Kebencian 6

42 5 0
                                    

CHAPTER 103: KEBENCIAN (6)

KATA-kata yang diucapkan Pemimpin Sekte Jiang selamanya ternodai penghinaan. Namun kali ini, yang dia hina tidak lain adalah dirinya sendiri.
Mendadak dia berujar, "Maafkan aku."
Wei WuXian meragu, "... Tidak perlu meminta maaf."
Sekarang ini, mustahil mengetahui siapa yang seharusnya meminta maaf pada siapa.
Wei WuXian melanjutkan, "Ambillah jindan-ku sebagai balas budiku pada Sekte Jiang."
Jiang Cheng menengadah, memandang Wei WuXian dengan mata basah dan merah.
Suaranya parau, "... Balas budi pada ayahku, ibuku, dan kakakku?"
Wei WuXian memijit pelipisnya, "Lupakan saja. Semuanya hanya masa lalu. Tidak perlu diungkit lagi."
Itu bukanlah sesuatu yang ingin dia kenang. Wei WuXian tidak ingin diingatkan lagi dan lagi seperti apa rasanya saat jindan-nya dipotong, begitu juga bayaran apa yang harus dia tebus. Seandainya kebenaran ini terkuak di masa lalu, dia pasti hanya akan tertawa dan menghibur Jiang Cheng, 'Itu bukan masalah besar kok. Lihatlah aku selama bertahun-tahun ini. Tanpa jindan, aku masih sanggup bertahan hidup, kan? Aku masih bisa menghajar siapa pun yang ingin kuhajar, juga membunuh siapa pun yang ingin kubunuh.'
Namun sekarang ini, Wei WuXian tidak punya tenaga lagi untuk bersandiwara dengan begitu percaya diri dan tidak peduli.Dan jauh dalam sanubarinya, Wei WuXian tidak akan bisa mengacuhkan hal itu sama sekali.Memangnya mudah mengabaikan kehilangan sebesar itu?
Tentu saja tidak.Saat Wei WuXian berusia tujuh belas atau delapan belas dulu, sebenarnya kebanggaannya tidaklah kalah dari Jiang Cheng. Dia pernah memiliki kekuatan spiritual yang kuat, jauh lebih berbakat dari orang lain. Tidak peduli dia berbuat onar seperti apa, juga begadang semalam suntuk dan mengusili orang lain separah apa, Wei WuXian masih jauh melampaui seluruh teman sekelasnya yang bekerja begitu keras.Namun setiap kali dia gelisah saat akan tidur setiap malam, tahu bahwa dirinya tidak akan bisa mencapai bintang dengan cara yang benar, tahu bahwa dirinya tidak akan pernah mengayunkan pedang dengan keunggulan yang seharusnya mampu mengundang decak kagum orang-orang, Wei WuXian pun penasaran bagaimana jadinya jika Jiang FengMian tidak pernah memboyongnya ke Lianhua Wu. Barangkali sepanjang hidupnya tidak akan pernah mengenal jalur kultivasi, tidak akan pernah tahu ada jalur semenakjubkan itu di dunia ini. Wei WuXian hanya akan menjadi pengemis yang keluyuran di jalanan, kabur saat melihat anjing, atau mungkin menggembala sapi dan mencuri hasil panen orang di pelosok desa, serta menghabiskan waktu luang dengan bermain seruling. Dia tidak akan tahu bagaimana cara berkultivasi dan tidak akan punya kesempatan untuk membentuk inti. Setelah memikirkan segala kemungkinan itu, Wei WuXian pun akan merasa lebih baik.Ambillah sebagai pembalasan budi, atau sebagai penebusan dosa. Ambillah itu seakan-akan Wei WuXian memang tidak pernah memiliki jindan.Setelah memikirkan itu lagi dan lagi, rasanya Wei WuXian benarbenar percaya diri dan tidak peduli seperti yang dia tunjukkan di permukaan. Bahkan sesekali dia bisa memuji diri sendiri karena pemikiran itu, entah berbohong atau tidak.Namun itu hanya di masa lalu.
Wei WuXian, "Uh, kurasa sebaiknya kau... juga berhenti terlalu memikirkan itu. Aku tahu kau pasti akan terus memikirkannya, tapi, bagaimana ya..."
Dia mengeratkan genggamannya di tangan Lan WangJi, lalu berujar ke Jiang Cheng, "Sekarang ini, aku benar-benar merasa bahwa... itu semua hanyalah masa lalu. Sudah begitu lama berlalu. Tidak perlu lagi dipersoalkan."
Jiang Cheng mengusap wajahnya dengan kasar, menyingkirkan air matanya. Dia menghirup napas dalam-dalam dan memejamkan mata.Tiba-tiba saja, Nie HuaiSang—yang masih berselimut jubah luar milik Lan XiChen—perlahan terbangun.
Dia melenguh sedikit, merangkak; matanya terlihat muram, "Di mana aku?"
Namun begitu bangun, Nie HuaiSang melihat Wei WuXian dan Lan WangJi duduk bersandingan begitu rapatnya di alas duduk yang sama.
Yiling Laozu pada dasarnya sedang duduk di pangkuan HanGuang-Jun.
Nie HuaiSang pun langsung meraung, seolah akan pingsan lagi. Bebarengan, terdengar serangkaian suara aneh dari dalam Kuil Guanyin, seakan-akan ada sesuatu yang menyembur keluar. Sejurus kemudian, para kultivator yang sedang menggali pun ikutan meraung.Ekspresi semua orang di dalam kuil itu pun sontak berubah. Seketika, sesuatu yang berbau tajam menguar. Lan XiChen menutup wajahnya dengan kain lengan, tatapannya tersirat sekelumit rasa khawatir. Sejurus kemudian, muncul dua sosok yang berjalan keluar dengan goyah.
Su She sedang memegangi Jin GuangYao. Keduanya terlihat pucat, sedangkan jeritan-jeritan di belakang mereka terus berlanjut.
Su She, "Zongzhu, bagaimana keadaan Anda?!"
Kening Jin GuangYao berkeringat dingin, "Baik. Terima kasih atas yang tadi."
Tangan kirinya terkulai, tidak bisa diangkat. Sekujur lengan gemetar seperti didera rasa sakit yang luar biasa. Tangan kanannya meraih botol pil dari dalam kelepak pakaian. Jin GuangYao ingin membukanya, tapi sulit dilakukan hanya dengan sebelah tangan. Melihat itu, Su She pun segera mengambil alih botol itu dan menuang sebutir pil ke telapak tangannya. Jin GuangYao menunduk dan menelan pil itu dengan sedikit kerutan kening. Alisnya langsung merileks.
Lan XiChen meragu sesaat sebelum bertanya, "Apa yang terjadi?"
Jin GuangYao berhenti, terkejut.
Darah akhirnya tampak merambat naik ke pipinya saat dia mencoba tersenyum, "Kecelakaan."
Dia mengeluarkan bubuk obat untuk ditaburkan ke sekujur lengan. Area merah tampak dari punggung tangan kiri menuju ke pergelangan tangan. Setelah diamati, terlihat jelas bahwa kulitnya mirip seperti daging yang gosong. Kulitnya sudah benar-benar rusak.
Jin GuangYao merobek sebagian kain lengan putihnya, jemarinya sedikit gemetar, "MinShan, bebatkan ini ke sekeliling pergelangan tanganku erat-erat."
Su She, "Apa ini terkena racun?"
Jin GuangYao, "Racunnya masih mengalir ke atas. Bukan masalah besar. Racun itu bisa dikeluarkan setelah istirahat sebentar."
Bertepatan saat Su She hendak merawat luka itu, Jin GuangYao rupanya ingin kembali ke belakang istana untuk memeriksa.
Su She buru-buru berkata, "Zongzhu, biar saya saja yang pergi!"
Aroma tajam itu perlahan memudar. Wei WuXian dan Lan WangJi juga bangkit berdiri. Tampak gundukan tanah yang tinggi di sebelah lubang yang dalam dengan peti mati yang lembut di sebelahnya serta kotak hitam pekat di atasnya. Mereka berdua sudah membuka kotak itu dan ada asap putih tipis yang terus membumbung dari dalam. Asap putih itu berbau, yang berarti mengandung racun mematikan. Mayatmayat kultivator yang tadi menggali penuh semangat sudah bergelimpangan di sekitar peti. Mereka sudah dibakar hidup-hidup sampai gosong. Bahkan seragam dan jubah mereka sudah rusak hingga hitam. Terbukti jelas betapa beracunnya asap putih itu.Memimpin jalan, Jin GuangYao menggunakan energi pedangnya untuk menyingkirkan asap yang tersisa. Ujung bilah pedangnya dikibaskan ke kotak hitam. Peti besi jatuh ke tanah. Kosong.Jin GuangYao tidak bisa menahan diri lagi. Dia berjalan tersandung-sandung ke ujung peti. Darah yang tadi kembali mengalir di wajahnya sudah memudar lagi—makin pucat.
Ekspresinya sama kosongnya dengan peti itu.Lan XiChen menghampirinya, syok melihat berbagai kengerian di istana ini, "Sebenarnya apa yang kaukubur di sini?
Bagaimana ini bisa terjadi???"
Nie HuaiSang baru melirik sekali sebelum ambruk ke tanah, muntah-muntah. Bibir Jin GuangYao bergetar, tidak bisa mengatakan apa-apa. Petir menyambar lagi, kilatannya terpantul di wajah putih pucatnya. Ekspresinya begitu menyeramkan sampai membuat bulu kuduk Nie HuaiSang meremang.
Dia bahkan tidak berani muntah terlalu keras, mencoba membekap mulut di balik punggung Lan XiChen; badan menggigil, entah karena ketakutan atau kedinginan.
Lan XiChen berbalik dan bicara sedikit untuk menenangkannya. Sementara itu, Jin GuangYao tidak punya kekuatan lagi untuk mempertahankan tampang baik dan lembutnya itu.
Wei WuXian, "ZeWu-Jun, kau salah sangka. Bukan Jin Zongzhu yang mengubur sesuatu di sini. Sekalipun awalnya begitu, pasti ada orang yang sudah menukarnya dengan benda lain sejak dulu."
Su She menudingnya dengan pedang; suaranya dingin, "Wei WuXian! Apa ini tipu muslihat darimu?!"
Wei WuXian, "Aku tidak bermaksud sombong, tapi jika akulah yang melakukan trik itu, bukan hanya satu tanganmu saja yang akan terluka. Jin Zongzhu, kau masih ingat surat yang Qin Su berikan padamu saat di Jinlin Tai dulu?"
Jin GuangYao perlahan meliriknya.Wei WuXian, "Orang yang memberitahu Qin Su semua perbuatan 'baik' yang pernah kaulakukan adalah pelayan Nyonya Qin terdahulu, BiCao. Tapi sewaktu BiCao tiba-tiba memutuskan untuk membongkar semuanya, apa kau sungguh percaya tidak ada yang mendukungnya dari belakang?
Dan Nona SiSi, wanita yang pernah kau kurung itu. Siapa yang menyelamatkannya?
Siapa yang menyuruhnya pergi ke Sekte YunmengJiang bersama BiCao untuk mengekspos rahasiamu di hadapan semua orang?
Jin Zongzhu, kalau orang itu sanggup mencari tahu setiap rahasiamu, apa susahnya datang ke sini mendahuluimu dan menukar apa pun yang kaukubur di sini dengan asap beracun dan mengejutkanmu saat menggalinya?"
Mendadak, seorang biksu angkat bicara, "Zongzhu, ada tanda-tanda perpindahan tanah di sini. Ada yang sudah menggalinya dari sisi lain!"
Seperti dugaannya, seseorang memang sudah berada di sini lebih dulu. Jin GuangYao berbalik dan meninju peti mati kosong itu. Tidak ada yang bisa melihat ekspresinya, tapi yang bisa terlihat hanyalah pundak Jin GuangYao yang gemetaran.
Wei WuXian tersenyum lebar, "Jin Zongzhu, apa kau pernah berpikir bahwa, mungkin saja, malam ini kau adalah belalang sembah, dan ada burung kepodang* di belakangmu? Orang yang sudah mengawasimu mungkin sedang mengintai di kegelapan, mengawasi setiap gerak-gerikmu.
Tidak, mungkin malah bukan manusia..."

[*peribahasa lengkapnya: Belalang sembah mengejar jangkrik, tak menyadari burung kepodang di belakangnya. Artinya, seseorang terlalu fokus menghadapi satu musuh, tapi tidak sadar ada musuh lain yang menargetkannya diam-diam.]

Suara guntur meredam kilatan petir. Begitu mendengar kata 'bukan manusia', selama sepersekian detik, muncul sesuatu mirip ketakutan di wajah Jin GuangYao.
Su She mencemooh, "Wei WuXian, jangan sok menakut-nakuti..."
Tangan kanan Jin GuangYao terangkat untuk menghentikannya. Ketakutan di wajahnya hilang secepat kemunculannya. Semua emosinya langsung bisa dikendalikan.
Dia berujar, "Jangan buang tenagamu untuk berdebat. Rawat luka di tubuhmu. Setelah kuhilangkan racunnya, segera kumpulkan orang-orang yang tersisa dan bersiap berangkat."
Su She, "Zongzhu, bagaimana dengan benda yang sudah digali?"
Bibir Jin GuangYao sedikit pucat, "Kalau sudah digali, berarti mustahil diambil lagi. Kita tidak boleh berada di sini terlalu lama."
Su She, "Baik!"
Alhasil dari pertarungannya dengan Peri tadi, tubuh Su She sudah dicakar di banyak tempat. Pakainnya di bagian lengan dan dada sudah koyak-koyak. Di dadanya apalagi, lukanya begitu dalam hingga ke daging. Darah merembes membasahi jubah putihnya. Jika luka itu tidak dirawat dengan benar, Su She pasti tidak bisa menghadapi keadaan darurat apa saja yang bakal terjadi.
Jin GuangYao mengeluarkan kantung obat dari dalam kelepak dan menyerahkannya ke Su She.Su She menerimanya dengan kedua tangan, "Baik."
Dia benar-benar berhenti meladeni Wei WuXian, beralih membalik badan dan melepaskan pakaian untuk mengurus lukanya. Jin GuangYao masih tidak bisa menggerakkan tangannya yang terbakar karena asap beracun itu sehingga hanya bisa duduk di tanah dan berkonsentrasi menghilangkan racunnya. Para kultivator yang tersisa menggenggam pedang masing-masing sambil berjalan keluar masuk Kuil Guanyin, berjaga-jaga. Begitu melihat bilah-bilah pedang yang berpendar terang, mata Nie HuaiSang pun menatap lurus ke depan. Tidak ada pengawal di sisinya sehingga dia tidak berani mengembuskan napas keras-keras. Dia meringkuk di sudut belakang Lan XiChen dan bersin-bersin.Wei WuXian membatin, Su She cukup sarkastis ke orang lain dan lebih benci ke Lan Zhan. Tapi dia ternyata cukup hormat pada Jin GuangYao.Selagi memikirkan itu, Wei WuXian pun tidak tahan untuk melirik Lan WangJi—bertepatan saat melihat kilatan sedingin es di matanya.
Lan WangJi berujar dingin ke Su She, "Berbalik."
Su She tengah menunduk, mengoleskan obat ke luka cakaran di dadanya, badannya menyamping. Begitu mendengar perintah Lan WangJi yang nyaris tak bisa diganggu-gugat, dia pun berbalik.
Jiang Cheng dan Jin Ling membelalakkan mata. Senyum di wajah Wei WuXian pun ikut sirna.
Dia nyaris tidak percaya, "... Ternyata kau!"

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang