Jarak 1

26 1 0
                                    

CHAPTER 74: JARAK (1)

DIKARENAKAN penampilan Wen Ning yang mengerikan dan brutal, entah bagaimana dia mendapat julukan yang patut disayangkan. Namun itu akan menjadi cerita lain nantinya. Meski perutnya sudah ditusuk Jiang Cheng, Wei WuXian sama sekali tidak peduli. Dia menyurukkan kembali ususnya ke dalam perut dan—seolah tak terjadi apa-apa—dia membuat Wen Ning memburu arwah jahat sementara dirinya membeli beberapa karung besar berisi kentang.Saat kembali ke Bukit Luanzang, Wen Qing membalut lukanya dan memarahinya segarang mungkin karena yang dia perintahkan untuk Wei WuXian beli adalah bibit lobak.Setelah itu, datanglah hari-hari biasa di mana semua orang hidup dalam damai satu sama lain. Di Bukit Luanzang, Wei WuXian memimpin sekitar lima puluhan kultivator Sekte Wen untuk menanam sayuran, memperbaiki rumah, membersihkan mayat-mayat, dan membuat peralatan baru. Setiap hari saat sedang luang, dia akan bermain dengan balita bernama Wen Yuan, anak dari sepupu Wen Qing. Entah dia akan menggantungnya di pohon atau menguburnya di tanah, membohonginya bahwa dia akan tumbuh cepat kalau disirami dan diberi sinar matahari. Kemudian, dia akan diomeli Wen Qing lagi.Beberapa bulan berlalu seperti ini. Selain dari komentar dunia terhadap Wei WuXian yang kian memburuk, tidak ada perkembangan apa-apa lagi.Wei WuXian tidak bisa turun gunung terlalu sering. Sebab hanya dia seorang yang bisa menekan semua makhluk jahat di Bukit Luanzang, sehingga dia tidak bisa berkeliaran terlalu jauh atau terlalu lama. Namun dia terlahir sebagai orang aktif yang tidak bisa diam di satu tempat terlalu lama. Dia hanya bisa menjelajahi kota sesekali dengan dalih untuk membeli kebutuhan. Melihat sudah berapa lama Wen Yuan berada di gunung itu, Wei WuXian pun merasa mereka tidak bisa mengurung anak sekecil itu untuk terus bermain lumpur sepanjang waktu, sehingga suatu hari saat Wei WuXian hendak berbelanja di kaki gunung, dia membawa serta bocah itu juga.Wei WuXian sudah familier dengan kota itu karena telah berkalikali pergi ke sana. Dia pun menemukan jalan menuju ke penjual sayuran.
Mendadak dia memegang sesuatu dan bersiap, "Kentangmu bertunas*!"Penjual itu terlihat seperti sedang berhadapan dengan musuh bebuyutan, "Apa maumu?!

[Kentang bertunas: Kentang yang udah kayak gini beracun dan bikin sakit perut. Rasanya biasanya agak pahit. Makanya pedagang itu marah pas ketahuan lol]

Wei WuXian, "Kalau lebih murah, bagaimana?"
Awalnya Wen Yuan masih memegangi kakinya. Wei WuXian berjalan maju-mundur, mengambil kentang dan terus menawar. Tak lama kemudian Wen Yuan merasa lelah karena terus menempel pada kakinya. Lengan pendeknya sakit, jadi dia melepaskan pelukannya sedikit. Namun beberapa saat kemudian, desakan kerumunan orang di jalan membuatnya terhuyung-huyung dan kehilangan arah. Pandangannya cukup rendah. Dia berjalan ke sana-kemari, tapi tidak bisa menemukan kaki panjang dan sepatu bot hitam milik Wei WuXian. Segala hal di pandangannya adalah celana yang begitu lusuh seperti warna lumpur. Bocah ini semakin ketakutan. Saat berbalik dengan kepala pusing, dia menubruk kaki seseorang.Orang ini mengenakan sepasang sepatu bot putih tanpa noda dan sejak awal memang berjalan lambat. Saat merasa menabrak sesuatu, sosok itu pun langsung berhenti.Wen Yuan menengadah dan berkedip. Pertama-tama, dia melihat liontin giok yang menggantung di pinggang orang itu, kemudian ke ikat pinggang bersulam pola awan melayang, kemudian ke kelepak yang rapi tanpa cela, dan akhirnya ke arah sepasang mata beriris seterang kaca, sedingin embun beku musim salju.Dengan wajah khidmat, orang asing itu menunduk menatapnya. Mendadak Wen Yuan merasa ketakutan.Sementara itu, Wei WuXian masih mengambil dan memilih-milih kentang begitu lama sampai akhirnya memutuskan untuk tidak membeli kentang bertunas ini. Barangkali dia akan keracunan kalau memakannya, tapi penjual itu masih saja menolak menurunkan harga dan hanya memberinya dengusan menghina. Saat membalik badan, Wei WuXian langsung sadar bahwa Wen Yuan sudah menghilang. Wajahnya memucat, dia pun mencari bocah balita itu di sepanjang jalan. Mendadak dia mendengar suara tangisan anak kecil dan langsung bergegas mendekat. Tak jauh dari sana, kerumunan pejalan kaki berisik berkumpul di lingkaran yang sibuk, menunjuk ke sesuatu dan saling berceloteh. Dia pun menerobos kerumunan, dan matanya langsung membelalak lebar.
Lan WangJi, dengan pakaian putih dan membawa Bichen di punggungnya, tengah berdiri terpaku di tengah kerumunan ini. Dia tampak agak kebingungan. Saat melihatnya lagi, Wei WuXian tertawa begitu keras sampai nyaris terjungkal. Seorang bocah kecil jatuh terduduk di depan kaki Lan WangJi, menangis keras. Lan WangJi tidak bisa terus di sana ataupun pergi, juga tidak bisa mengulurkan tangan atau bicara dengannya. Dengan wajah serius, lelaki itu terlihat seperti sedang memikirkan hendak berbuat apa.
Salah satu pejalan kaki berbicara sambil menggigit biji melon, "Apa yang terjadi di sini? Bocah itu nangis keras sekali sampai membuatku takut setengah mati."
Seseorang berkomentar, "Dia pasti sedang dimarahi ayahnya."
Wei WuXian bersembunyi di balik kerumunan itu. Saat mendengar kata 'ayahnya', dia hampir meledak tertawa.
Lan WangJi langsung melirik dan menyangkal, "Bukan."
Wen Yuan tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang-orang ini. Anak kecil yang sedang ketakutan biasanya akan selalu memanggil siapa pun yang paling dekat dengannya.
Oleh sebab itu dia pun terisak sambil memanggil, "Ayah! Ayah..."
Seorang pejalan kaki langsung berujar, "Dengar! Sudah kubilang dia itu ayahnya!"
Beberapa orang mengira punya mata yang jeli, "Sudah pasti ayahnya. Hidung mereka terlihat seperti dipahat dari cetakan yang sama. Tidak salah lagi!"
Beberapa merasa bersimpati, "Kasihan sekali. Lihat, dia menangis sampai seperti itu. Apa dia sedang dimarahi ayahnya?"
Beberapa sedang bingung, "Apa yang terjadi di sini? Kalian bisa minggir, tidak? Keretaku tidak bisa lewat."
Beberapa terlihat marah, "Dia bahkan tidak tahu cara menggendong dan menghibur anak kecil! Jadi dia hanya akan membiarkan anaknya menangis di atas tanah? Ayah macam apa dia?"
Beberapa menunjukkan pengertian, "Lihatlah betapa mudanya dia. Pertama kali menjadi ayah, hm? Dulu aku juga seperti itu. Aku tidak tahu apa-apa. Dia akan mengerti setelah istrinya melahirkan beberapa anak lagi. Kita semua mestinya tidak perlu tergesa-gesa..."
Beberapa mencoba menghibur anak itu, "Anak baik, jangan menangis. Di mana ibumu?"
"Ya, di mana ibunya? Ayahnya tidak melakukan apa-apa, jadi di mana ibunya?"
Di tengah banjiran ocehan itu, ekspresi Lan WangJi semakin terlihat aneh.Sayang sekali dia sudah menjadi yang terpilih sejak lahir. Segala yang dia lakukan lebih patut daripada patut, lebih teladan daripada teladan. Dia tidak pernah ditempatkan dalam situasi ditunjuk-tunjuk orang begini. Wei WuXian sudah tertawa setengah mati, tapi begitu melihat tangisan Wen Yuan semakin keras sampai mulai sesenggukan, dia pun hanya bisa melangkah maju.
Dia berlagak baru saja melihat mereka berdua dan berujar terkejut, "Huh? Lan Zhan?"
Lan Zhan langsung mendongak. Kedua pasang mata saling bertemu pandang. Wei WuXian sendiri tidak tahu kenapa, tapi dia langsung mengalihkan tatapannya. Namun begitu mendengar suara itu, Wen Yuan langsung berdiri. Mengabaikan air mata yang mengalir di pipinya, dia pun memeluk kaki Wei WuXian lagi.
Kerumunan langsung bersuara, "Siapa dia? Mana ibunya? Ibunya di mana sih? Sebenarnya yang mana ayahnya?"
Wei WuXian melambaikan tangan, "Sudah selesai, sudah selesai."
Melihat kesenangan mereka telah usai, para pejalan kaki itu pun berangsur-angsur menyebar. Wei WuXian berbalik dan tersenyum, "Kebetulan sekali. Lan Zhan, kenapa kau ada di Yiling?"
Lan WangJi, "Berburu malam. Aku kebetulan lewat."
Mendengar suaranya masih tak berubah dari dulu, tanpa sedikit pun jejak kebencian atau permusuhan, Wei WuXian merasakan sebagian dari dirinya merileks.
Mendadak dia mendengar Lan WangJi berujar, "... Anak itu?"
Mulut Wei WuXian bergerak dengan sendirinya begitu hatinya tenang.
Dia berbohong, "Anakku."
Alis Lan WangJi berkedut.
Wei WuXian pun tertawa, "Tentu saja aku cuma bercanda. Dia anak orang lain. Aku membawanya ke sini untuk bermain. Apa yang sudah kau lakukan? Bagaimana bisa kau membuatnya menangis?"
Suara Lan WangJi acuh tak acuh, "Aku tidak berbuat apa pun."
Wen Yuan memeluk kaki Wei WuXian, masih tersedu-sedan. Wei WuXian mengerti. Meskipun wajah Lan WangJi begitu rupawan, anak sekecil dia masih belum bisa membedakan mana yang indah dan mana yang tidak. Dia hanya tahu bahwa orang itu sama sekali tidak ramah. Faktanya, Lan WangJi memang dingin dan terlihat cukup keras, jadi wajar saja Wen Yuan merasa takut saat melihat ekspresi pahit itu. Wei WuXian pun menggendong Wen Yuan dan bermain-main dengannya, mengucapkan kata-kata menghibur.Mendadak dia melihat penjual di pinggir jalan yang masih tertawa melihat mereka, jadi Wei WuXian menunjuk benda warna-warni di keranjang yang diikatkan pada kedua ujung tongkat itu dan bertanya, "A-Yuan, lihat di sana. Cantik, tidak?"
Perhatian Wen Yuan teralih.
Dia terisak, "... Cantik."
Wei WuXian, "Baunya wangi, tidak?"
Wen Yuan, "Wangi."
Penjual itu segera menambahkan, "Memang cantik dan wangi—Gongzi, belilah satu, ya?"
Wei WuXian, "Kau mau satu?"
Wen Yuan mengira Wei WuXian akan membelikan satu untuknya.
Dia pun berujar malu-malu, "Iya."
Namun Wei WuXian malah berjalan ke arah sebaliknya, "Haha, ayo pergi."
Wen Yuan tampak kaget. Matanya berlinangan air mata lagi. Melihat pemandangan seperti itu, Lan WangJi akhirnya tidak sanggup menahannya lagi, "Kenapa kau tidak membelikan satu untuknya?"
Wei WuXian merasa lucu, "Kenapa harus?"
Lan WangJi, "Kau bertanya dia mau atau tidak. Bukankah itu berarti kau akan membelikan satu untuknya?"
Wei WuXian menjawab dengan sengaja, "Bertanya dan membeli adalah dua hal yang berbeda—buat apa aku membelikannya kalau aku bertanya?"
Jawaban seretoris itu membuat Lan WangJi terkejut sampai kehilangan kata-kata. Dia memelototinya beberapa saat sebelum beralih ke Wen Yuan. Karena pelototan itu, Wen Yuan mulai gemetar lagi.
Sejurus kemudian, Lan WangJi menanyai Wen Yuan, "Mana... yang kau mau?"
Wen Yuan masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.
Lan WangJi pun menunjuk benda-benda di keranjang penjual itu, "Benda-benda di sana, mana yang kau mau?"
Wen Yuan menatapnya ngeri. Bahkan dia tidak berani menghela napas.Sejam kemudian, Wen Yuan akhirnya berhenti menangis. Dia terus-terusan meraba kantungnya yang penuh oleh mainan yang dibelikan Lan WangJi. Melihat air matanya sudah berhenti mengalir, Lan WangJi pun terlihat lega. Namun Wen Yuan dengan wajah merona merah diam-diam menyelinap dan membelitkan lengannya ke sekeliling kaki lelaki itu.
Lan WangJi menunduk dan melihat objek tambahan di kakinya, "..."
Wei WuXian tertawa parah, "Hahahahaha! Lan Zhan, selamat! Dia sudah menyukaimu! Dia memeluk kaki siapa pun yang dia sukai dan tidak akan pernah dilepaskan."
Lan WangJi berjalan maju beberapa langkah. Seperti perkataan Wei WuXian, Wen Yuan benar-benar menempel erat pada kakinya, tidak berniat melepaskannya sedikit pun. Pelukannya juga cukup erat.
Wei WuXian menepuk pundaknya, "Kau bisa berburu malam nanti saja. Bagaimana kalau kita mencari makan dulu?"
Lan WangJi menatapnya, nada bicara tak goyah, "Mencari makan?"
Wei WuXian, "Iya, mencari makan. Jangan bersikap dingin begitu. Kau akhirnya datang ke Yunmeng dan aku kebetulan berpapasan denganmu. Mari mengenang masa lalu bersama. Ayo, aku yang traktir."
Dengan Wei WuXian menyeretnya dan Wen Yuan menempel erat di kakinya, Lan WangJi akhirnya didesak ke arah sebuah restoran.
Wei WuXian duduk di sebuah ruangan pribadi, "Silakan, pesanlah."
Lan WangJi didorong ke arah alas duduk. Dia melirik menu dan menjawab, "Kau bisa pesan."
Wei WuXian, "Aku yang mentraktirmu, jadi tentu saja kau yang harus pesan. Pesanlah apa pun yang kausuka. Jangan terlalu sungkan."
Untung saja dia tidak jadi membeli kentang bertunas yang beracun itu sehingga dia masih punya uang untuk membayarnya. Lan WangJi juga bukanlah orang yang terlalu sering menolak. Setelah berpikir beberapa saat, dia pun memesan.Wei WuXian mendengar lelaki itu menyebutkan nama beberapa masakan dengan nada datar.
Dia pun tertawa, "Tidak buruk juga, Lan Zhan. Kukira orang Gusu seperti kalian tidak memakan makanan pedas. Seleramu cukup kuat juga ternyata. Kau mau minum?"
Lan WangJi menggelengkan kepala.
Wei WuXian, "Masih patuh pada peraturan meskipun sedang berada di luar—benar-benar HanGuang-Jun. Aku tidak akan memesankan untukmu, kalau begitu."
Wen Yuan duduk di sebelah kaki Lan WangJi. Bocah itu mengeluarkan saber kayu, pedang kayu, boneka tanah liat, kupu-kupu rerumputan, dan mainan lainnya dari dalam kantung dan menaruhnya di atas alas duduk, menghitung dengan sukacita. Melihat bagaimana dia menempel pada Lan WangJi sampai tidak bisa meminum teh dengan benar, Wei WuXian pun bersiul dan memanggil, "A-Yuan, kemarilah."
A-Yuan memandang Wei WuXian—yang sudah menanamnya ke dalam tanah seperti lobak dua hari yang lalu. Kemudian dia memandang Lan WangJi—yang baru saja membelikan banyak mainan untuknya. Dia tidak bergeser.
Di wajahnya tercetak jelas kata 'Tidak' dengan huruf besar.
Wei WuXian, "Kemarilah. Kalau kau duduk di sana, kau hanya akan menghalanginya."
Namun Lan WangJi malah berujar, "Tidak apa-apa. Biarkan dia duduk di sini."
Wen Yuan pun menempel pada kaki Lan WangJi lagi dengan senang. Kali ini dia memeluk pahanya. Wei WuXian memutar-mutar sumpit di tangannya dan tertawa, "Yang punya susu adalah Ibu, yang punya emas adalah Ayah—bagaimana ini bisa terjadi?"
Tak lama kemudian, arak dan hidangannya telah tiba. Terlihat lautan warna merah beserta semangkuk sup manis yang Lan WangJi pesankan untuk Wen Yuan. Wei WuXian memanggil beberapa kali sambil mengetuk mangkuknya, tapi Wen Yuan masih menunduk, menggenggam dua kupu-kupu mainan sambil bergumam.
Satu waktu dia berlagak seperti kupu-kupu di sebelah kiri, berkata malu-malu 'Aku... aku sangat menyukaimu'; di waktu berikutnya dia berlagak seperti yang di sebelah kanan, berujar dengan senang 'Aku juga sangat menyukaimu!'.
Menjadi dua kupu-kupu di saat bersamaan, bocah itu terlihat sedang bersenang-senang.Mendengar itu, Wei WuXian nyaris tersedak dan tertawa.
Dia pun mengoceh, "Ya ampun, A-Yuan, dari mana bocah kecil sepertimu belajar hal semacam itu? Kau menyukaiku, aku menyukaimu dan segala macam—memangnya kau tahu artinya menyukai seseorang? Berhenti bermain-main. Ayo makan. Ayah barumu membelikan ini untukmu. Rasanya enak."
A-Yuan akhirnya memasukkan kembali kupu-kupu itu ke dalam kantungnya. Dengan mangkuk dan sendok, dia meminum sup sesuap demi sesuap, masih duduk di sebelah Lan WangJi. Sebelum ini, Wen Yuan sudah berada di tenda tawanan di Qishan, lalu pindah ke Bukit Luanzang. Makanan dari kedua tempat itu sangatlah buruk sampai sulit dilukiskan dengan kata-kata. Maka dari itu, baginya, semangkuk sup manis ini sangatlah menggembirakan.Wen Yuan tidak bisa berhenti setelah beberapa suap, tapi dia masih sadar untuk memberikan mangkuk itu ke Wei WuXian, berujar seolah sedang mempersembahkan barang berharganya, "... Xian-gege... Gege, makan."
Wei WuXian terlihat sangat menyukainya, "Iya, bagus sekali. Jadi kau tahu apa artinya rasa hormat."
Lan WangJi, "Dilarang berbicara saat sedang menyantap makanan."
Dia mengulang lagi dengan bahasa yang lebih mudah supaya bisa dimengerti Wen Yuan, "Tidak boleh bicara saat sedang makan."
Wen Yuan mengangguk cepat dan menyibukkan diri dengan supnya tanpa berkata apa-apa lagi.
Wei WuXian berseru, "Bagaimana bisa? Dia baru mau mendengarkanku setelah kuulangi beberapa kali, tapi dia langsung mau menurutimu hanya dalam sekali bicara. Sungguh, bagaimana bisa?"
Suara Lan WangJi terdengar acuh, "Dilarang berbicara saat sedang menyantap makanan. Kau juga."
Wei WuXian tersenyum lebar, meminum secangkir arak dan memainkan cangkir itu di tangannya, "Kau benar-benar... tidak berubah tidak peduli berapa tahun sudah berlalu. Hei, Lan Zhan, kenapa kau datang ke Yiling? Aku familier dengan daerah sini. Kau mau aku memandumu?"
Lan WangJi, "Tidak perlu."
Sekte-sekte kultivasi memiliki tugas rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain. Oleh karena itu, Wei WuXian pun tidak mendesak jawabannya juga, "Akhirnya aku bertemu seseorang yang kukenal, orang yang tidak mencoba menghindariku juga. Beberapa hari ini agak sesak rasanya. Apa ada hal besar yang terjadi di luar sana?"
Lan WangJi, "Apa yang termasuk hal besar?"
Wei WuXian, "Contohnya kalau ada sekte baru yang muncul di suatu tempat, sekte yang memperluas wilayah kediamannya, sekte-sekte yang mengikat aliansi dan sebagainya. Mengobrol, tahu kan? Apa pun itu."
Wei WuXian belum mendengar berita dari dunia luar setelah dirinya dan Jiang Cheng saling memutus hubungan. Paling-paling yang dia dengar berasal dari obrolan sembarang di kota ini.
Lan WangJi, "Rencana pernikahan."
Wei WuXian, "Sekte mana?"
Lan WangJi, "Sekte LanlingJin dan YunmengJiang."
Tangan Wei WuXian yang sedang memainkan cangkir arak langsung membeku di udara.
Dia terpana, "Shi-... Nona Jiang dan Jin ZiXuan?"
Lan WangJi mengangguk lembut.
Wei WuXian bertanya, "Kapan? Kapan upacara pernikahannya?"
Lan WangJi, "Tujuh hari lagi."
Tangannya gemetar sekilas. Wei WuXian pun menaruh cangkir di bibirnya, tapi dia tidak sadar bahwa cangkir itu sudah kosong. Dia merasa hampa, tak tahu harus merasa terkejut, marah, tidak puas, atau pasrah.Dia memang sudah lama menduga hal ini akan terjadi bahkan sebelum meninggalkan Sekte Jiang. Namun begitu mendengar berita itu secara mendadak, kata-kata tak berujung mulai berkumpul dalam benaknya, bersiap untuk meledak keluar sekaligus tapi tak tahu bagaimana caranya bisa lolos. Jiang Cheng bahkan tidak mencari jalan untuk memberitahunya tentang acara sepenting ini. Apabila Wei WuXian tidak bertemu Lan WangJi hari ini, sudah pasti dirinya tidak akan tahu!Namun dia menanyai diri sendiri—kalau dipikir lagi, apa yang akan terjadi seumpama dia tahu? Di atas permukaan, Jiang Cheng sudah mengumumkan ke dunia tentang apa yang semua sekte itu percaya—bahwa Wei WuXian sudah dikeluarkan dari sektenya dan tidak lagi berhubungan dengan Sekte YunmengJiang. Sekalipun dia tahu, dia tidak akan bisa menghadiri pesta perjamuan pernikahannya. Memang sudah sepantasnya Jiang Cheng tidak memberitahunya. Seandainya Jiang Cheng memberitahu Wei WuXian, dia tidak akan tahu seimpulsif apa tindakannya nanti.
Tak lama kemudian, Wei WuXian akhirnya menggumam, "Jin ZiXuan lolos terlalu mudah."
Dia menuang secangkir arak lagi, "Lan Zhan, bagaimana menurutmu tentang pernikahan ini?"
Lan WangJi tidak mengatakan apa-apa.
Wei WuXian, "Oh, benar. Buat apa aku menanyaimu? Lagipula pendapat apa yang kaumiliki tentang hal ini? Bukan berarti kau pernah memikirkan hal semacam itu, bukan?"
Dia meminum arak itu dalam sekali teguk, "Aku tahu banyak orang mengatakan Shijie tidak pantas untuk Jin ZiXuan di belakang punggung mereka. Ha. Tapi di mataku, justru Jin ZiXuan-lah yang tidak pantas untuk shijie-ku.
Tapi Shijie malah..."Tapi Jiang YanLi malah jatuh cinta pada Jin ZiXuan.
Wei WuXian membenturkan cangkir arak ke meja, "Lan Zhan! Kau tahu tidak? Shijie-ku, dia pantas mendapatkan orang terbaik di dunia ini."
Dia menggebrak meja, wajahnya yang sedikit mabuk terlihat bangga, "Kami akan menyelenggarakan perjamuan besar yang akan dikagumi dan dipuji semua orang, bahkan setelah seratus tahun kemudian. Tidak ada yang akan menyainginya. Aku akan menyaksikan shijie-ku menikah dengan kemegahan yang sesungguhnya."
Lan WangJi, "Mn."
Wei WuXian tertawa pahit, "Kenapa kau menjawab? Aku tidak akan bisa menyaksikannya lagi."
Pada titik ini, Wen Yuan sudah menghabiskan supnya, duduk di tempatnya dan mulai memainkan kupu-kupunya lagi. Antena panjang dari dua kupu-kupu itu saling terjalin dan tidak bisa dilepaskan. Melihat betapa gelisahnya bocah itu, Lan WangJi pun mengambil kupu-kupu dari tangannya dan melepaskan empat antena kupu-kupu itu. Kemudian dikembalikan ke Wen Yuan.Melihat itu, perhatian Wei WuXian pun akhirnya teralihkan.
Dia berhasil mengulas senyum, "A-Yuan, berhenti menggosok-gosokkan wajahmu. Masih ada sup di mulutmu. Itu akan mengotori pakaiannya."
Lan WangJi mengeluarkan sapu tangan putih dan tanpa ekspresi mengusap sup dari ujung mulut Wen Yuan.
Wei WuXian pun bergurau, "Lan Zhan, mengejutkan sekali. Aku tidak pernah tahu kau ternyata bagus dalam menghadapi anak kecil. Kalau kau memperlakukannya sedikit lebih baik lagi, aku ragu kalau dia masih mau pulang bersamaku..."
Mendadak ekspresi Wei WuXian berubah.
Dia mengeluarkan secarik jimat dari kelepaknya, tapi jimat itu sudah terbakar, beralih menjadi abu tak lama setelah dikeluarkan. Pandangan Lan WangJi mengeras.
Wei WuXian seketika berdiri, "Oh tidak."
Jimat itu adalah inti dari selubung peringatan yang dia pasang di Bukit Luanzang. Apabila terjadi sesuatu di Bukit Luanzang setelah dia pergi, misalnya selubung penghalangnya rusak atau terjadi pertumpahan darah, jimat itu akan terbakar sendiri untuk memperingatkannya pada insiden itu.
Wei WuXian mengapit Wen Yuan di antara lengan dan tubuhnya, "Permisi, Lan Zhan, aku harus kembali!"
Sesuatu terjatuh dari kantung Wen Yuan.
Dia berseru, "Ku... Kupu-kupu!"
Dengan bocah itu di lengannya, Wei WuXian sudah bergegas keluar dari restoran. Sejurus kemudian sesosok bayangan putih melesat ke arahnya. Lan Wangji sepertinya mengikuti mereka keluar dan melangkah di sebelah mereka.
Wei WuXian, "Lan Zhan? Kenapa mengikuti kami?"
Lan WangJi meletakkan kupu-kupu yang terjatuh tadi ke telapak tangan Wen Yuan. Dia tidak menjawab pertanyaan itu, tapi malah bertanya, "Kenapa kau tidak menaiki pedangmu?"
Wei WuXian, "Aku lupa membawanya!"
Tanpa sepatah kata pun, Lan WangJi menarik pinggang Wei WuXian dan mengangkatnya menaiki Bichen selagi mereka melayang di udara. Wen Yuan masih terlalu muda untuk menaiki pedang terbang. Dia memang merasa teramat sangat ketakutan. Namun karena Bichen luar biasa kokoh, dia tidak merasa terlonjak sama sekali. Orang-orang di jalanan begitu terperanjat melihat tiga orang itu terbang di udara tanpa sedikit pun rasa ragu. Mereka menengadah menatap sosok di atas sana. Dan begitulah, Wen Yuan merasa penasaran dan teramat senang sehingga bersorak dengan lantang.
Wei WuXian menghela napas lega, "Terima kasih!"
Lan WangJi, "Lewat mana?"
Wei WuXian menunjuk, "Sebelah sana!”

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang