Kepergian 3

23 1 0
                                    

CHAPTER 71: KEPERGIAN (3)

DUA bulan kemudian di Yunmeng.Setelah Sekte QishanWen runtuh, kota yang dulunya menjadi kota paling maju tiba-tiba saja menguap hilang dalam waktu semalam, hancur menjadi reruntuhan. Sejumlah besar kultivator mencari lokasi baru untuk beraktivitas, membagi-bagi wilayahnya menjadi beberapa kota yang baru. Di antara mereka, Lanling, Yunmeng, Gusu, dan Qinghe menerima pemasukan kultivator baru yang paling besar. Orangorang berlalu-lalang di jalanan. Setiap murid membawa pedang di pinggang mereka, berbicara dengan pongah tentang takdir dunia sekarang ini. Mereka semua sedang sangat bersemangat.Mendadak orang-orang di jalanan itu sedikit menurunkan suara, bersamaan menatap ke ujung jalan sana.Dari sana tampak seorang lelaki berjubah putih dan berpita dahi yang perlahan mendekat, membawa serta pedang dan kecapinya.Sosok lelaki itu teramat anggun tak ada bandingan, tapi embun beku dan salju seakan melingkupi dirinya. Bahkan sebelum dia mendekat, para kultivator di sana sudah diam sendiri, bertemu pandang dengannya penuh respek. Para kultivator yang lebih terkenal memberanikan diri untuk membungkuk dan memberi salam padanya, "HanGuang-Jun."
Lan WangJi mengangguk ringan, membalas penghormatan itu dengan sempurna tanpa menghentikan langkahnya. Para kultivator lain tidak berani mengganggunya terlalu jauh, sadar diri untuk mundur.Namun mendadak muncul seorang gadis muda dalam balutan baju berwarna cerah dari depannya yang sedang tersenyum lebar. Gadis itu berjalan cepat dan pundak mereka pun bersentuhan. Namun tiba-tiba saja dia melempar sesuatu ke arah tubuh lelaki itu.Dengan gesit, Lan WangJi menangkap benda itu. Dia menunduk dan melihat sekuncup bunga seputih salju.Kuncup bunga itu sangatlah lembut dan segar, bahkan masih dihinggapi beberapa tetes embun. Selagi Lan WangJi berusaha tetap tenang, ada satu lagi sosok ramping yang mendekat dari depan. Tangan gadis itu melambai, dan sekuntum bunga biru kecil terlempar ke arahnya. Bunga itu sebenarnya diarahkan ke bagian dada, tapi malahmengenai pundaknya. Lan WangJi menangkapnya juga. Saat dia berbalik, wanita itu tertawa kecil dan melarikan diri tanpa sedikit pun rasa malu.Yang ketiga adalah gadis yang lebih muda dengan rambut disanggul dua. Dia meloncat maju dengan lengan memeluk seikat bunga berkuncup merah, langsung kabur begitu melemparkannya ke dada lelaki itu.Lagi dan lagi, meski masih berdiri tanpa ekspresi di tengah jalanan ini, Lan WangJi sudah mengumpulkan setumpuk bunga berwarna-warni. Semua kultivator yang mengenali HanGuang-Jun tidak berani tertawa sekalipun ingin. Mereka berpura-pura serius, tapi mata mereka tetap saja memperlihatkannya. Meski begitu, orang-orang yang tidak mengenal Lan WangJi mulai menunjuk-nunjuk dia. Saat Lan WangJi tercenung dengan mata menunduk rendah, mendadak dia merasakan sesuatu di kepalanya. Tangannya terangkat. Ada bunga peony obat berwarna merah muda yang mekar sempurna mendarat tanpa cela di sisi kepalanya.
Dari atas bangunan itu terdengar suara yang tersenyum lebar, "Lan Zhan—ah, bukan, HanGuang-Jun—kebetulan sekali!"
Lan WangJi menengadah menatap paviliun terbuka yang dilingkupi berlapis-lapis selambu kasa. Sesosok lelaki berjubah hitam sedang berbaring miring di sebuah dipan berpernis merah. Satu tangannya menjuntai ke bawah sambil menggenggam sebotol arak berkualitas tinggi yang terbuat dari tanah liat hitam. Rumbai merah terang botol itu sebagian sudah membelit lengannya sementara sebagian lainnya berayun-ayun ditiup angin.Begitu melihat wajah Wei WuXian, para kultivator yang tengah menonton pemandangan itu menjadi tidak nyaman. Semua orang tahu Yiling Laozu dan HanGuang-Jun tidak punya hubungan yang baik. Saat bertarung bersama di Sunshot Campaign, mereka seringkali mulai beradu mulut. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kali ini. Bahkan mereka tidak berani berpura-pura sopan lagi. Mereka memelototi keduanya dengan nyalang.Lan WangJi tidak memperlihatkan wajah dinginnya, sangat kontras dengan apa yang dipikirkan orang-orang itu.
Dia hanya berujar, "Ternyata kau."
Wei WuXian, "Memang aku! Siapa lagi yang bisa melakukan hal sekonyol itu kalau bukan aku. Sejak kapan kau menyempatkan diri untuk mengunjungi Yunmeng? Kalau sedang tidak sibuk, ayo naiklah kemari dan minum bersamaku?"
Beberapa gadis mengelilinginya, semuanya berdesak-desakan di atas dipan dan tertawa pada orang-orang di bawah sana, "Ya, Gongzi, naiklah kemari dan minum bersama!"
Gadis-gadis itulah yang tadi melempar bunga. Tidak perlu lagi dijelaskan siapa yang menyuruh mereka melakukannya.Lan WangJi menurunkan pandangan, berbalik badan dan hendak pergi. Melihatnya tidak bereaksi, Wei WuXian sendiri tidak terkejut sama sekali. Dia pun mendecakkan lidah, berguling turun dari dipan dan meminum seteguk penuh arak dari botol itu. Namun beberapa saat kemudian, serangkaian suara langkah kaki datang, ringan, bukannya berat; tenang, bukannya tergesa-gesa.Dengan langkah kalem, Lan WangJi berjalan menaiki tangga dan menyibak selambunya selagi masuk. Rangkaian tali berhias permata berdenting ringan, nyaris merdu bahkan.Dia meletakkan sebundel bunga yang tadi dilemparkan padanya ke atas meja, "Bungamu."
Wei WuXian menyondongkan tubuhnya hingga menggapai meja, "Terima kasih kembali. Sudah kuberikan padamu. Bunga-bunga ini milikmu sekarang."
Lan WangJi, "Kenapa?"
Wei WuXian, "Kenapa tidak? Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksimu."
Lan WangJi, "Konyol."
Wei WuXian, "Aku memang konyol. Kalau tidak, buat apa aku menyuruhmu ke sini saat sedang bosan...
Hei, hei, hei, jangan pergi. Kau sudah di sini. Tidak mau minum sedikit?"
Lan WangJi, "Dilarang meminum arak."
Wei WuXian, "Aku tahu kalau sektemu melarang minum arak, tapi di sini bukan Yun Shen Buzhi Chu. Tidak apa-apa kalau hanya sedikit."
Para gadis langsung mengeluarkan cangkir yang baru. Setelah menuangnya hingga penuh, mereka mendorong cangkir itu ke arah seikat bunga tadi. Kelihatannya Lan WangJi tidak ingin duduk, tapi dia juga tidak terlihat ingin pergi.
Wei WuXian, "Kau sudah jauh-jauh datang ke Yunmeng tapi tidak ingin mencoba arak enak di sini? Yah, walaupun araknya enak, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan Senyum Kaisar di Gusu. Arak itu benar-benar yang terbaik. Suatu saat kalau punya kesempatan ke Gusu lagi, aku pasti akan beli banyak untuk langsung kuminum sendiri. Hei—kau kenapa? Ada tempat duduk di sini tapi kau masih saja berdiri.
Ayo duduklah."Para gadis ikut mendesaknya, "Ayo duduklah."Duduklah!"
Mata beriris terang milik Lan WangJi dengan dingin mengamati para gadis sensual itu. Sejurus kemudian pandangannya mendarat pada seruling sehitam arang berumbai merah yang terselip di pinggang Wei WuXian. Matanya merunduk, seakan sedang memikirkan kata-kata yang terbaik. Melihat itu, Wei WuXian pun mengangkat sebelah alisnya, bisa menduga apa yang akan lelaki itu katakan setelah ini.Dugaannya benar.
Lan WangJi berujar lambat, "Seharusnya kau tidak dekat-dekat terlalu lama dengan makhluk bukan manusia."
Senyum para gadis itu langsung menghilang.
Selambu kasa mengombak, sesekali menghalangi pancaran cahaya matahari. Pavilion ini beralih antara gelap dan terang. Kini tampak jelas bahwa pipi seputih salju mereka sedikit terlalu pucat, tidak mendapat aliran darah sehingga terlihat nyaris kelabu. Pandangan mereka juga melekat pada Lan WangJi. Atmosfer seketika terasa mencekam.
Wei WuXian mengangkat tangan, memberi isyarat pada yang lainnya untuk minggir.
Dia menggelengkan kepala selagi bicara, "Lan Zhan, semakin tua, kau benar-benar semakin membosankan saja. Usiamu masih sangat muda, bukannya tujuh puluh tahun. Jadi janganlah meniru pamanmu sepanjang waktu yang seringkali berpikiran untuk mengomeli orang."
Lan WangJi berbalik dan melangkah maju selangkah, "Wei Ying, sebaiknya kau kembali ke Gusu bersamaku."
"..." Wei WuXian, "Aku sudah lama tidak dengar itu. Sunshot Campaign sudah berakhir. Kukira kau sudah menyerah dari dulu."
Lan WangJi, "Di perburuan Gunung Baifeng sebelumnya, apa kau menyadari tanda-tandanya?"
Wei WuXian, "Tanda-tanda apa?"
Lan WangJi, "Hilang kendali."
Wei WuXian, "Maksudmu saat aku hampir berkelahi dengan Jin ZiXuan? Sepertinya kau salah sangka. Aku memang selalu ingin berkelahi dengan Jin ZiXuan tiap kali melihatnya."
Lan WangJi, "Dan yang kau katakan setelah itu."
Wei WuXian, "Yang mana? Aku mengatakan banyak hal setiap hari. Apa yang kukatakan dua bulan lalu sudah lama kulupakan."
Lan WangJi memandangnya seolah dia langsung tahu bahwa Wei WuXian tidak menanggapinya dengan serius. Dia menarik napas dalamdalam, "Wei Ying."
Lalu dia meneruskan dengan keras kepala, "Jalur iblis menyakiti tubuh dan hatimu."
Wei WuXian mulai terlihat seperti sedang sakit kepala, "Lan Zhan, kau... Aku sudah muak mendengar perkataanmu itu, tapi kau masih saja merasa belum cukup mengatakannya? Kau bilang jalur kultivasi ini menyakiti tubuhku, tapi aku baik-baik saja sekarang. Dan katamu itu menyakiti hatiku, tapi aku masih belum gila, bukan?"
Lan WangJi, "Masih belum terlambat. Di masa depan, bahkan jika kau menyesal..."
Tanpa menunggunya selesai bicara, ekspresi Wei WuXian sudah berubah. Dia bangkit berdiri dengan serta-merta, "Lan Zhan!"
Di belakangnya, cahaya merah mulai berkilat dari mata para gadis.
Wei WuXian, "Hentikan."
Gadis-gadis itu pun menundukkan kepala dan mundur, tapi mereka masih saja memelototi Lan WangJi.
Wei WuXian beralih padanya, "Apa yang bisa kukatakan? Walaupun kupikir aku tidak menyesalinya, aku tetap tidak suka kalau ada yang asal menebak bagaimana aku nantinya di masa depan."
Setelah terdiam cukup lama, Lan WangJi pun menjawab, "Aku sudah melanggar batas."
Wei WuXian, "Tidak juga. Tapi sepertinya memang tidak seharusnya aku mengundangmu naik ke sini. Hari ini hanya kelancanganku saja."
Lan WangJi, "Bukan."
Wei WuXian tersenyum, perkataannya sopan, "Benarkah? Baguslah kalau begitu."
Dia menyelesaikan separuh cangkir arak yang masih tersisa hanya dalam sekali teguk, "Tapi, aku tetap harus berterima kasih padamu. Akan kuanggap kau peduli padaku."
Wei WuXian mengibaskan tangannya, "Kalau begitu, aku tidak akan mengganggu HanGuang-Jun lagi. Mari bertemu lagi jika ada kesempatan."
Saat Wei WuXian kembali ke Lianhua Wu, Jiang Cheng sedang menggosok pedangnya.
Dia menengadah, "Kau sudah pulang?"
Wei WuXian, "Aku pulang."
Jiang Cheng, "Wajahmu jelek sekali. Jangan bilang kau bertemu dengan Jin ZiXuan?"
Wei WuXian, "Lebih buruk dari Jin ZiXuan. Tebak siapa."
Jiang Cheng, "Beri petunjuk."
Wei WuXian, "Dia ingin mengurungku."
Jiang Cheng mengerutkan kening, "Lan Zhan? Kenapa dia di Yunmeng?"
Wei WuXian, "Entahlah. Dia ada di jalanan, barangkali sedang mencari seseorang. Dia sudah lama tidak mengungkit-ungkit hal itu sejak Sunshot Campaign. Tapi barusan dia sudah membicarakannya lagi."
Jiang Cheng, "Salahmu sendiri yang memanggilnya dulu."
Wei WuXian, "Tahu dari mana kalau aku yang memanggilnya dulu?"
Jiang Cheng, "Bahkan kau perlu tanya lagi? Kapan memangnya bukan kau yang pertama memulai? Kau juga aneh. Sudah jelas kalian selalu berpisah jalan dengan suasana buruk, jadi kenapa kau selalu mencoba membuatnya jengkel?"
Wei WuXian merenung, "Aku konyol ya?"
Jiang Cheng memutar bola mata dan membatin, jadi kau sendiri tahu itu. Pandangannya teralih ke pedangnya lagi.
Wei WuXian, "Berapa kali kau harus menggosok pedangmu dalam sehari?"
Jiang Cheng, "Tiga kali. Dan pedangmu? Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau menggosoknya?"
Wei WuXian mengambil buah pir dan menggigitnya, "Kulempar ke dalam kamarku. Sebulan sekali sudah cukup."
Jiang Cheng, "Mulai sekarang, bawalah pedangmu ke acara penting seperti perburuan atau Konferensi Diskusi. Itu contoh ketidakdisiplinan yang bisa mudah ditertawakan orang lain."
Wei WuXian, "Kau bukannya tidak tahu, kan. Aku paling benci kalau ada yang memaksaku melakukan sesuatu. Semakin aku dipaksa, semakin aku malas melakukannya. Aku tidak membawa pedangku—memangnya apa yang akan mereka katakan?"
Jiang Cheng memelototinya.
Wei WuXian pun menambahkan, "Dan aku tidak ingin dipaksa berduel pedang dengan orang yang tidak kukenal. Setiap kali pedangku ditarik, pasti akan ada pertumpahan darah. Tidak ada yang boleh mengusikku, kecuali kalau mereka mau menumbalkan beberapa orang untuk kubunuh. Jadi aku tidak akan membawanya. Masalah selesai. Baiknya memang seperti itu."
Jiang Cheng, "Bukannya kau dulu suka sekali memamerkan kemampuan pedangmu di depan orang lain?"
Wei WuXian, "Aku dulunya memang anak kecil, tapi aku tidak bisa menjadi anak kecil selamanya, kan?"
Jiang Cheng menyeringai, "Kalau begitu jangan bawa pedangmu.
Tidak masalah. Tapi mulai sekarang jangan memprovokasi Jin ZiXuan. Dia tetap anak semata wayang Jin GuangShan. Pemimpin Sekte LanlingJin di masa depan adalah dia. Kalau kau menghajarnya, apa yang harus dilakukan seorang pemimpin sekte sepertiku ini? Ikutmenghajarnya bersamamu? Atau menghukummu?"
Wei WuXian, "Bukankah sekarang ada Jin GuangYao?
Kelihatannya Jin GuangYao jauh lebih baik daripada dia."
Jiang Cheng sudah selesai menggosok pedangnya. Setelah mengamati cukup lama, akhirnya dia memasukkan Sandu kembali ke selongsongnya, "Memangnya kenapa kalau dia lebih baik? Tidak peduli seberapa hebatnya dia, sepintar apa dia, dia hanya bisa menjadi pelayan yang menyambut para tamu. Seperti itulah hidupnya. Dia tidak bisa dibandingkan dengan Jin ZiXuan."
Wei WuXian merasakan nada bicara Jiang Cheng terkesan agak memuji Jin ZiXuan, "Jiang Cheng, jujurlah padaku—apa maksudmu? Sebelumnya kau bersusah payah membawa Shijie untuk ikut.
Kau tidak mungkin ingin Shijie...?"
Jiang Cheng, "Itu tidak mustahil."
Wei WuXian, "Tidak mustahil? Kau sudah lupa apa yang dia lakukan di Langya? Kau bilang tidak mustahil?"
Jiang Cheng, "Mungkin dia sudah menyesalinya."
Wei WuXian, "Siapa peduli kalau dia menyesalinya. Memangnya kita harus memaafkannya hanya karena dia meminta maaf?
Lihat saja seperti apa ayahnya. Mungkin dia akan jadi seperti itu di masa depan, menghabiskan waktu mencari wanita di mana-mana. Membiarkan Shijie bersamanya? Memangnya kau sanggup?"
Suara Jiang Cheng membeku, "Lihat saja kalau dia berani!"
Jeda sebentar, lantas Jiang Cheng meliriknya sebelum melanjutkan, "Tapi bukan berarti kau yang berhak mengatakan dia dimaafkan atau tidak. Jiejie menyukainya, jadi kita bisa apa?"
Wei WuXian tidak bisa berkata-kata.
Sejurus kemudian, dia berujar, "Kenapa Shijie harus menyukai orang seperti..."
Dia melempar buah pirnya, "Di mana Shijie?"
Jiang Cheng, "Entahlah. Mungkin dia masih berada di salah satu tempat itu—mungkin di dapur, atau di kamar, atau di aula leluhur. Ke mana lagi dia bisa pergi?"
Wei WuXian meninggalkan aula duel. Pertama, dia menuju ke dapur. Separuh kuali berisi sup sedang dimasak di atas api. Dia tidak ada di sana. Wei WuXian pun menuju ke kamar Jiang YanLi. Dia juga tidak ada di sana. Terakhir, dia menuju ke aula leluhur. Dan gadis itu memang di sana.Jiang YanLi sedang berlutut di aula leluhur, membersihkan memorial* orangtuanya sambil berbisik.
Wei WuXian melongok masuk, "Shijie? Sedang berbicara dengan Paman Jiang dan Nyonya Yu lagi?"
Suara Jiang YanLi begitu lembut, "Kalian tidak ada yang datang, jadi tentunya aku yang harus datang."

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang