Kebencian 5

36 3 0
                                    

CHAPTER 102: KEBENCIAN (5)

MESKI sudah ditusuk tepat di tengah dadanya, Jiang Cheng tidaklah begitu lemah sampai bisa mati seketika. Memang lebih baik jika dia tidak bergerak atau menggunakan kekuatan spiritual sama sekali. Jiang Cheng tidak suka orang lain berusaha membantunya, jadi dia menatap Jin Ling dan berseru, "Menyingkirlah!"
Jin Ling tahu Jiang Cheng masih marah padanya karena sudah berkeliaran sembarangan. Dia pun merasa bersalah dan tidak berani membantah. Gonggongan anjing terdengar dari jauh, diikuti suara dengkingan yang mendadak. Jin Ling terperanjat saat teringat apa yang dikatakan Jin GuangYao tadi.
Dia pun berteriak, "Peri, lari! Mereka akan membunuhmu!"
Sejurus kemudian, Su She muncul dari terjangan badai dengan wajah teramat marah.
Jin GuangYao, "Kau tidak membunuh anjing itu?"
Ekspresi Su She makin menggelap, "Tidak bisa. Saya tidak menyangka anjing itu sangat pengecut. Dia liar sekali saat ada yang membantunya, tapi begitu dipojokkan, dia akan kabur lebih cepat dari siapa pun!"
Jin GuangYao menggeleng, "Mungkin anjing itu akan mengarahkan orang lain lagi ke sini. Kita harus segera menyelesaikan urusan di sini."
Su She, "Orang-orang tidak berguna itu! Saya akan menyuruh mereka cepat."
Sementara itu, Jin Ling menghela napas lega. Melihat Jiang Cheng duduk di atas lantai dengan wajah yang masih gelap, dia pun ragu-ragu beralih ke Lan WangJi, "HanGuang-Jun, apa ada alas duduk lagi?"
Lan WangJi-lah yang tadi mengumpulkan keempat alas duduk yang mereka pakai sekarang ini. Namun memang hanya ada empat buah di dalam kuil itu. Setelah terdiam sejenak, Lan WangJi bangkit berdiri dan menyerahkan alas duduk yang dia tempati.
Jin Ling buru-buru berkata, "Terima kasih! Tidak usah. Aku akan memberi Paman alas dudukku saja..."
Lan WangJi, "Tidak perlu."
Setelah itu, dia duduk di samping Wei WuXian. Mereka sama sekali tidak terlihat sesak meski berdempetan di alas duduk sama dengan ekspresi serius. Karena sudah diberi alas duduk, Jin Ling pun menggaruk kepala sebelum menarik Jiang Cheng. Pertama-tama, Jiang Cheng menekan titik akupuntur di dadanya untuk menghentikan aliran darah. Setelah duduk, dia mendongak dan melirik Wei WuXian serta Lan WangJi. Sepintas lalu, dia menunduk kembali. Wajahnya muram, tak memperlihatkan apa pun yang tengah dia pikirkan.
Tiba-tiba saja, suara teriakan suka cita terdengar dari belakang istana, "Zongzhu! Kami sudah menemukannya! Ujungnya sudah kelihatan!"
Ekpresi Jin GuangYao pun agak merileks.
Dia bergegas menuju ke belakang istana, "Gali lagi! Tolong berhati-hatilah. Kita tidak punya banyak waktu lagi."
Lebih dari selusin kilatan petir menyambar dari ujung langit, segera disusul serangkaian gemuruh halilintar yang menggelegar. Di sebelah sana, Wei WuXian dan Lan WangJi duduk bersandingan sementara Jiang Cheng duduk di sisi lainnya. Jin Ling juga menempati alas duduknya sendiri. Di tengah suara gempuran hujan lebat itu, hanya ada keheningan canggung yang serasa mati. Tidak ada yang bersuara.Namun entah kenapa, Jin Ling kelihatan ingin bicara dengan mereka.
Dia melirik beberapa kali, lalu mulai bicara, "Paman, untung saja kau menghentikan serangan senar guqin itu tadi. Kalau tidak, situasinya akan semakin buruk."
Wajah Jiang Cheng menggelap, "Kau bisa tutup mulut!"
Kalau bukan gara-gara Jiang Cheng memberi kesempatan Jin GuangYao untuk menyerang diam-diam lantaran emosinya yang tidak stabil, dia pasti juga tidak akan jatuh ke tangan musuh. Belum lagi, Wei WuXian dan Lan WangJi sendiri sebenarnya bisa saja mengelak dari serangan tadi. Walaupun kekuatan spiritual Lan WnagJi saat ini tersegel dan kekuatan spiritual Wei WuXian memang lemah, kemampuan mereka masih ada. Mereka memang tidak bisa menyerang, tapi mereka masih sanggup menghindar. Jin Ling mencoba bicara dengan pamannya ini dengan kikuk, tapi inisiatif itu membuat situasi ini makin canggung saja.Setelah diomeli begitu, Jin Ling pun berhenti bicara, malu. Jiang Cheng pun bungkam dan tidak bicara lagi.Wei WuXian juga tidak berujar apa-apa.
Dulu, dia pasti akan tertawa pada Jiang Cheng karena mudah sekali diprovokasi lawansampai meninggalkan peluang. Namun kini, teringat apa yang sudah dikatakan Jin GuangYao, Wei WuXian pun mengerti semuanya.Jiang Cheng sudah tahu kebenarannya.Lan WangJi mengelus punggung Wei WuXian beberapa kali. Wei WuXian mendongak. Lan WangJi sama sekali tidak terlihat terkejut. Tatapannya lembut. Jantung Wei WuXian pun terasa berdegup kencang.
Dia hanya bisa berbisik, "... Kau sudah tahu?"
Lan WangJi mengangguk perlahan.
Wei WuXian menghela napas, "... Wen Ning."
Awalnya Wen Ning-lah yang membawa Suibian, tapi sekarang pedang itu ada di tangan Jiang Cheng. Dan di perjalanan kembali dari Lianhua Wu, Wen Ning juga tidak pernah mengungkit-ungkit hal itu lagi.
Wei WuXian, "Kapan dia mengatakannya?"
Lan WangJi, "Saat kau tidak sadarkan diri."
Wei WuXian, "Jadi seperti itu kita meninggalkan Lianhua Wu?!"
Seandainya Wen Ning berada di sini, Wei WuXian pasti akan mulai memelototinya.
Lan WangJi, "Dia selalu merasa menyesal padamu."
Suara Wei WuXian tersengat sedikit amarah, "... Sudah kuberitahu dia berkali-kali supaya tidak mengatakan itu!"
Tiba-tiba saja Jiang Cheng angkat bicara, "Tidak melakukan apa?"
Wei Wu Xian berhenti, terkejut. Dia pun berbalik menatap Jiang Cheng bersama Lan WangJi.
Jiang Cheng menutup lukanya dengan satu tangan, suaranya dingin, "Wei WuXian, kau benar-benar orang yang baik dan tak pernah pamrih.
Kau berjuang sekuat tenaga dan menanggung semua penderitaan tanpa membiarkan siapa pun tahu. Sungguh cerita yang menyentuh. Aku seharusnya berlutut dan menangis penuh terima kasih, bukan?"
Mendengar nada bicaranya yang mencela pahit tanpa ada hormat sedikit pun, wajah Lan WangJi pun kian dingin.
Jin Ling melihatnya dan langsung berdiri di depan Jiang Cheng, takut Lan WangJi akan membunuh pamannya dengan sekali tebasan, "Paman!"
Ekspresi Wei WuXian juga makin memburuk. Dia tidak pernah berpikir Jiang Cheng akan berbaikan dengannya setelah tahu kebenarannya; namun dia juga tidak mengira akan mendengar nada bicara yang sesengit itu.
Setelah terdiam sejenak, Wei WuXian pun menjawab, suaranya teredam, "Aku tidak pernah memintamu untuk berterima kasih padaku."
Jiang Cheng, "Hah, tentu saja. Memberi tanpa mengharapkan imbalan. Sungguh perbuatan tingkat tinggi. Tidak sepertiku, tentunya. Jadi itulah kenapa ayahku selalu bilang kaulah yang benar-benar memahami semboyan Sekte Jiang dan bertingkah laku seperti orang Jiang—dulu saat ayah masih hidup."
Wei WuXian tidak sanggup terus mendengarkan itu lebih lama lagi.
Dia pun menyela, "Cukup."Suara Jiang Cheng makin kasar, "Apa maksudmu 'cukup'? Selama kau yang mengatakannya, maka semuanya sudah 'cukup'? Kau tahu semuanya! Kau lebih baik dariku dalam hal apa pun! Entah itu bakat atau kultivasi atau spiritual atau kepribadian, kau tahu semuanya sementara aku berada jauh di bawah—lalu aku ini apa?!?!"
Mendadak lengannya terulur, seakan ingin menyambar kerah pakaian Wei WuXian. Satu tangan Lan WangJi menangkap pundak Wei WuXian, membiarkannya berdiri di belakangnya sementara satu tangannya yang lain menepis tangan Jiang Cheng secara paksa. Kemarahan terlihat bersembunyi di matanya. Meski dorongannya tidak disertai energi spiritual, kekuatan Lan WangJi masih cukup kuat. Luka di dada Jiang Cheng pun robek lagi. Darah mengucur kembali.
Jin Ling menjerit, "Paman, lukamu! HanGuang-Jun, kasihanilah Paman!"
Namun suara Lan WangJi begitu dingin, "Jiang WanYin, jaga sikapmu!"
Lan XiChen melepaskan jubah luarnya untuk dipakai menyelimuti badan menggigil Nie HuaiSang, "Jiang Zongzhu, tolong jangan terlalu emosional. Lukamu akan semakin memburuk."
Jiang Cheng menyentak Jin Ling yang memeganginya dengan pasrah supaya menyingkir. Lukanya memang mengucurkan darah, tapi darah tetap saja mengalir deras ke kepalanya tanpa henti. Wajahnya beralih antara putih dan merah, "Kenapa? Wei WuXian, kenapa?"
Di belakang Lan WangJi, Wei WuXian menjawab tegang, "Kenapa apanya?"
Jiang Cheng, "Sudah seberapa banyak yang diberikan Sekte Jiang padamu? Seharusnya akulah anaknya, akulah yang seharusnya menjadi pewaris Sekte YunmengJiang.
Tapi selama bertahun-tahun ini aku selalu terlampaui olehmu dalam segala hal. Kau membalas semua yang kaudapatkan selama dibesarkan dengan nyawa! Nyawa ayahku, ibuku, kakakku, dan Jin ZiXuan! Semuanya gara-gara kau, yang tersisa hanyalah Jin Ling yang yatim piatu!"
Jin Ling gemetaran.
Pundak merosot, wajahnya terkulai. Bibir Wei WuXian bergerak, tapi tidak bisa mengatakan apa-apa. Lan WangJi berbalik dan menggenggam tangannya.Sementara itu, Jiang Cheng masih tidak mau menyerah.
Dia berteriak, "Wei WuXian, siapa yang sudah ingkar janji dan mengkhianati Sekte Jiang lebih dulu? Katakan. Janji bahwa aku akan menjadi pemimpin sekte dan kau akan menjadi anak buahku, dan bahwa kau akan membantuku seumur hidupmu; bahwa jika Sekte GusuLan memiliki Dua Giok, Sekte YunmengJiang akan memiliki Dua Kebanggaan; bahwa kau tidak akan pernah mengkhianatiku dan Sekte Jiang—siapa yang mengatakan itu semua?! Kutanya padamu—siapa yang mengatakan itu semua?! Apa kau sudah menelan kata-katamu sendiri?!"
Semakin berteriak, semakin emosional dia, "Dan akhirnya? Kau malah pergi untuk melindungi orang luar, haha! Orang-orang dari Sekte Wen, bahkan. Seberapa banyak nasi mereka yang kaumakan?! Berani menyeberang ke pihak lain dengan begitu teguhnya! Sekte kita ini sudah jadi seperti apa gara-gara kau?! Kau melakukan semua hal yang terbaik, tapi setiap kali kau melakukan yang terburuk, itu selalu tidak disengaja! Terpaksa! Dengan kesedihan tak terucapkan! Kesedihan?! Kau bahkan tidak pernah memberitahuku apa-apa; kau mempermainkanku seperti orang tolol!!!"
Seberapa banyak utangmu pada Sekte Jiang? Bukankah seharusnya aku membencimu? Tidak bisakah aku membencimu?!
Kenapa sekarang rasanya aku sudah memperlakukanmu secara tidak adil?! Kenapa aku harus dijadikan badut sialan selama ini?! Aku ini apa? Apa aku pantas dibutakan semua kemegahanmu yang menyilaukan itu?! Bukankah aku seharusnya membencimu?!"
Lan WangJi melesat maju.
Panik, Jin Ling pun berdiri di depan Jiang Cheng, "HanGuang-Jun! Pamanku sedang terluka..."
Jiang Cheng menamparnya hingga ambruk ke tanah, "Biarkan saja dia datang! Memangnya aku takut padanya?!"
Setelah ditampar, Jin Ling pun terpaku.
Bukan hanya dia, bahkan Wei WuXian, Lan WangJi dan Lan XiChen pun berhenti bergerak.
Jiang Cheng menangis.
Air matanya mengalir selagi dia berusaha berkata, "... Kenapa... Kenapa kau tidak memberitahuku?!"
Tangan Jiang Cheng mengepal erat, seakan-akan dia ingin memukul seseorang, seakan-akan dia ingin memukul dirinya sendiri. Pada akhirnya, dia hanya meninju tanah. Dia seharusnya bisa membenci Wei WuXian tanpa peduli. Namun sekarang ini, jindan yang berpusar dalam dirinya sudah merampas seluruh kepercayaan dirinya itu.Wei WuXian tidak tahu harus berkata apa.Sejak awal, dia memang tidak ingin melihat Jiang Cheng seperti ini sehingga dia memutuskan untuk merahasiakannya.Wei WuXian ingat semua janjinya pada Jiang FengMian dan Nyonya Yu—untuk membantu dan menjaga Jiang Cheng. Apabila seseorang yang begitu kompetitif seperti Jiang Cheng mengetahui kebenarannya, dia pasti akan putus asa seumur hidup, terlalu tersiksa menghadapi dirinya sendiri. Akan selalu ada sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia lampaui, yang mengingatkan Jiang Cheng bahwa dia bisa mencapai titik sekarang ini berkat pengorbanan orang lain, bukannya berkat kultivasi dan pencapaiannya sendiri. Tidak peduli dia menang atau kalah, dia sudah lama kehilangan haknya untuk bersaing.Dan setelah kejadian itu, Jin ZiXuan dan Jiang YanLi mati demi dirinya. Wei WuXian pun tidak punya wajah untuk membiarkan orang lain tahu. Memberitahu Jiang Cheng kebenarannya setelah apa yang telah terjadi hanya akan membuatnya terkesan ingin menghindari tanggung jawab dan bergegas menunjukkan bahwa dia juga ikut berkontribusi. Kesannya seperti memberitahu Jiang Cheng, jangan membenciku. Lihat, aku juga sudah berkontribusi untuk Sekte YunmengJiang.Jiang Cheng menangis tanpa suara. Air mata sudah mengalir di wajahnya.
Menangis sebegitu parahnya di depan orang lain adalah tindakan yang tidak akan mungkin dia lakukan di masa lalu. Namun setiap waktu yang terlewat mulai sekarang, selama jindan itu masih berada dalam tubuhnya, selama jindan itu masih berpusar, Jiang Cheng akan selamanya mengingat perasaan ini.
Dia tersedak, "... Kau berjanji aku akan menjadi pemimpin sekte dan kau akan menjadi anak buahku, kau berjanji akan membantuku seumur hidupmu, kau berjanji kau tidak akan pernah mengkhianati Sekte YunmengJiang...
Kau yang berjanji sendiri."
"..." Setelah membisu sejenak, Wei WuXian menjawab, "Maafkan aku. Aku sudah mengingkari janjiku."
Jiang Cheng menggeleng, membenamkan kepalanya di telapak tangan. Sedetik kemudian, dia tiba-tiba tertawa.
Suara teredamnya terdengar mengejek, "Sudah selama ini, tapi aku masih saja ingin kau meminta maaf padaku.
Aku benar-benar orang yang rapuh."

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang