CHAPTER 66: KELEMBUTAN (4)
SAMBIL menuruni jalur pegunungan, mereka meninggalkan Yun Shen Buzhi Chu melewati jalan pintas, berjalan makin jauh dan jauh lagi sampai mereka akhirnya melampaui wilayah murid-murid Sekte GusuLan biasa beraktivitas.
Wei WuXian mendadak memekik, "Ow, perutku sakit."
Lan WangJi langsung berhenti, "Istirahat. Oleskan salep lagi."
Wei WuXian, "Tidak apa-apa. Aku akan duduk di atas sana saja."
Lan WangJi, "Duduklah."
Ekspresi Wei WuXian terlihat menyedihkan, "Tapi pergerakan menaiki keledai itu sangat besar. Aku takut lukaku akan terpengaruh."
Lukanya sebenarnya sudah sembuh sejak lama. Jelas-jelas dia hanya sedang bertingkah tak tahu malu.
Lan WangJi berhenti, berbalik dan memandanginya. Lengannya mendadak terulur. Setelah memastikan bagian yang cedera tidak tersentuh, dia melingkarkan lengan ke sekeliling pinggang Wei WuXian, mengangkatnya dengan lembut dan meletakkannya di atas punggung Apel Kecil.Di antara dua orang itu, satu menaiki keledai sementara satunya lagi menarik tali kekangnya. Wei WuXian tersenyum lebar dengan mata melengkung.
Lan WangJi bertanya, "Apa?"
Wei WuXian, "Tidak ada apa-apa."
Wei WuXian merasa agak berpuas diri, seakan-akan baru saja mengerjai seseorang.Meski Wei WuXian tidak bisa mengingat banyak hal yang terjadi padanya saat masih muda, ada satu bayangan yang selalu terpatri buram dalam benaknya.Jalan setapak sempit, keledai kecil, dan tiga orang. Pria berpakaian hitam dengan lembut mengangkat seorang wanita berjubah putih. Dia mengangkatnya dan mendudukkannya di punggung keledai, lalu mengangkat seorang anak kecil tinggi-tinggi dan menaruhnya di pundaknya.Wei WuXian-lah anak kecil itu—saat itu bahkan masih belum setinggi kaki orang dewasa. Begitu duduk di pundak pria itu, tiba-tiba saja dia merasa sangat tinggi, sangat hebat. Terkadang dia menarik-narik rambut pria itu, terkadang mengusap-usap pipinya. Dia berteriak-teriak dan mengayunkan kaki. Wanita berbalut putih duduk di pelana keledai, punggung sedikit terguncang-guncang oleh langkah keledainya. Melihat mereka berdua, dia pun tampak tersenyum. Pria itu selalu diam, tidak banyak bicara, hanya mengangkat bocah itu semakin tinggi dan makin kokoh. Salah satu tangannya memegang tali kekang keledai, dan mereka bertiga melalui jalur sempit itu, melangkah maju dengan perlahan.Itu adalah salah satu kepingan langka dari kenangan yang dia punya.Mereka adalah ayah dan ibunya.
Wei WuXian, "Lan Zhan, maukah kau menarik tali kekangnya?"
Lan WangJi, "Kenapa?"Apel Kecil sebenarnya cukup cerdas. Dia tahu bagaimana mengikuti seseorang. Wei WuXian berujar lagi, "Hargai aku sedikit* dan ambil tali kekangnya, ya?"[*Hargai aku sedikit: give me some face, maknanya kurang lebih berarti 'jangan buat aku malu (karena permintaanku nggak diikuti)'.
Meski masih tidak mengerti kenapa Wei WuXian tersenyum begitu cerah, Lan WangJi tetap mendengarkan dan mengambil tali kekang Apel Kecil, menggenggamnya erat di tangan.
Wei WuXian berbicara ke diri sendiri, "Hm. Sekarang hanya tinggal yang kecil."
Lan WangJi, "Apa?"
Wei WuXian terkekeh, "Tidak apa-apa. Lan Zhan, kau benar-benar orang yang baik."Perjalanan mereka ke Yiling menandakan bahwa masa depan masih belum jelas, bahkan agak berbahaya. Namun Wei WuXian sama sekali tidak bisa merasa gelisah. Duduk di pelana keledai dengan Lan WangJi menarik tali kekangnya dan membimbing mereka melalui jalan setapak, itu membuat hatinya berbunga-bunga seakan sedang berjalan di udara. Bahkan jika ada segerombolan sekte yang tiba-tiba menyerang dari sisi jalan, mungkin benar itu akan menghancurkan pemandangan dan merusak suasana hatinya, tapi Wei WuXian berpikir itu tidak akan terlalu buruk juga. Bahkan saat ini dia sedang bersemangat untuk menikmati pemandangan padang luas di bawah sinar rembulan dan menarik seruling bambu di pinggangnya. Begitu alami, dia memainkan sebuah nada.Seruling itu menghasilkan warna-nada yang jernih. Langkah kaki Lan WangJi sedikit meragu sementara Wei WuXian merasakan sesuatu dalam dirinya mendadak benderang.
Dia berkata, "Lan Zhan! Aku mau tanya, dulu di gua Xuanwu di Gunung Muxi, apa nama lagu yang kau nyanyikan untukku?
Lan WangJi menatapnya, "Kenapa kau tiba-tiba ingat untuk menanyakan hal ini?"
Wei WuXian, "Katakan saja. Apa namanya? Sepertinya aku bisa menebak bagaimana kau sanggup mengenaliku."
Saat malam di Gunung Dafan, nada-nada yang dia mainkan berasal dari lagu yang Lan WangJi senandungkan di sisinya—saat Wei WuXian sedang demam di dalam gua Xuanwu di Gunung Muxi!
Lan WangJi menolak mengatakan apa pun sehingga Wei WuXian mendesaknya, "Katakan, lagu apa itu? Siapa yang mengarangnya?"
Lan WangJi, "Aku."
Wei WuXian, "Kau yang mengarangnya?!"
Lan WangJi, "Mn."
Wei WuXian awalnya mengira itu adalah lagu rahasia dari Sekte GusuLan. Karena sekarang dia mengetahui kebenarannya, dia pun merasa terkejut sekaligus sangat gembira. Yang membuatnya terkejut memang cukup jelas. Namun yang membuatnya sangat gembira, Wei WuXian sendiri tidak mengerti.
Dia pun menebak, "Kalau kau memang bisa mengenaliku dari itu, berarti—lagu itu, kau tidak pernah membiarkan orang lain mendengarnya?"
Lan WangJi, "Tidak pernah."
Wei WuXian begitu bahagia sampai menendang Apel Kecil. Apel Kecil memekik marah, menendang kaki belakangnya seolah ingin menggoyangkan Wei WuXian hingga jatuh dari punggungnya.
Lan WangJi pun menarik erat tali kekangnya, sedangkan Wei WuXian memeluk leher keledai itu, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Apel Kecil memang selalu begini. Hanya tendangan kecil kok. Ayo teruskan.
Kalau begitu, sebenarnya apa nama lagunya?"
Lan Wangji, "Bagaimana menurutmu?"
Wei WuXian, "Apa maksudmu bagaimana menurutku? Memangnya lagu itu tidak punya nama?" Dalam hati, dia membatin, Apa gaya Lan WangJi dalam menamai sesuatu sama dengan Jiang Cheng? Pasti tidak mungkin!
Dia pun bertanya, "Kau menanyakan pendapatku? Menurutku, bagaimana kalau diberi nama..."Setelah lebih dari delapan puluh nama yang dia sebutkan semuanya ditolak oleh Lan WangJi, semangat Wei WuXian pun mulai surut.Mereka berdua memilih jalur pedesaan terpencil supaya berjaga-jaga jika berpapasan dengan kultivator yang mencari mereka jika melewati jalan utama. Hari berikutnya, Wei WuXian merasa agak lelah dan haus. Kebetulan mereka melihat sebuah rumah petani di sisi jalan. Lan WangJi pun menghentikan Apel Kecil.Mereka mengetuk pintu, tapi tidak ada yang menjawab. Pintu terbuka sendiri. Sebuah meja kayu buatan tangan berada di tengah halaman beserta semangkuk kacang buncis yang belum selesai dikupas tergeletak di atasnya. Setumpuk jerami menggunung tinggi di dekat dinding lumpur dengan sebuah garu yang mencuat di antaranya. Di pelataran, anak-anak ayam saling berkeciap sambil mematuk beras, berlarian ke sana-kemari.Wei WuXian melihat beberapa buah melon menumpuk di salah satu sudut pekarangan.
Dia pun berjalan mendekat dan mengambil salah satunya, berujar dengan serius, "Pemiliknya sedang tidak ada di sini.
HanGuang-Jun, mari kita menyesuaikan diri."
Baru saja Lan WangJi akan menaruh beberapa keping koin di atas meja, suara langkah kaki berdatangan dari luar dinding. Satu di depan dan satunya lagi di belakang, barangkali mereka adalah pemilik rumah ini yang baru saja pulang. Wei WuXian tidak tahu kenapa, tapi begitu mendengar suara langkah kaki itu, dia segera mendorong Lan WangJi hingga jatuh di belakang tumpukan jerami.Untung saja Lan WangJi selalu diam dan tenang sehingga tidak membuat kebisingan bahkan saat tubuhnya didorong hingga jatuh. Meski begitu, jelas dia tidak mengerti kenapa mereka berdua harus bersembunyi.
Wei WuXian juga menyadarinya, Benar, kenapa kita bersembunyi?
Orang-orang dari pinggiran kota tidak mungkin bisa mengenali kami. Memangnya kami tidak bisa jujur saja dan bilang bahwa kami di sini untuk membeli makanan?
Mungkin aku terlalu sering melakukan hal buruk sehingga jadi kebiasaan.Akan tetapi karena dorongan tadi, dia sudah mendorong sekujur tubuh Lan WangJi ke dalam tumpukan jerami lembut itu. Posisi yang terkesan agak terpaksa itu membangkitkan perasaan senang yang aneh dalam dirinya. Dia pun memutuskan untuk tidak bangun, sengaja berlagak mengangkat jari telunjuk dan mengisyaratkan Lan WangJi supaya tidak bersuara. Kemudian dia berpura-pura tidak bisa melakukan apa pun saat ini. Dengan nyamannya Wei WuXian berbaring di atas tubuh Lan WangJi, diam-diam merasa begitu gembira sampai tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Suara kursi-kursi kayu digeser terdengar dari pekarangan. Dua pemilik ladang ini sepertinya sedang duduk menghadap meja.
Suara seorang wanita terdengar, "Er Gege, aku bisa menggendong dia."
Mendengar kata 'Er Gege' itu, Lan WangJi pun sekilas membeku.
Suara seorang pria menjawabnya, "Kau lanjutkan saja mengupas buncis itu."
Kemudian terdengar suara anak kecil bergumam dalam tidurnya.
Sepertinya mereka adalah pasangan muda. Si istri sedang mempersiapkan makan malam sementara suaminya sedang memeluk seorang anak yang sedang terlelap.Wei WuXian tersenyum lebar dan mengedipkan mata kirinya ke arah Lan WangJi. Kemudian dia berbisik, "Kebetulan sekali.
Pemilik ladang ini juga seorang 'Er Gege'."
Nada suaranya meninggi di akhir kata. Niatan menggodanya begitu terang-terangan. Dengan mata berat, Lan WangJi menatapnya, lalu mengalihkan pandangan. Wei WuXian merasakan hatinya serasa meleleh.
Dia berbaring di sebelah telinga lelaki itu dan memanggil dengan suara rendah, "Lan Er Gege."
Napas Lan WangJi sepertinya tergagap.
Matanya menatap Wei WuXian dengan menyiratkan peringatan.Di pekarangan itu, si istri tertawa kecil, "Kau tidak tahu cara menggendongnya dengan benar. Kalau nanti kau membuatnya bangun, maka aku yang harus menghiburnya, bukan?"
Si suami, "Dia terlalu sibuk bermain hari ini, pasti kecapekan. Dia tidak akan terbangun."Istrinya sedang mengupas buncis selagi bicara, "Er Gege, kau benar-benar perlu mendisiplinkan A-Bao. Dia masih empat tahun tapi sudah seperti ini. Apa jadinya saat besar nanti?
Sudah berapa kali dia membuat anak mereka menangis?
Bahkan bocah itu tidak mau bermain dengan A-Bao lagi."[A-Bao: nama panggilan orangtua ke bayi mereka (artinya bayi, atau berharga), tapi bisa juga itu beneran nama si bocah.]
Si suami, "Tapi dia selalu kembali padanya. Dia bilang tidak mau, tapi dalam hati jelas-jelas dia masih sangat ingin bermain dengan ABao."
Wei WuXian menahan tawa, "Er Gege, bagaimana menurutmu? Kau setuju?"
Lan WangJi, "Berhenti bicara."
Dengan volume suara seperti itu, orang biasa tidak akan mampu mendengarnya sama sekali. Suami istri itu mengobrol hal-hal remeh di sisi seberang, tepat di sebelah telinga Lan WangJi.
Wei WuXian juga sudah berkali-kali mengulangi kata 'Lan Er Gege' dengan lembut dan ringan.
Lan WangJi pun sepertinya sudah habis kesabaran. Mendadak dia membalik posisi tubuh mereka.Pergerakannya gesit sekaligus mantap. Tumpukan jerami sama sekali tidak bergerak, tapi Wei WuXian sudah berada di bawah tubuhnya.
Suara Lan WangJi begitu rendah, "Jika bicara lagi, aku akan membungkammu."
Tangan Wei WuXian terulur ke wajahnya, tapi Lan WangJi segera menyambarnya.
Nada bicara Wei WuXian bersungguh-sungguh, "HanGuang-Jun, ada jerami di pita dahimu."
Mendengar itu, tangan Lan WangJi pun merileks. Wei WuXian membantu mengambil sepucuk jerami tipis dan memperlihatkannya ke hadapan Lan WangJi sambil berujar senang, "Lihat! Aku tidak bohong, kan?"
Sebelum berbicara dengan berpuas hati terlalu lama, dia mendengar si istri itu berbicara lagi, "Tapi kalau itu memang benar, kita tidak boleh membiarkan A-Bao menindas yang lain."
Si suami berujar tenang, "Biarkan saja, Bukankah bocah laki-laki menindas yang lain karena menyukai mereka?
Dia hanya ingin diperhatikan orang yang disukainya."
Senyum Wei WuXian membeku.
Saat ini, anak kecil itu sepertinya terbangun. Dia menggumamkan sesuatu dengan suara kecil. Pasangan suami istri itu segera menghiburnya. Sesaat kemudian, bocah itu terlelap lagi.
Si istri berujar, "Er Gege, aku memintamu mendisiplinkan A-Bao bukan hanya karena hal itu, tapi juga karena belakangan ini sedang tidak aman. Suruh dia berhenti sering-sering bermain di luar rumah dan pulang cepat."
Si suami, "Aku tahu. Tentang kuburan tua di sekeliling desa yang sudah dibongkar itu, bukan?"
Si istri, "Kudengar bukan hanya sekeliling desa kita. Bahkan orangorang kota banyak yang mengalami sendiri kejadian serupa di makam leluhur mereka. Aneh sekali. A-Bao sebaiknya harus lebih sering bermain di rumah, jangan terlalu sering dibiarkan pergi keluar."
Si suami, "Itu benar. Celaka kalau dia berpapasan dengan Yiling Laozu."
Wei WuXian, "..."
Si istri menjawab lembut, "Aku sudah mendengar cerita tentang Yiling Laozu sejak kecil. 'Kalau kau tidak patuh, Yiling Laozu akan kembali untuk mencarimu dan mengambilmu untuk dijadikan makanan para hantu'—kukira itu hanya akal-akalan orang dewasa untuk menggoda anaknya. Siapa sangka orang seperti itu benar-benar ada?
Dia bahkan sudah benar-benar kembali?"
Si suami, "Yah. Begitu mendengar berita makam-makam dibongkar, aku langsung memikirkan dia. Memang benar. Rumor itu sudah menyebar di seluruh penjuru kota."
Kenyataan bahwa dirinya langsung dikait-kaitkan dengan perbuatan 'membongkar kuburan' itu, Wei WuXian tidak bisa apa-apa selain pasrah. Sejujurnya dia memang sering melakukan hal semacam itu di masa lalu. Yang paling terkenal adalah selama Sunshot Campaign, saat dia menggali ke dalam bumi, membalik seluruh kuburan leluhur Sekte Wen dan mengubah semua mayatnya menjadi boneka. Selain itu, setiap kultivator Sekte Wen yang dia bunuh akan ikut diubah menjadi boneka sebelum dikendalikan untuk membunuh kawan dan keluarga yang mereka miliki.Selama Sunshot Campaign, tindakannya itu menuai pujian dan dipergunakan untuk menginspirasi banyak orang. Namun semakin lama, orang jadi semakin takut saat namanya disebut lagi. Tidak hanya orang lain, bahkan Wei WuXian sendiri juga merasa bahwa perbuatannya sudah keterlaluan. Apalagi setelah identitasnya terkuak beberapa hari yang lalu, bukan salah orang lain jika mereka langsung menyimpulkan pelakunya adalah Yiling Laozu saat mendengar ada yang membongkar kuburan di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)
FantasyJudul alternatif: Mo Dao Zu Shi, Founder of Diabolism, 魔道祖师 Penulis: Mo Xiang Tong Xiu (MXTX) Tahun rilis: 2015 Genre: Xianxia, Action, Adventure, Mystery, Comedy, Yaoi (ini bl ya teman2 atau lelaki sesama lelaki kalau tidak suka boleh skip krna nn...