Keangkuhan 5

57 11 0
                                    

CHAPTER 10: KEANGKUHAN (5)

KEPALA Wen Ning sedikit menunduk dengan lengan menggantung di kedua sisi tubuhnya seperti wayang yang menunggu digerakkan sang dalang.Wajahnya pucat dan lembut. Bisa saja dianggap tampan yang terkesan melankolis. Manik matanya tak kelihatan, hanya ada semburat putih seperti awan. Ada garis-garis retakan yang merambah dari leher ke wajahnya, sehingga membuat aura melankolis itu berubah menjadi kemuraman yang menakutkan.Bagian bawah hem dan lengan pakaiannya terkoyak dan compang-camping, menampilkan sepasang pergelangan tangan yang sepucat wajahnya. Ada belenggu hitam dan rantai yang mengikat semua pergelangan tangan dan kakinya.Suara gemerincing tadi ternyata berasal dari rantai yang diseret di atas tanah. Saat dia berhenti bergerak, kesunyian melanda lagi.Tidak sulit menebak mengapa semua kultivator begitu ketakutan. Wei WuXian sendiri juga sama gelisahnya dengan mereka. Faktanya, gemuruh di dadanya sudah merambat hingga puncak kepala.Bukan karena Wen Ning tidak seharusnya berada di tempat ini, tetapi karena Wen Ning memang seharusnya tidak ada lagi di dunia ini.
Dia sudah dibakar jadi abu bahkan sebelum pengepungan Bukit Luanzang terjadi.Jin Ling mendengar nama Wen Ning dari yang lainnya dan langsung mengarahkan bilah pedangnya ke arah lain.Dewi pemakan jiwa itu menyadari perhatian Jin Ling sudah teralihkan dan segera mengulurkan tangan untuk menangkapnya.Wei WuXian melihat dewi itu membuka mulutnya ke arah Jin Ling. Dia tak punya waktu untuk terkejut. Dengan gesit dia mengangkat seruling itu dan meniupnya. Kedua tangannya sedikit gemetaran sehingga nada-nada yang dihasilkan pun ikut bergetar. Selain itu, seruling ini juga dibuat secara kilat sehingga suaranya pun kasar dan tidak enak didengar.Dua nada dimainkan, Wen Ning mulai bergerak.Dalam sekejap mata, Wen Ning sudah berpindah ke hadapan dewi pemakan jiwa itu. Dia menggunakan telapak tangan untuk memukulnya. Leher sang dewi retak dan tubuhnya tidak bergerak. Namun karena benturan tadi, kepalanya terpelintir sehingga menghadap ke arah punggung. Wajah masih saja menorehkan senyum.Wen Ning memukul lagi hingga memotong tangan kanan sang dewi yang awalnya mencengkeram Jin Ling.
Dewi itu menunduk dan melihat tangannya sudah terpotong. Bukannya memutar kepala ke arah yang benar, sekujur tubuhnya justru berputar, membuatnya menghadap Wen Ning dengan wajah dan punggungnya.Wei WuXian tidak berani merasa lega. Dia menarik napas panjang dan memerintahkan Wen Ning untuk bertarung.Namun tak berselang lama, dia merasa lebih terkejut lagi.Mayat berjalan level rendah biasanya tidak punya akal dan hanya bisa menunggu perintah, sedangkan mayat ganas yang kuat biasanya tidak punya kesadaran.Namun Wen Ning berbeda karena dia diciptakan oleh Wei WuXian. Itu berarti Wen Ning bisa dengan mudah dianggap sebagai mayat ganas terkuat yang pernah ada. Dia adalah satu-satunya mayat ganas yang punya kesadaran. Selain dari ketidaktakutannya akan luka, api, dingin, racun, atau apa pun yang umumnya ditakuti manusia, Wen Ning sama saja dengan mereka.Namun sekarang ini, Wen Ning tidak punya kesadaran!Wei WuXian merasa terkejut sekaligus ragu begitu kegelisahan mendera dari kerumunan.Dengan kedua lengan dan kakinya, Wen Ning berhasil memojokkan patung dewi itu ke atas tanah. Dia mengangkat batu di sebelahnya yang besarnya melebihi tinggi manusia dan mulai membentur-benturkan batu itu ke arah sang dewi dengan teramat keras. Setiap benturan terdengar seperti gemuruh petir, terus berlanjut hingga tubuh dewi pemakan jiwa itu hancur berkeping-keping!Sebutir bola seukuran kelereng menggelinding dari bebatuan putih yang berhamburan di tatas anah. Bola itu memancarkan cahaya seputih salju. Itu adalah jindan yang mengeras dari dewi pemakan jiwa itu setelah mengganyang belasan jiwa manusia. Kalau benda itu diambil dan diurus dengan hati-hati, maka jiwa-jiwa orang yang telah dimakan bisa dikembalikan.

[Jindan: Core, inti dari kultivator untuk berkultivasi. Jindan punya kekuatan spiritual yang membedakan kultivator dengan orang biasa. Kekuatannya bisa digunakan untuk mengendarai pedang.]

Namun saat ini tidak ada seorang pun yang berniat mengambil kelereng itu. Pedang-pedang yang tadinya diarahkan ke sosok patung dewi itu kini telah berganti arah.
Salah satu kultivator berteriak keras, "Kepung dia!"Sebagian orang menjawab ragu, tapi sebagian lainnya begitu bimbang, melangkah mundur dengan perlahan.

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang