu mendadak seperti ini pun dia masih berani berujar, "Kenapa tidak boleh?
Bukankah kau sudah membiarkanku menyentuhmu begitu lama?"
Bibir Lan WangJi mengatup rapat, tidak menjawab, entah sedang marah atau tidak. Melihat itu, Wei WuXian pun sedikit merasa bersalah, "Baiklah. Aku tidak akan menyentuhmu lagi. Mandilah sendiri."
Usai berujar begitu, Wei WuXian melempar kain yang dia pegang dan hendak melangkah pergi. Namun Lan WangJi tidak hanya menolak membiarkannya pergi, bahkan genggamannya di pergelangan tangan Wei WuXian pun makin mengencang.
Lan WangJi memerintah, "Jangan pergi."
Wei WuXian berjuang keras supaya lepas tapi tetap tidak bisa. Dia pun memperkuat urat sarafnya, "HanGuang-Jun, kau yang salah. Kau tadi menyuruhku untuk membasuh wajahmu, tapi kau tidak membiarkanku menyentuhmu dan tidak mau melepaskanku. Sebenarnya kau ingin aku berbuat apa?"
"..." Hening sejenak, lalu suara Lan WangJi terdengar sedikit rewel, "Pokoknya kau tidak boleh pergi."
Wei WuXian mencipratkan sedikit air ke wajah Lan WangJi, "Lihat dirimu, ngotot dan rewel!"
Lan WangJi tidak mengernyit ataupun menghindar saat air itu dicipratkan ke wajahnya, "Kubilang jangan menyentuhku."
Perkataannya terdengar seperti peringatan. Kepala Wei WuXian terasa menghangat, barangkali karena efek arak itu yang benar-benar kuat.
Ujung bibirnya terangkat, "Kalau aku tetap menyentuhmu, apa yang bisa kau lakukan padaku? Menghukumku dengan menyuruhku menyalin buku? Memarahiku? Atau membungkamku?"
Mata Lan WangJi terpaku padanya. Ada percikan di sorot matanya. Dia terlihat marah.
Wajah itu, ekspresi itu, mata itu, situasi ini, orang ini.
Wei WuXian menarik napas.
Seakan-akan sudah memutuskan untuk terjun saja sekalian, Wei WuXian pun menyusupkan tangannya yang lain ke dalam air, menemukan bagian 'tertentu' pada tubuh Lan WangJi dan menangkupnya, "HanGuang-Jun, jangan bilang kau tidak suka aku menyentuhmu seperti ini?"
Perkataan dan tindakan berani Wei WuXian akhirnya membuat lawan bicaranya terpicu.
Lan WangJi terlihat seperti barusan digigit ular berbisa. Dia menarik diri dengan kasar. Wei WuXian merasakan ada gelombang menakutkan yang menggempurnya. Dia hanya bisa tertarik masuk kian dalam.Air terciprat ke mana-mana. Segalanya hilang kendali. Semuanya sama, tidak peduli siapa yang lebih dulu memulai.
Saat Wei WuXian merasakan pikirannya sedikit menjernih, dia sudah duduk di atas kaki Lan WangJi.
Mereka berdua berpelukan dan saling berciuman dalam posisi seperti itu begitu lama. Lengan Wei WuXian memeluk leher Lan WangJi selagi mereka berciuman ganas dan tak terpisahkan.
Mendadak dia berseru 'ahh' dengan keras.
Matanya terbuka, dia menyeka sedikit darah di bibirnya dan memarahi, "Lan Zhan! Kenapa menggigitku lagi seperti anjing?!"
Bibir Wei WuXian dilumat sampai memerah sehingga setelah ternodai darah pun menjadi makin mencolok.
Lan WangJi merasa tidak puas di saat yang tidak tepat, dia menjawab dengan gigitan sekali lagi.
Wei WuXian mengerutkan kening, kesakitan karena habis digigit dan diisap kuat. Tangannya terulur turun sebagai balas dendam dan sekali lagi mengusap bagian privat di tubuh Lan WangJi kuat-kuat.
Sepertinya tidak ada yang pernah melakukan tindakan seberani dan setidak tahu malu ini pada Lan WangJi.
Sekali saja tidak cukup-Wei WuXian melakukannya dua kali. Ekspresinya langsung berubah.
Lengan Lan WangJi memeluknya makin erat, jemarinya meninggalkan jejak-jejak yang jelas terlihat.
Wei WuXian tersenyum lebar lalu menarik napas, "Bagaimana? Kau marah? Kau tidak tahu ini, Lan Zhan, tapi sangat suka saat kau marah..."
Nada suaranya penuh kegembiraan yang tak kenal takut. Selepas itu, dia mengecup ujung bibir Lan WangJi dan melepaskan pakaiannya yang sudah basah kuyup.
Kulit Lan WangJi begitu panas sampai terasa seperti kobaran api. Satu lengan masih mengunci sekeliling pinggangnya, Lan WangJi pun memukul pinggiran bak mandi kayu itu dengan tangan satunya.
Bak mandi pun langsung terbelah hingga berkeping-keping. Ruangan ini seketika kacau berantakan, sungguh pemandangan yang menyakitkan mata.
Namun rupanya mereka berdua tidak terlalu menggubris hal seremeh itu. Lan WangJi mengangkat Wei WuXian dan melemparnya ke ranjang.
Baru saja Wei WuXian mencoba bangkit sedikit, dia langsung ditekan turun lagi. Pergerakan Lan WangJi sangatlah ganas.
Dia sama sekali tidak seperti HanGuang-Jun biasanya yang selalu bajik dan bijaksana.
Punggung Wei WuXian terasa sakit karena benturan itu. Dia pun memekik beberapa kali, membuat Lan WangJi terhenti sejenak.
Wei WuXian segera membalik posisi mereka dan memojokkan Lan WangJi di atas ranjang, menahannya sekuat mungkin, lalu berbisik di dekat telinganya, "Aku tidak tahu kau ternyata sangat ganas saat di ranjang..."
Daun telinga di dekat bibirnya ini seputih giok.
Wei WuXian pun tidak tahan untuk menggigit lembut-rasanya lembut dan dingin.
Setelah menggigit, dia bahkan mengulum dan mengisapnya.
Jemari Lan WangJi mengejang di sekeliling pundak Wei WuXian.Kekuatan tangan Lan WangJi sama sekali bukan main. Wei WuXian langsung terkesiap merasakan cengkeraman seerat itu. Dia menoleh ke pundaknya yang sudah mendapat bekas berupa lima garis merah terang.
Melihat itu, Wei WuXian pun menyusupkan pahanya di antara kedua kaki Lan WangJi dan menekan kemaluannya, berpura-pura mengancam, "Kenapa kau tega begini? Hati-hati, aku..."
Seketika, Lan WangJi menyambar pinggang Wei WuXian untuk melepaskan ikat pinggangnya.
Wei WuXian sengaja ingin menggodanya dengan menepis tangan Lan WangJi, lalu menyeringai, "HanGuangJun, tidak sabaran ya?"
Dia tidak tahu apa ini hanya halusinasi atau bukan, tapi mata Lan WangJi tampak memerah, nyaris menguarkan binar kemerahan.
Saat tangan Lan WangJi terulur lagi, Wei WuXian langsung berkelit menghindar, "Bukannya aku tidak mau melepaskan ini. Tapi akan kulakukan sendiri."
Usai berkata begitu, Wei WuXian benar-benar melepaskan ikat pinggangnya dan melucuti celananya. Kini dirinya pun telanjang bulat. Dia menurunkan tubuhnya ke Lan WangJi lagi.
Tubuh mereka sudah sepenuhnya telanjang. Kulit beradu dengan kulit.
Mereka berciuman panas dengan kepala bergerak dari sisi ke sisi.
Wei WuXian menekan belakang leher Lan WangJi dengan tangan kiri, tidak membiarkannya membuat jarak sedikit pun di antara mereka. Kemudian dia menggigit dan melumat bibir lelaki ini.
Tangan kanannya menelusuri garis-garis anggun nan kuat di punggung Lan WangJi. Ketika dia merasakan bekas luka yang sedikit tak rata itu, dia pun membelainya lembut dengan ujung jemarinya.
Lan WangJi pun tidak tinggal diam.
Sepasang tangan lentik dan putih itu mengelus sekujur tubuh Wei WuXian, berlama-lama di pinggang dan pinggulnya, dengan ganas mengusap kulit lembut di bagian pangkal paha.
Seakan-akan Wei WuXian sudah menjelma menjadi sebuah kecapi, dipetik di bawah sepasang tangan itu.
Namun orang yang memainkannya tidak memiliki jejak-jejak dingin dan elegan yang tersisa seperti saat memainkan kecapi bersenar tujuh miliknya. Apa yang keluar dari bibir Wei WuXian juga bukan nada-nada kecapi yang anggun, melainkan desahan-desahan tak terkendali atas rasa nikmat yang dirasakan.
Namun tangan Lan WangJi memang terlalu kuat, apalagi dia juga suka mencubit daerah sensitifnya. Awalnya Wei WuXian masih bisa menikmati itu, tapi sejurus kemudian rasanya menjadi denyutan tak tertahankan.
Wei WuXian terkesiap, mengalihkan bibirnya yang bengkak dan perih. Dadanya kembang kempis, "HanGuang-Jun, ke kenapa kau begini setelah pakaianmu terlepas? Apa yang kau cubit barusan? Kau benar-benar tidak pantas disebut pria yang jantan."
Dia berpura-pura kecewa dan menepis tangan Lan Wangji yang benar-benar tidak gentleman.
Lan WangJi menggeram rendah, terdengar berbahaya.
Wei WuXian, "Jangan begini. Ayolah, aku akan membiarkanmu mencubitku. Cubit di sini."
Dia mengarahkan tangan Lan WangJi ke bagian bawah tubuhnya yang privat, tertawa lirih sambil bergumam, "Cubit sesukamu. Gunakan ototmu."
Di tengah kemelut itu, Wei WuXian merasa dirinya benar-benar sudah belajar hal mesum sendiri saat melakukan hal-hal semacam ini. Namun imajinasi dan tindakan langsung adalah dua hal yang berbeda. Dia sudah menjalani dua kehidupan tapi tidak ada seorang pun yang pernah menyentuh bagian privat tubuhnya selain dirinya sendiri. Namun ketika telapak tangan Lan WangJi yang hangat membara itu menangkup kejantanannya, Wei WuXian pun hanya bisa gemetar, punggungnya melengkung naik.Namun rasanya teramat nikmat saat miliknya digenggam dan dielus jemari Lan WangJi seperti itu.
Kemudian tanpa sadar Wei WuXian meregangkan tubuhnya, lengannya merambat ke punggung dan pundak Lan WangJi untuk memasrahkan kejantanannya ke sepasang tangan itu. Pergerakan Lan WangJi pun makin cepat.
Napas Wei WuXian memendek, mata terpejam merasakan nikmatnya. Jemarinya ingin mencengkeram sesuatu tapi hanya bisa membelai punggung Lan WangJi yang telanjang dan kokoh. Mendadak dia tersadar bahwa tidak seharusnya dia sendiri yang merasa nikmat. Maka tangan kanannya pun terulur untuk menyentuh kejantanan Lan WangJi juga.
Begitu Wei WuXian menyentuh itu, dia merasakan benda besar dan panas itu semakin membesar, menekan telapak tangannya dan sekeras besi. Bahkan menyentuh benda itu membuat pipi Wei WuXian memanas .
Dia tidak pernah menyangka akan menyentuh bagian tubuh ini pada seorang lelaki.
Benar-benar tidak pernah terbayangkan. Namun setiap kali dia mengingat bahwa Lan WangJi-lah yang sedang dia sentuh, Wei WuXian pun menjadi bersemangat, tangannya nyaris tak terkendali.
Dia menyambar benda itu, mengelusnya dengan berani sambil menggosoknya dengan kakinya yang mulus lagi dan lagi.
Tiba-tiba napas Lan WangJi kian memberat. Beda di tangan Wei WuXian mulai berkedut, semakin menghangat.
Napas mereka yang terengah-engah saling menggelitik telinga masing-masing, begitu jua dengan desahan Wei WuXian.
Entah berapa lama sudah terlewat, Wei WuXian merasakan seluruh darah dan rasa nikmat di tubuhnya membanjir ke satu titik.
Kulit kepalanya meremang, erangan lolos dari tenggorokannya, "Lan... Lan Zhan, t-tunggu, aku..." Sebelum ucapannya selesai, kenikmatan berbahaya pun meledak dalam dirinya.
Suara Wei WuXian membeku. Selama sesaat, benaknya dipenuhi warna putih. Kemudian dia melihat jejak-jejak samar dari otot perut Lan WangJi yang menegang.
Dia akhirnya tersadar bahwa dirinya sudah 'keluar'.
Lan WangJi keluar hampir bersamaan dengannya, mengeluarkan cairan putih di antara kedua kaki Wei WuXian. Ketika Wei WuXian bergerak, tidak peduli seringan apa, cairannya yang memalukan itu meluncur turun dengan perlahan, menetes dari bagian sensitifnya.
Rasanya benar-benar jelas. Cairan kental itu terasa agak tidak nyaman di belahan pantatnya. Namun hal yang lebih jelas adalah perasaan puas yang tak ada tandingannya.
Kepala Lan WangJi terbenam di dada Wei WuXian, tubuh hangatnya berada di atas Wei WuXian.
Wei WuXian sudah kehabisan tenaga, kebas dari kepala hingga ujung jemarinya. Dia merasa sangat rileks sampai tidak ingin menggerakkan tangannya.Baru setelah lama berselang, napas mereka pun kembali normal.Sekalipun tubuh Wei WuXian ditindih seperti itu, jantungnya tetap dipenuhi rasa damai dan puas.
Wei WuXian mengecup rambut Lan WangJi. Selain dari aroma lembut kayu cendana, ada lagi aroma sabun yang menyegarkan yang melingkupi mereka berdua setelah mandi. Aroma sensual tadi tidaklah terlalu kentara.
Sebelumnya, Wei WuXian sudah begitu lama mengubur segala hal yang ingin dia tanyakan ke Lan WangJi karena dia terlalu takut untuk bertanya. Namun sekarang ini, saat mereka berdua berbaring bersebelahan, dia pun merasa sedikit lebih percaya diri.
Dia menurunkan suaranya, "Lan Zhan... Kau dengar aku?"
Sesaat kemudian, Lan WangJi menjawab dengan 'mn'.
Wei WuXian, "Aku harus memberitahumu sesuatu." Dia menghirup napas sebelum berujar, "Lan Zhan, terima kasih."
Dengan ribuan kata yang ingin dia utarakan, dia tidak tahu harus memulainya bagaimana.
Seandainya dirinya tidak bertemu Lan WangJi saat kembali ke dunia ini, Wei WuXian tidak bakal tahu akan jadi apa dia sekarang. Sebenarnya tidak akan terlalu buruk meski dia berkeliaran seorang diri. Namun tetap saja, dia yakin bahwa tidak ada yang lebih baik dari sekarang ini.
Sayang sekali, Wei WuXian tidak menyadari bahwa tubuh Lan WangJi membeku setelah mendengar ucapannya barusan.
Gempuran panas tadi akhirnya mulai menyurut. Kepala Wei WuXian masih terasa pusing sewaktu dia berceloteh, "Di kedua kehidupanku ini, kau sudah banyak membantuku. Aku tahu kau... benar-benar baik padaku. Kau sangat hebat! Selain berterima kasih, aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan padamu...
Dan juga, padamu, aku merasa... aku merasa..."
Namun sama sekali bukan itu intinya.
Wei WuXian belum pernah menyatakan perasaannya pada siapa pun seperti ini. Bahkan orang dengan wajah setebal dia pun akan merasa sedikit malu. Dia hanya bisa memilih hal-hal sembarang untuk dikatakan.
Baru saja dia memikirkan bagaimana cara menjelaskan supaya terdengar tulus dan serius, Lan WangJi tiba-tiba saja mendorongnya menjauh.
Sontak punggung Wei WuXian membentur ranjang dengan keras.
Matanya membelalak, begitu terkejut sampai tidak bisa bergerak.
Di sisi lain, Lan WangJi duduk tegak. Dadanya kembang kempis. Napasnya sedikit memburu.
Dalam kebisuan itu, mereka berdua saling tatap begitu lama. Yang pertama bergerak adalah Lan WangJi.
Wajahnya pucat, tapi matanya jernih. Pertama-tama, dia memungut pakaian putih dari atas lantai untuk menutupi tubuh Wei WuXian. Kemudian dia bergegas mencari sesuatu untuk dia kenakan sendiri.
Wei WuXian masih kebingungan, nyaris tak percaya apa yang telah terjadi.Dorongan tadi seakan-akan mengubah mimpinya menjadi mimpi buruk, seperti seember air yang mengguyur kepalanya, seperti ada yang menampar wajahnya keras-keras.
Dia akhirnya sanggup bicara lagi meski dengan suara parau, "Lan Zhan, kau... sudah bangun?"
Lan WangJi sudah selesai mengenakan pakaiannya sendiri, duduk jauh di sudut ranjang sambil mengusap dahinya dengan tangan kanan. Dia berbalik dan berhadapan dengan kekacauan di atas lantai sembari terus memunggungi Wei WuXian.
Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berbisik, "Mn."
Wei WuXian tidak tahu kapan persisnya dia bangun. Namun karena sekarang dia sudah sadar, reaksi Lan WangJi barusan hanya berarti satu hal yang jelas: Lan WangJi tidak ingin melanjutkan entah apa yang sedang mereka lakukan tadi.
Dia juga tidak ingin mendengar Wei WuXian menyelesaikan apa yang hendak dia katakan.
Wei WuXian akhirnya menyadari betapa kejam hal yang sudah dia perbuat.

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang