Racun 5

21 2 0
                                    

CHAPTER 60: RACUN (5)

WEN Ning memanggil beberapa puluh orang untuk melindungi mereka langsung hingga tiba di sebuah kediaman yang indah dan luas. Dia mengendap-endap masuk lewat pintu belakang dan mengarahkan Wei WuXian ke bangunan yang lebih kecil.Namun, baru saja Wen Ning berbalik dan menutup pintu—belum sempat berhenti untuk istirahat—Wei WuXian sudah menyambar lehernya lagi dan bertanya lirih, "Tempat apa ini?!"
Meski sudah diselamatkan oleh Wen Ning, dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya terhadap orang dari Sekte Wen begitu saja. Dia selalu siaga penuh. Saat tadi mengikuti Wen Ning melewati kediaman besar, mereka melalui banyak ruangan. Kebanyakan orang di dalam sana berbicara dengan aksen Qishan. Wei WuXian sempat menangkap potongan pembicaraan mereka saat melewati celah jendela dan mendengar kata 'balai pengawasan'!Wen Ning segera mengibaskan tangan, "Tidak... Aku..."
Wei WuXian, "Apa maksudmu tidak?
Bukankah ini balai pengawasan di Yiling?
Wilayah sekte malang mana yang kau rampas? Sebenarnya apa yang ingin kaulakukan dengan membawa kami ke sini?"
Wen Ning berusaha protes, "Wei Gongzi, de-dengarkan aku. Ini memang balai pengawasan. Tapi... tapi aku benar-benar tidak punya niat untuk melukaimu. Andaikan memang seperti itu, aku pasti sudah melanggar janjiku sendiri saat kau menyelinap ke Lianhua Wu tadi malam. A-Aku tidak akan mungkin membawamu ke sini.
"Wei WuXian terus mempertahankan kewaspadaannya, tidak rileks sama sekali dan selalu siap meledak kapan saja. Kepalanya berdenyut sakit. Dia masih tidak bisa mempercayai orang ini sepenuhnya, bahkan setelah mendengarkan penjelasannya.
Wen Ning melanjutkan, "Ini memang balai pengawasan. Kalau ada tempat yang tidak akan didatangi orang Sekte Wen untuk mencarimu, di sinilah tempatnya. Kalian berduabisa tinggal di sini. Tapi, kau tidak boleh membiarkan orang lain menemukanmu...
"Jeda sebentar, Wei WuXian akhirnya memaksa diri untuk melepaskan orang ini. Dia mengucapkan 'terima kasih' dan 'maaf' dengan nada rendah sebelum membaringkan tubuh Jiang Cheng di atas ranjang kayu di kamar itu.Namun pintu bangunan itu mendadak terbuka.
Kemudian terdengar suara seorang wanita, "Aku baru saja ingin mencarimu!
Jelaskan padaku dengan benar..."
Baru saja Wen Ning melarang mereka ditemukan orang lain, sekarang mereka malah langsung ketahuan!
Wei WuXian langsung keringat dingin; segera dia menghadang depan ranjang. Wen Ning begitu ketakutan sampai tidak bisa berkatakata.Kedua orang itu terpaku, menatap wanita yang berdiri di pintu. Atau, lebih pas menyebutnya gadis. Kulitnya berada di sisi gelap. Meski penampilannya manis, ekspresi di wajahnya dipenuhi keangkuhan. Jubah matahari yang dikenakannya berpijar kemerahan, kobarannya nyaris menari-nari di sekeliling bagian kerah dan lengan.Rankingnya teramat tinggi, setingkat dengan Wen Chao!
Mereka bertiga berdiri diam selama beberapa detik. Serangkaian langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari luar sana. Wei WuXian mengumpulkan segenap keberanian. Saat hendak menyerang, gadis itu bergerak mendahuluinya dan membanting pintu hingga tertutup dengan suara berdentum keras.Seseorang berbicara di luar pintu, "Pemimpin Balai Wen, ada apa?!"
Gadis itu berujar acuh, "Tidak ada. Adikku sudah kembali. Dia sedang murung lagi. Jangan bangunkan dia. Ayo pergi. Kita bisa bicara sambil berjalan."
Orang-orang di luar menjawab dan mengikutinya. Wen Ning menghela napas lega dan menjelaskan ke Wei WuXian, "Dia... dia kakakku."
Wei WuXian, "Wen Qing adalah kakakmu?"
Wen Ning mengangguk, entah kenapa merasa agak malu, "Kakakku. Dia sangat kuat."
Wen Qing memang kuat.Wen Qing bisa dibilang salah satu kultivator terkenal dari Sekte QishanWen. Dia bukanlah anak dari Pemimpin Sekte QishanWen, Wen RuoHan, melainkan anak dari salah satu sepupunya. Meskipun mereka adalah sepupu jauh, Wen RuoHan selalu berhubungan dekat dengannya. Terlebih lagi Wen Qing sangat luar biasa dalam bidang seni liberal dan juga pengobatan. Dia bertalenta sehingga dihargai oleh Wen RuoHan. Dia juga acapkali mengikuti Wen RuoHan di perjamuan Sekte QishanWen, itulah kenapa Wei WuXian familier dengan wajahnya. Wen Qing memang cantik. Wei WuXian juga pernah dengar bahwa wanita itu mempunyai entah kakak atau adik. Tapi barangkali karena Wen Ning tidaklah seberbakat Wen Qing, tidak banyak orang yang membicarakannya.
Wei WuXian berseru, "Kau benar-benar adik Wen Qing?"
Wen Ning mengira Wei WuXian terkejut karena tidak habis pikir, bagaimana mungkin seorang kakak yang hebat dan terkenal bisa mempunyai adik yang biasa-biasa saja. Dia pun mengakui, "Yah. Jiejie memang hebat. Aku... aku tidak hebat."
Wei WuXian, "Tidak, bukan. Kau juga sangat hebat. Yang membuatku terkejut adalah karena kakakmu adalah Wen Qing, Si Kepala Balai, dan kau berani membawa kami..."Mendadak, Jiang Cheng bergerak di atas ranjang. Alisnya sedikit berkerut.
Wei WuXian langsung berpaling untuk memeriksanya, "Jiang Cheng?!"
Wen Ning bergegas, "Dia sudah bangun. Dia butuh obat. Akan segera kuambilkan."
Wen Ning melangkah keluar dan menutup pintu. Setelah tak sadarkan diri begitu lama, Jiang Cheng pun akhirnya siuman.
Wei WuXian awalnya begitu bersemangat. Namun sejurus kemudian, dia menyadari ada yang janggal.Ekspresi Jiang Cheng agak aneh. Tenang, tapi terlalu tenang.Dia menatap langit-langit, seolah tidak tertarik sama sekali pada situasinya sendiri, seolah tidak peduli di mana dirinya berada.Wei WuXian tidak menyangka Jiang Cheng akan bereaksi seperti ini. Sedih, bahagia, marah, terkejut—tidak ada ekspresi itu sama sekali. Jantungnya berdegup kencang, "Jiang Cheng, kau bisa melihatku?
Kau bisa mendengarku?
Kau tahu siapa aku?"
Jiang Cheng meliriknya, tidak menjawab.
Wei WuXian menanyainya lagi. Dengan sokongan lengan, dia akhirnya bisa duduk tegak. Dia menunduk melihat bekas luka cambuk di dadanya lalu tertawa pahit.Jika luka itu berasal dari cambuk pendisiplinan, maka bekas rasa malu itu tidak mungkin bisa dihapuskan.
Wei WuXian tetap berusaha menghiburnya, "Jangan dilihat lagi. Pasti ada cara untuk menghilangkannya."
Jiang Cheng memukulnya. Pukulannya begitu lemah, begitu tidak bertenaga. Wei WuXian bahkan tidak mengernyit, "Pukul aku. Selama itu membuatmu merasa lebih baik."
Jiang Cheng, "Kau merasakannya?"
Wei WuXian terdiam, "Apa? Merasakan apa?"
Jiang Cheng, "Kau merasakan kekuatan spiritualku?"
Wei WuXian, "Kekuatan spiritual apa?
Kau tidak memakai kekuatan spiritual sama sekali."
Jiang Cheng, "Aku memakainya."
Wei WuXian, "Apa... maksudmu?"
Jiang Cheng mengulangi, menekan setiap kata, "Kubilang, aku memakainya. Saat memukulmu, aku mengerahkan semua kekuatan spiritualku.
Aku tanya, apa kau merasakannya?"
Wei WuXian menatapnya. Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata, "Pukul aku sekali lagi?"
Jiang Cheng, "Tidak perlu. Tidak peduli berapa kali aku memukulmu, hasilnya akan tetap sama. Wei WuXian, kau tahu kenapa Tangan Pelebur Inti dipanggil Tangan Pelebur Inti?"
Jantungnya serasa tenggelam sepenuhnya.Jiang Cheng meneruskan sendiri, "Karena tangannya bisa melebur inti emas (jindan), sehingga kau tidak akan bisa lagi membentuk inti yang baru, kekuatan spiritualmu akan hilang, dan kau akan menjadi orang biasa."
Dan orang biasa yang lengser dari sekte kultivasi tidak ada bedanya dengan orang tidak berguna. Seluruh hidupmu akan dihabiskan untuk urusan duniawi. Kau tidak akan bisa bermimpi untuk meraih puncak lagi.
"Jindan Ayah dan Ibu sudah dilebur lebih dulu oleh Wen ZhuLiu sehingga kekuatan mereka hilang sebelum dibunuh olehnya.
"Kepala Wei WuXian benar-benar kacau. Dia tidak tahu mesti berbuat apa. Dia berbisik, "... Tangan Pelebur Inti... Tangan Pelebur Inti...
"Jiang Cheng tertawa, "Wen ZhuLiu, Wen ZhuLiu. Aku ingin balas dendam, tapi bagaimana caranya?
Aku tidak punya jindan lagi. Aku tidak akan bisa membentuk jindan lagi. Mana bisa aku membalas dendam?.
Hahahahahaha, hahahahahahahahahaha..."
Wei WuXian ambruk ke lantai, tidak bisa berkata apa-apa melihat betapa gilanya Jiang Cheng sekarang.Tidak ada yang tahu melebihi Wei WuXian sendiri betapa ambisiusnya Jiang Cheng, betapa dia memandang tinggi kultivasi dan kekuatan spiritualnya. Namun kini, hanya dengan sekali pukulan dari Tangan Pelebur Inti, kultivasinya, harga dirinya, harapannya untuk membalas dendam, semuanya telah hancur dan sirna!Seperti orang gila, Jiang Cheng tertawa-tawa. Dia berbaring di atas ranjang lagi dan membentangkan lengannya, berbicara seolah sudah menyerah pada semuanya, "Wei WuXian, kenapa kau menyelamatkanku?
Apa gunanya menyelamatkanku?
Membiarkanku hidup di dunia ini, menyaksikan anjing-anjing Wen merajalela tanpa bisa melakukan apa pun?"
Saat ini, Wen Ning memasuki pintu dengan senyum di wajahnya. Dia melangkah sambil membawa semangkuk obat ke arah tempat tidur. Sebelum sempat mengucapkan apa-apa, bayangan jubah matahari itu terpantul di mata Jiang Cheng. Pupil matanya langsung menyusut.Jiang Cheng menendang Wen Ning, membuat mangkuk obatnya tumpah. Cairan hitam itu tercurah semua ke arah Wen Ning. Wei WuXian berniat mengambil mangkuk obat itu. Dia juga menarik Wen Ning yang terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.
Jiang Cheng meraung ke arahnya, "Ada apa denganmu?!"
Wen Ning begitu ketakutan sampai menciut mundur beberapa kali. Jiang Cheng menyambar kerah Wei WuXian dan berteriak, "Kau melihat seekor anjing Wen tapi tidak membunuhnya?!
Dan kau malah ingin membantunya berdiri?
Kau mau mati?!"
Meski mengerahkan segenap tenaganya, lengan Jiang Cheng masihlah lemah. Wei WuXian mampu lolos dari cengkeramannya dengan cepat.
Akhirnya Jiang Cheng menyadari di mana dirinya sekarang. Dia melirik sekitarnya dan bertanya gusar, "Di mana ini?"
Dari jauh, Wen Ning menjawab, "Balai pengawasan di Yiling. Tapi di sini sangat aman...
Jiang Cheng berpaling ke arah Wei WuXian, "Balai pengawasan?!
Kau sengaja melangkah ke perangkap mereka?"
Wei WuXian, "Tidak!"
Jiang Cheng berujar kasar, "Tidak? Lalu apa yang kaulakukan di balai pengawasan ini?
Bagaimana kau bisa ke sini?
Jangan bilang kau minta bantuan anjing-anjing Wen?!"
Wei WuXian mencengkeramnya, "Jiang Cheng, tenanglah dulu. Di sini sangat aman!
Bangunlah. Masih belum pasti apakah Tangan Pelebur Inti itu tidak bisa....
"Jiang Cheng tidak mampu lagi mendengar perkataan orang lain.
Dia sudah separuh gila. Tangan di sekeliling leher Wei WuXian mengencang, dia tertawa, "Wei WuXian, hahahahahahahaha Wei WuXian! Kau! Kau..."
Mendadak, sesosok bayangan merah menendang pintu hingga terbuka dan menyerbu masuk. Dengan kibasan telapak tangannya, sekilas cahaya perak melesat. Sebuah jarum melayang ke arah kepala Jiang Cheng, dan dia langsung terbaring.
Wen Qing berbalik untuk menutup pintu sebelum mengomel pelan, "Wen Ning, kau bodoh sekali!
Kau sengaja membiarkan dia berteriak dan tertawa sekeras itu?!
Kau ingin keberadaannya ketahuan?"
Wen Ning berseru seakan-akan melihat penyelamatnya, "Jiejie!"
Wen Wing, "Sekarang kau memanggilku Jiejie?
Aku masih belum bertanya padamu. Sejak kapan kau bernyali besar begini?
Berani sekali kau menyembunyikan orang!
Aku sudah mencoba menanyaimu sebelumnya. Jadi inilah kenapa kau tiba-tiba ingin pergi ke Yunmeng Percaya diri sekali?
Siapa yang memberimu keberanian sebesar itu? Kalau Wen Chao tahu ini, bukankah kau yang akan dicabik-cabik?
Kau pikir aku bisa menghentikannya kalau dia sudah berniat ingin membunuh seseorang?"
Dia berujar cepat dan jelas. Suaranya penuh paksa dan tidak terbantahkan sama sekali. Bahkan Wei WuXian tidak bisa menemukan celah untuk menginterupsi.
Wajah Wen Ning menjadi sepucat salju, "Jiejie, tapi Wei Gongzi..."
Wen Qing melanjutkan. Suaranya tegang, "Aku tidak akan berkomentar banyak karena kau melakukan ini semua untuk membalas budi. Itu alasan yang bisa dipahami. Tapi mereka berdua tidak boleh tinggal di sini terlalu lama!
Kau tiba-tiba saja datang dan pergi,sementara Wen Chao kehilangan mereka berdua. Balai pengawasan ini di bawah perintahku, dan ini juga rumahmu. Menurutmu apa yang akan terjadi kalau mereka tahu kau menyembunyikan mereka berdua? Pikirkan baik-baik!"
Wen Qing menerangkan dengan jelas apa yang sedang mereka pertaruhkan, begitu jelas seolah dia terang-terangan menunjuk Wei WuXian, menyuruhnya enyah secepat mungkin dan tidak lagi tinggal di sini untuk membebani mereka. Apabila Wei WuXian-lah yang sedang terluka atau jika orang lain yang menyelamatkan mereka, Wei WuXian akan langsung mengucapkan selamat tinggal dan langsung pergi dengan penuh tekad. Namun sekarang ini, Jiang Cheng-lah yang terluka. Tidak hanya terluka, tapi juga kehilangan jindan-nya. Pikirannya sedang tidak keruan. Wei WuXian tidak bisa menemukan tekad apa pun. Dan lagipula, Sekte Wen-lah yang membuat mereka begini, jadi wajar saja kalau dia tidak ingin menyerah. Dia hanya bisa mengertakkan gigi dan tetap diam.
Wen Ning, "T-Tapi orang-orang Sekte Wen..."
Wen Qing langsung memotong ucapannya, "Apa yang dilakukan Sekte Wen tidak mewakili perbuatan kita. Kita tidak perlu bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan. Wei Ying, kau tidak perlu memandangku seperti itu. Ini adalah awal dari semua utang. Aku memang pemimpin dari balai pengawasan di Yiling, tapi aku diperintahkan untuk mengambil posisi ini. Aku seorang dokter dan ahli obat. Aku tidak pernah membunuh siapa pun, apalagi menyentuh darah orang-orang dari Sekte Jiang."
Itu memang benar. Tidak pernah ada kabar adanya nyawamelayang di tangan Wen Qing. Malahan, banyak orang yang menginginkan wanita itu untuk menyelesaikan masalah mereka. Itu lantaran Wen Qing adalah salah satu orang Sekte Wen yang normal perbuatannya. Terkadang dia bisa membicarakan orang lain dengan baik di hadapan Wen RuoHan. Reputasinya memang selalu bagus.Mereka semua terdiam di dalam ruangan.Beberapa saat kemudian, Wen Qing berbicara lagi, "Jangan tarik jarumnya.
Bocah itu bisa mengamuk lagi begitu bangun. Teriakannya sangat lantang sampai bisa kedengaran dari luar. Tarik jarumnya kalau lukanya sudah sembuh. Aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan Wen Chao, apalagi wanita di dekatnya itu. Benar-benar membuatku jijik!"
Wen Qing keluar begitu selesai bicara.
Wei WuXian pun berkata, "Maksud dia... kami tidak boleh di sini terlalu lama, tapi kami masih bisa tinggal selama beberapa hari... benar begitu?"
Wen Ning mengangguk, "Terima kasih, Jiejie!"
Setumpuk obat-obatan herbal dilempar dari luar pintu.
Wen Qing berujar dari kejauhan, "Kalau kau memang bersyukur, berusahalah sedikit!
Obat macam apa yang kau buat itu?
Bikin lagi!"
Meskipun tumpukan obat-obatan itu terlempar persis ke arah Wei WuXian, Wen Ning tetap berujar senang, "Obat yang disiapkan kakakku pasti bagus. Ratusan kali lipat lebih bagus dari bikinanku. Pasti mujarab."
Wei WuXian akhirnya merasa lega, "Terima kasih."
Dia mengerti keadaannya. Salah satu dari dua bersaudara ini tidak mempermasalahkan keberadaan mereka dan yang satu lagi menolong mereka dengan tulus. Itu berarti mereka sudah menempatkan diri dalam bahaya besar. Seperti kata Wen Qing, apabila Wen Chao benar-benar ingin membunuh orang, sudah pasti Wen Qing tidak akan bisa menghalanginya. Mungkin dia malah ikut terkena imbasnya. Lagipula anak orang tidak akan bisa dibandingkan dengan anak sendiri.Jiang Cheng tertidur selama tiga hari dengan jarum masih tertancap di dahinya. Cedera tulang dan luka luarnya sudah sembuh. Yang tersisa hanyalah bekas dari luka cambuk pendisiplinan dan jindan yang tidak akan bisa kembali.Wei WuXian juga sudah berpikir selama tiga hari ini.Tiga hari kemudian, Wei WuXian mengucapkan selamat tinggal pada Wen Ning. Dia berjalan cukup lama sambil menggendong Jiang Cheng, kemudian meminjam sebuah rumah kecil dari seorang penjaga hutan.Dia menutup pintu dan menarik jarum di kepala Jiang Cheng. Mata lelaki itu terbuka setelah sekian lama.Dia memang bangun, tapi tidak bergerak sama sekali. Tidak ada yang membuatnya tertarik, bahkan dia tidak memalingkan wajah atau bertanya 'di mana ini', tidak ingin makan atau minum apa pun. Sepertinya dia memang menantikan kematian.
Wei WuXian, "Kau benar-benar ingin mati?"
Jiang Cheng, "Aku tidak bisa membalas dendam walaupun masih hidup. Kenapa aku tidak mati saja sekalian?
Mungkin aku akan berubah menjadi mayat ganas."
Wei WuXian, "Kau sudah menjalani upacara penenteraman jiwa sejak kecil. Kau tidak akan bisa menjadi mayat ganas setelah mati."
Jiang Cheng, "Kalau aku tidak bisa membalas dendam entah hidup atau mati, apa bedanya lagi?"
Setelah mengucapkan itu, dia tidak bicara lagi.
Wei WuXian duduk di tempat tidur, cukup lama memandanginya. Sejurus kemudian dia menepuk lutut, bangkit berdiri dan mulai menyibukkan diri.Saat malam tiba, dia sudah selesai memasak makanan. Semuanya diletakkan di atas meja, "Bangunlah. Waktunya makan malam."Tentu saja Jiang Cheng mengabaikannya.
Wei WuXian duduk di depan meja, mengangkat sumpitnya sendiri, "Kalau kau tidak mau mengisi tenaga, bagaimana kita bisa mengambil jindan-mu kembali?"
Jiang Cheng menggerakkan bibir. Tenggorokannya serak dan kering, "... Kau tahu caranya?"
Wei WuXian berujar tenang, "Iya."
Kemudian dia memalingkan wajah, "Kau sudah tahu sejak dulu bahwa ibuku, CangSe SanRen, adalah murid dari BaoShan SanRen, bukan?"
Kalimat itu hanya berisi beberapa kata, tapi bisa langsung menghidupkan lagi mata Jiang Cheng yang tadinya mati.BaoShan SanRen, si imortal legendaris yang telah hidup selama ratusan tahun, seorang master yang hidup mengasing yang katanya sanggup menghidupkan lagi orang mati dan menumbuhkan daging di tulang belulang!
Suaranya bergetar, "Maksudmu... maksudmu..."
Wei WuXian berkata dengan jelas, "Maksudku, aku tahu gunung mana yang ditinggali 'BaoShan'. Dan itu artinya, aku bisa membawamu ke BaoShan SanRen.
"Jiang Cheng, "... Tapi, tapi bukankah kau tidak bisa mengingat apaapa saat masih kecil?!"
Wei WuXian, "Bukan berarti aku tidak ingat apa pun. Ada beberapa potongan ingatan yang tidak bisa kulupakan. Aku selalu ingat suara wanita yang mengatakan sesuatu berulang-ulang kali padaku, memberitahuku lokasi tertentu dan hal-hal lainnya. Suara itu memberitahu, saat aku berada di situasi yang benar-benar buruk, aku bisa mendaki gunung itu dan meminta bantuan imortal yang menghuni di sana."
Jiang Cheng berguling dari tempat tidur.Dia melempar tubuhnya sendiri ke arah meja. Wei WuXian mendorong mangkuk dan sumpit ke hadapannya, "Makanlah.
"Jiang Cheng menempel erat pada meja, begitu bahagia, "Aku..."
Wei WuXian, "Makanlah.
Kita bisa bicara sambil makan. Kalau kau tetap tidak mau makan, aku juga tidak akan mengatakan apa pun."
Jiang Cheng hanya bisa duduk di kursi. Dengan sumpit di genggamannya, dia menyapu bersih semua makanan ke dalam mulutnya. Awalnya dia sudah merasa begitu putus asa dan tak ada harapan, tapi mendadak dia menemukan jalan keluar dan menyadari betapa indah dunia di sekelilingnya. Dia begitu senang seolah merasakan api berkobar di sekitarnya. Begitu kacau, bahkan dia tidak sadar sudah memegang sumpit dengan ujung yang terbalik. Wei WuXian melihat dia akhirnya mau makan, perhatiannya agak teralihkan.
Dia pun meneruskan, "Aku akan membawamu ke sana beberapa hari lagi."
Jiang Cheng, "Hari ini!"
Wei WuXian, "Apa yang kau takutkan?
Seorang imortal berusia ratusan tahun mana bisa menghilang dalam beberapa hari?
Aku memilih beberapa hari lagi karena ada banyak pantangannya. Akan kujelaskan padamu dengan hati-hati. Kalau tidak begitu, kau bisa saja melakukan sesuatu yang terlarang dan membuat masternya marah. Kita berdua akan tamat."
Dengan mata membelalak lebar, Jiang Cheng memandangnya, berharap diberitahu lebih banyak. Wei WuXian pun melanjutkan, "Saat mendaki gunung, kau tidak boleh membuka mata dan memandang sekeliling. Kau tidak boleh mengingat pemandangan dari gunung itu dan tidak boleh melihat orang-orang di sana. Ingat, tidak peduli apa yang mereka katakan padamu, kau harus tetap melakukannya."
Jiang Cheng, "Baiklah!"
Wei WuXian, "Dan yang terpenting: kalau mereka bertanya siapa dirimu, kau harus menjawab bahwa kau adalah anak CangSe SanRen. Kau tidak boleh mengungkap identitasmu yang sebenarnya!"
Jiang Cheng, "Baiklah!"
Sepertinya entah apa yang diberitahu Wei WuXian, Jiang Cheng tetap akan menjawab 'iya' dengan mata berkilat basah. Wei WuXian menyimpulkan, "Baiklah, ayo makan. Pulihkan kekuatan dan tingkatkan tenaga kita. Aku akan bersiap-siap dalam beberapa hari ke depan."
Jiang Cheng akhirnya menyadari bahwa sumpit yang digenggamnya terbalik. Dia pun memutarnya dan lanjut makan lagi. Rasanya sangat pedas sampai matanya memerah.
Jiang Cheng pun mengumpat, "... Rasanya sangat tidak enak!"
Setelah beberapa hari terus ditanyai tentang detail dari BaoShan SanRen, Wei WuXian pun melepaskan Jiang Cheng. Mereka menempuh perjalanan yang panjang dan akhirnya tiba di kaki gunung terpencil di sekitar Yiling.Gunung itu penuh dengan tanaman hijau dan puncaknya terselubungi awan dan kabut. Memang benar ada atmosfer suci di sana, tapi tetap saja jauh berbeda dibandingkan gunung angkasa yang dibayangkan semua orang. Selama beberapa hari ini Jiang Cheng selalu berprasangka. Terkadang dia curiga apabila Wei WuXian membohonginya, dan terkadang dia ragu jika Wei WuXian sudah salah dengar atau salah mengingat sejak masih kecil. Dia terus khawatir apabila mereka tidak bisa menemukannya.
Begitu mereka berdua melihat gunung itu, Jiang Cheng mulai curiga lagi, "Apa benar BaoShan SanRen tinggal di sini?"
Wei WuXian terdengar yakin, "Sudah pasti. Apa gunanya aku berbohong padamu?
Supaya kau bisa senang selama beberapa hari lalu dikecewakan lebih dalam lagi?"Pembicaraan serupa sudah beberapa kali terjadi di antara mereka.
Wei WuXian mendaki separuh jalan bersamanya, "Baiklah. Sekarang aku tidak bisa lagi menemanimu naik."
Dia mengeluarkan sepotong kain untuk dipakai menutup mata Jiang Cheng, memberitahunya lagi dan lagi, "Kau benar-benar tidak boleh membuka matamu.
Tidak ada makhluk buas satu pun di gunung ini, jadi sebaiknya kau berjalan lambat. Sekalipun jatuh, kau tidak boleh melepaskan kainnya. Tidak boleh penasaran juga. Ingat, katakan saja dirimu Wei WuXian. Kau tahu bagaimana menjawab pertanyaannya, kan?"
Hal yang paling krusial adalah menanyakan apa dia bisa membentuk jindan dan membalas dendam lagi. Tentu saja Jiang Cheng tidak akan berani berbuat sembrono. Dia mengangguk gugup.Kemudian Jiang Cheng berbalik dan mulai melangkah lambat menaiki gunung. Wei WuXian, "Aku akan menunggumu di kota tadi!"
Setelah cukup lama memandang siluet Jiang Cheng yang bergerak lambat, Wei WuXian pun ikut berbalik dan melangkah ke jalur lain di gunung itu.Jiang Cheng sudah berada di gunung itu selama tujuh hari.Kota tempat mereka janjian untuk bertemu dibangun di tengah pegunungan. Lokasinya cukup terpencil dan tidak ada banyak orang di sana. Jalanannya juga sempit dan bergeronjal. Bahkan penjual di pinggir jalan pun tidak banyak.Wei WuXian berjongkok di pinggir jalan, sesekali melirik ke arah gunung itu. Masih tidak ada tanda-tanda kedatangan Jiang Cheng. Dengan kedua tangan bertopang lutut, dia bangkit berdiri, merasakan kepalanya seperti berputar-putar. Dia terhuyung-huyung beberapa saat, lalu berjalan ke arah kedai teh satu-satunya di kota ini.Kelihatannya, kedai teh ini adalah satu-satunya bangunan di kota ini yang tidak biasa saja. Begitu masuk, seorang pelayan menghampirinya sambil tersenyum, "Anda pesan apa?"
Wei WuXian langsung waspada.Dalam beberapa hari ini, dia sibuk kabur dan tidak pernah membersihkan diri. Penampilannya bisa dibilang sangat kotor. Sudah beruntung dia tidak langsung ditendang keluar begitu pelayan kedai teh itu melihat penampilannya. Tapi kini, salah satunya malah menghampiri Wei WuXian dengan antusiasme yang kelewat palsu.Segera dia memindai penjuru kedai. Si akuntan berdiri di belakang meja kasir, terlihat seperti ingin mengubur wajahnya sendiri ke lembar pembukuan. Sekitar enam orang duduk menyebar di sepuluh meja. Kebanyakan mengenakan jubah bertudung dan menyesap teh dengan kepala menunduk rendah seolah sedang menyembunyikan sesuatu.Wei WuXian segera berbalik pergi. Namun, baru selangkah keluar dari kedai teh, sesosok bayangan yang gelap dan tinggi melesat ke arahnya dan menghantam dadanya keras-keras.Wei WuXian terbanting ke arah dua meja. Pelayan dan akuntan itu berlari keluar, panik. Semua orang di dalam sana melepas tudung, memperlihatkan jubah matahari yang mereka kenakan. Wen ZhuLiu menjangkahi ambang pintu dan berdiri di hadapan Wei WuXian, memandangnya bersusah payah bangkit, lalu ke telapak tangannya, terlihat merenung. Seseorang menendang belakang lutut Wei WuXian dan memaksanya tersuruk ke tanah.Wajah Wen Chao muncul di pandangan, sarat akan sukacita yang kejam, "Kau sudah kalah?! Dasar bocah berandalan, bukankah kau meloncat ke sana kemari saat di gua Xuanwu Pembantai dulu?
Sekarang kau sudah kalah hanya dengan sekali pukulan?
Hahahaha, ayo lompat terus. Lihat betapa sombongnya kau dulu!"
Suara tak sabar Wang LingJiao juga terdengar, "Cepat! Wen Gongzi, potong tangannya! Dia masih berutang satu lengan pada kita!"
Wen Chao, "Tidak, tidak, tidak, jangan terburu-buru. Kita baru saja menemukan bocah berandalan ini. Memotong tangannya bisa melibatkan banyak darah. Tidak akan menyenangkan lagi kalau dia cepat mati. Pertama, lebur jindan-nya. Aku ingin mendengar dia berteriak seperti si berengsek Jiang Cheng itu!
"Wang LingJiao, "Kalau begitu lebur jindan-nya dulu, lalu potong tangannya!"
Selagi mereka berdiskusi, Wei WuXian meludahkan sejumlah darah, "Baiklah! Berikan saja semua teknik penyiksaan yang kau punya!"
Wang LingJiao menyeringai, "Camkan perkataanmu."Wen Chao mencaci maki, "Kau sudah sangat dekat dengan kematianmu tapi masih saja berlagak sok pahlawan!"
Wei WuXian tertawa dingin, "Memang karena aku akan mati, makanya aku senang begini!
Yang kutakutkan adalah jika aku tidak akan mati. Kalau berani, siksa aku!
Makin kejam makin baik. Setelah aku mati, aku akan menjadi hantu ganas dan menghantui Sekte QishanWen siang dan malam dan mengutuk kalian semua!
"Mendengar itu, Wen Chao pun meragu. Murid-murid dari klan terkenal seperti Jiang FengMian dan Yu ZiYuan sudah dipengaruhi klan dan pusaka klan mereka sejak muda. Saat tumbuh besar, mereka sudah menjalani begitu banyak upacara penenteraman jiwa sehingga hanya ada sedikit kemungkinan mereka menjadi hantu ganas. Namun Wei WuXian berbeda. Dia adalah anak seorang pelayan. Dia juga tidak tumbuh besar di Sekte Jiang sejak lahir sehingga tidak punya kesempatan menjalani begitu banyak upacara penenteraman jiwa. Kalau dia mati dengan membawa banyak energi kebencian dan menjelma menjadi hantu ganas, dia pasti akan menyusahkan. Dan dari semua penyiksaan yang diterimanya saat masih hidup, semakin banyak, semakin terpencar, semakin kejam, maka dia juga akan menjadi hantu yang semakin ganas dan makin sulit ditundukkan.Melihat hal ini, Wang LingJiao buru-buru berkata, "Wen Gongzi, jangan dengarkan omong kosongnya.
Tidak semua orang bisa menjadi hantu ganas setelah mati. Waktu, tempat, dan situasinya—semua itu harus cocok. Toh meski dia menjadi hantu ganas, memangnya Sekte Wen tidak bisa menangani satu hantu saja?
Kita sudah bersusah payah mengejarnya sejak lama. Bukankah tujuannya untuk memberinya hukuman?
Jangan bilang hanya karena dia terlalu lama membual, Anda sampai berniat melepaskannya?"
Wen Chao, "Tentu saja tidak!"
Menyadari dirinya pasti akan mati juga, entah bagaimana Wei WuXian menjadi tenang. Kebenciannya merasuk begitu dalam sampai ke tulang dan membuatnya bertekad sekuat baja. Wen Chao melihat ekspresi itu. Meski jengkel, entah kenapa dia juga merasa takut.
Dia menendang perut Wei WuXian, "Kau masih bertingkah sok begitu! Siapa yang ingin kautakuti?
Kau ingin berlagak seperti pahlawan apa?!"
Segerombolan murid ikut menghajar Wei WuXian bersamanya. Setelah dirasa cukup, Wen Chao akhirnya memerintah, "Cukup!"
Wei WuXian lagi-lagi meludahkan sejumlah darah. Hatinya kukuh, Sudah waktunya membunuhku?
Tidak akan jauh beda sekalipun aku mati. Lagipula, ada sepertiga kemungkinan aku bisa menjadi hantu ganas dan membalas dendam!
Pemikiran itu membuatnya luar biasa bersemangat.
Namun Wen Chao berkata, "Wei Ying, kau selalu mengira dirimu tidak takut pada apa pun dan bahwa dirimu ini berani dan hebat, bukan?"
Wei WuXian menjawab terkejut, "Huh, bahkan anjing-anjing Wen bisa bicara dengan bahasa manusia?"
Wen Chao menghajarnya. Senyumannya begitu bengis, "Teruslah pamer. Pamerkan betapa lihai kau bicara.
Aku ingin lihat sampai berapa lama kau bisa terus bertingkah seperti pahlawan!"
Dia memerintahkan bawahannya untuk memegangi Wei WuXian. Wen ZhuLiu menghampirinya dan menariknya dari tanah. Wei WuXian berupaya mengangkat kepala dan melihat orang yang sudah membunuh Jiang FengMian dan Nyonya Yu, dan menghancurkan jindan Jiang Cheng. Dia mematri wajah dan ekspresi dingin itu dalam hatinya.Orang-orang Sekte Wen terbang dengan pedang bersamanya. Kota dan pegunungan semakin terlihat jauh.
Wei WuXian membatin, Meskipun Jiang Cheng turun dari gunung itu, dia tidak akan bisa menemukanku lagi... Kenapa mereka menerbangkanku begitu tinggi?
Ingin membuatku jatuh dari ketinggian sampai mati?
Setelah terbang cukup lama, mendadak sebuah gunung hitam muncul dari berlapis-lapis awan putih.Gunung itu menguarkan aura kematian. Seperti mayat besar berusia ribuan tahun, hanya melihatnya saja membuat darah siapa pun serasa membeku.Wen Chao berhenti di puncak gunung dan berkata, "Wei Ying, kau tahu di mana ini?"
Dia menyeringai, "Tempat ini bernama Bukit Luanzang."
Mendengar nama itu, semburan udara dingin merangkak ke punggung dan belakang kepala Wei WuXian.Wen Chao meneruskan, "Bukit Luanzang berada di Yiling. Orang Yunmeng sepertimu mungkin juga pernah mendengar namanya. Ini gunung mayat, medan perang kuno. Kalau kau menancapkan sekop di bagian mana pun di gunung ini, kau bisa menemukan mayat. Banyak juga mayat tak bernama yang dilemparkan ke sini dan hanya dibungkus kain keset.
"Formasi pedang turun perlahan, mendekati sebuah puncak hitam. Wen Chao, "Lihat saja aura gelapnya.
Tsk tsk tsk, energi ganasnya sangat kuat, bukan?
Dan energi kebenciannya juga tebal, bukan?
Bahkan Sekte Wen saja tidak sanggup membereskannya. Kami hanya bisa membendungnya dan mencegah orang lain memasukinya. Sekarang masih siang. Tapi saat malam, baaaayak hal yang bisa ditemukan di sana. Jika ada manusia hidup yang masuk ke sana, tubuh dan jiwanya tidak akan kembali dan tidak akan bisa keluar dari sana selamanya."
Dia mencengkeram rambut Wei WuXian. Seringaian kelam terulas di wajahnya saat dia berkata lambat, "Dan kau juga tidak akan bisa keluar dari sana selamanya!"
Dia melempar Wei WuXian hingga jatuh.
"Ahhhhhhhhhh...!”

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang