CHAPTER 105: KEBENCIAN (8)
LAN XiChen, "Jin Zongzhu... Bisakah kau jelaskan semuanya?"
Jin GuangYao tidak menjawab. Ruas-ruas jarinya memutih.
Wei WuXian, "Sepertinya Jin Zongzhu tidak ingin mengatakannya."
Tangannya terangkat, lalu sesosok mayat wanita telanjang muncul di bawahnya.
Wei WuXian menaruh telapak tangannya di atas kepala mayat itu, "Tapi walaupun tidak mau bilang, kau pikir aku tidak bisa mencari cara untuk mengetahuinya?"
Wei WuXian memasuki Empati.
Sebelum membuka mata, Wei WuXian merasakan dirinya dikelilingi aroma intens dari bedak dan perona wajah.
Suara genit keluar dari mulutnya, "... Dia? Tentu saja dia ingin menikah.
Usianya sudah dua puluhan lebih saat bertemu lelaki itu. Di usia segitu, pasti ketenarannya akan hilang dalam beberapa tahun saja. Dia juga ngotot melahirkan anak walaupun sudah dimarahi. Toh dia juga ingin keluar dari sini. Tapi tetap saja, pria itu juga pasti menginginkan anak."
Wei WuXian membuka mata. Yang dia lihat adalah sebuah aula besar yang terbilang indah. Sekitar selusin meja bulat diletakkan di tengah aula, beberapa pelanggan dan wanita-wanita berparas cantik duduk di sana. Di antara para wanita itu, ada yang memperlihatkan pundaknya, ada yang rambutnya tergerai, ada yang duduk di pangkuan pelanggannya, dan ada juga yang meminumkan arak ke mereka. Ekspresi mereka semua terlihat manis dan mabuk.Sekilas pandang saja sudah jelas terlihat tempat macam apa ini.Wei WuXian membatin, Jadi yang dibakar sampai mati di Kuil Guanyin ini adalah seorang pelacur?
Pantas saja para ghoul itu telanjang semua. Mereka barangkali pelacur dan pelanggannya.
Salah satu pelanggan terkekeh, "Anak ya anak. Memangnya pria itu tidak menginginkannya?"
Wanita itu, "Dia bilang sendiri kalau pria itu adalah orang penting di suatu sekte kultivasi, jadi pasti sudah ada banyak anak di rumahnya sendiri. Sesuatu yang tidak langka itu tidak akan dihargai. Mana mungkin pria itu mempedulikan anak yang satu ini? Wanita itu sudah menunggu begitu lama tapi masih tidak ada yang menjemputnya, jadi dia hanya bisa membesarkan anaknya sendirian, bukan? Sekarang sudah lewat empat belas tahun."
Beberapa pelanggan bertanya, "Orang penting? Memangnya itu sungguh terjadi?"
Wanita itu, "Oh, mana mungkin saya berbohong? Sekarang anaknya jadi pesuruh.
Itu, yang di sana itu."
Wanita itu memutar pinggangnya dan melambai ke arah bocah yang sedang membawa nampan, "Xiao-Meng! Kemarilah!"
Bocah itu menurut dan menghampirinya, "AnXin-jie, ada apa?"
Tiba-tiba Wei WuXian mengerti semuanya.
Para pelanggan itu mengamati Meng Yao lekat-lekat.
Meng Yao bertanya lagi, "Ada perlu sesuatu?"
AnXin tersenyum lebar, "Xiao-Meng, kau masih mempelajari itu belakangan ini?"
Meng Yao terhenti, "Yang mana?"
AnXin, "Yang ibumu ingin kau pelajari, seperti kaligrafi, etika, seni pedang, meditasi... Bagaimana kabarnya?"
Sebelum dia selesai bicara, para pelanggan sudah cekikikan seakanakan menganggap itu lucu.
AnXin berbalik, "Jangan tertawa, saya berkata jujur kok. Ibunya membesarkan dia seperti tuan muda dari keluarga kaya. Dia mengajarinya membaca dan menulis, membelikannya semua pamflet seni pedang, bahkan menyekolahkan dia."
Pelanggan itu berseru, "Menyekolahkan dia? Aku sudah salah dengar atau bagaimana?"
AnXin, "Tidak! Xiao-Meng, beritahu para tuan muda ini.
Kau pernah ke perpustakaan, kan?"
Si pelanggan, "Dia masih sekolah?"
AnXin, "Tidak, dia baru kembali kembali beberapa hari lalu. Dia tidak mau pergi ke sana lagi sekalipun dipaksa. Xiao-Meng, yang tidak kausuka itu belajarnya atau tempatnya?"
Meng Yao tidak menjawab. AnXin terkikik, kuku jarinya yang dicat merah terang menyentil kening Meng Yao, "Dasar bocah, kau marah ya?"
Selentikannya cukup keras. Ada bekas kemerahan di tengah dahi Meng Yao, nyaris seperti bayangan tanda merah terang.
Meng Yao menyentuh dahinya, "Tidak..."
AnXin melambaikan tangannya, "Cukup, cukup. Kami tidak punya apa-apa untukmu.
Kau bisa pergi."
Meng Yao berbalik.
Sebelum melangkah lebih jauh lagi, wanita itu mengambil sesuatu dari atas meja dan membujuknya, "Ini buah untukmu."
Meng Yao berbalik dan buah berwarna zamrud itu mengenai dadanya, jatuh dan menggelinding di lantai.
AnXin mengeluh, "Kenapa kau lamban sekali? Menangkap buah saja tidak bisa. Cepat ambil. Jangan dibuang-buang."
Sudut bibir Meng Yao melengkung. Umurnya sekarang pasti sudah empat belas. Tetapi mungkin karena tubuhnya kecil, dia kelihatan baru berusia dua belas atau tiga belas tahun. Sangat tidak nyaman melihat senyum seperti itu di wajahnya.Dia membungkuk perlahan dan memungut buah itu, mengusapnya dengan kain pakaian.
Senyumnya makin lebar, "Terima kasih, AnXin Jiejie."
AnXin, "Tidak masalah. Kembalilah kerja."
Meng Yao, "Panggil aku kalau perlu sesuatu."
Setelah berjalan pergi, salah satu pelanggan di sana berkomentar, "
Seandainya anakku ada di tempat seperti ini, aku akan membawanya pulang apa pun yang terjadi."
Seorang yang lain membalas, "Apa benar ayahnya orang penting di sekte kultivasi? Bukankah lebih mudah kalau dia membeli kebebasan pelacur itu dan memberinya uang untuk membesarkan anaknya? Itu semudah membalik telapak tangan."
AnXin, "Anda tidak percaya apa yang saya katakan, ya? Orang penting itu hanya bualan wanita itu. Menurut saya, pria itu mungkin saja hanya seorang pedagang kaya, dan wanita itu cuma melebih-lebihkan saja..."
Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang. Suara cangkir dan tatakan hancur di lantai dua saat sebuah guqin dibanting, remuk hingga berkeping-keping di tengah aula.
Orang-orang yang tadinya tengah menikmati suasana jadi ketakutan. AnXin juga nyaris terlonjak dan berteriak, "Apa yang terjadi?!"
Meng Yao menjerit, "Ibu!"
AnXin menengadah. Seorang pria tambun sedang menyeret seorang wanita dengan menjambak rambutnya.
AnXin menyenggol pelanggan di sebelahnya, entah merasa gugup atau malah senang, "Dia membuat ulah lagi!"
Meng Yao bergegas naik ke lantai atas. Seorang wanita memegangi kulit kepalanya, berjuang keras menarik pakaiannya untuk menutupi pundak.
Saat melihat Meng Yao menghampirinya, wanita itu berseru, "Sudah kubilang jangan naik ke sini! Turun! Turun sekarang juga!"
Meng Yao berusaha menyingkirkan tangan si pelanggan itu, tapi perutnya malah ditendang, tubuhnya terguling-guling di anak tangga, membuat banyak orang terkesiap kaget.
Inilah kali ketiga Wei WuXian melihatnya ditendang jatuh dari atas tangga.Wanita itu berteriak keras, rambutnya dijambak lagi oleh pelanggan itu sampai diseret menuruni tangga, ditelanjangi, dan dilempar ke jalanan.
Pria itu meludahi tubuh telanjangnya dan mengumpat, "Nenek-nenek hanya bisa menawar harga saja—pelacur tua ini mengira dirinya masih daun muda!"
Panik, wanita itu terbaring lemah di tengah jalan, tidak berani bangun. Satu gerakan saja, semua orang akan melihat tubuh telanjangnya. Para pejalan kaki di jalanan itu merasa takjub sekaligus bergairah, sengaja berlama-lama di sana sambil menunjuk dengan mata berkilat. Pintu rumah bordil itu dipenuhi wanita-wanita yang berjubelan di dalamnya, cekikian sambil menceritakan kisah wanita tua yang malang ke pelanggan mereka seperti yang dilakukan AnXin. Hanya satu wanita lain yang bergegas keluar dari pintu. Dia melepas jubah kasanya yang tipis, memperlihatkan separuh buah dadanya yang putih dan penuh yang dibalut kain merah, juga pinggangnya yang sangat ramping. Dia begitu cantik dan mencolok mata sehingga semua orang pun buruburu memandanginya.
Wanita itu meludah dan mengumpat, "Lihat saja terus, dasar bajingan! Memangnya kalian punya hak memandangi orang sepertiku? Sekali pandang harus bayar—mana uangnya?! Cepat, mana uangnya?!"
Sembari mengumpat, wanita itu mengulurkan tangan dan meminta bayaran dari para pejalan kaki. Kerumunan pun bubar. Wanita itu melemparkan jubah yang dia lepaskan ke wanita itu, mereka berdua berjalan terhuyung-huyung ke aula utama.
Dia mengomel sambil berjalan, "Sudah kubilang sejak dulu, gantilah hargamu. Buat apa terus mempertahankan kebanggaan itu? Kau sudah kapok, kan? Lain kali ingat!"
Wei WuXian membatin, Wanita itu kelihatan tidak asing. Aku pernah melihatnya di mana ya?
Wanita itu berbisik, "A-Yao, A-Yao..."Karena tendangan tadi, Meng Yao tidak bisa bangun dalam waktu yang lama, masih tergeletak di atas lantai. Wanita itu menyambar kedua tangan mereka dan menarik ibu dan anak itu menjauh.
Seorang pelanggan di samping AnXin bertanya, "Yang cantik itu siapa?"
AnXin meludahkan dua biji bunga matahari, "Rubah betina yang terkenal. Dia agak menyeramkan."
Seseorang menghela napas kecewa, "Bukankah itu si Meng Shi yang dulunya berbakat? Bagaimana mungkin dia berakhir seperti itu?"
AnXin mengulas senyum lebar, "Memang. Dia ngotot ingin melahirkan anak. Mana mungkin seorang wanita bisa menjaga penampilan setelah melahirkan? Kalau bukan karena dia memanfaatkan julukan 'terkenal'-nya dulu, pasti tidak akan ada yang datang padanya. Menurut saya, itu semua gara-gara bukunya itu."
Seorang pelanggan menunjukkan pengertiannya, "Tentu saja. Siapa pun yang sudah menyentuh tinta selalu punya kebanggaan yang tidak bisa dimengerti. Mereka tidak akan melepaskan pemikiran itu."
AnXin, "Kalau dia bisa makan dengan buku-buku yang dia baca itu, saya tidak akan berkomentar lagi. Tapi itu hanyalah tipu muslihatnya untuk menarik perhatian pria. Saya akan jujur—kami semua wanita jalang, tapi dia merasa lebih baik hanya karena pernah membaca buku? Buat apa kebanggaan itu? Orang luar bukan hanya meremehkannya, tapi menurut Anda kakak-kakak di sini juga menyukainya? Para pelanggan terkadang lebih memilih melihat gadis muda yang tetap sederhana, tapi siapa yang mau membayar wanita yang sudah tua dan jelek? Sudah lama sekali ketenarannya meredup. Semua orang tahu itu, tapi dialah satu-satunya yang tidak mengerti..."
Tiba-tiba seseorang menepuk AnXin dari belakang. Begitu AnXin berbalik, dia melihat wanita yang tadi sudah berdiri di belakangnya, tangan terangkat untuk menamparnya. AnXin ditampar.
Dia terpaku sesaat sebelum mengamuk, "Dasar pelacur!!!"
Wanita itu, "Kau yang pelacur!!! Menggosip setiap hari—lidahmu tidak bisa apa-apa selain menggosip ya?!"
AnXin berteriak, "Memangnya apa yang kukatakan ada hubungannya denganmu?!"
Dua wanita itu berkelahi di aula lantai pertama, memakai kuku dan gigi, menjambak rambut satu sama lain sambil mengumpat, "Akan kucabik-cabik wajahmu" atau "tidak ada yang menginginkanmu sekalipun kau beri uang".
Perkataan tak senonoh mereka benar-benar tidak nyaman didengar.
Banyak pelacur yang mencoba melerai mereka, "SiSi! Hentikan!"
SiSi? Wei WuXian akhirnya menyadari kenapa dia merasa tidak asing dengan wajah wanita itu. Jika ada tujuh atau delapan luka sayatan menyilang di wajahnya, bukankah ini SiSi, wanita yang datang ke Lianhua Wu untuk mengekspos rahasia itu?!Mendadak dia merasakan gempuran panas di wajahnya. Penjuru aula sekali lagi tenggelam dalam lautan merah membara. Wei WuXian langsung menarik diri keluar dari Empati!
Saat membuka mata, Lan WangJi bertanya, "Bagaimana?"
Lan XiChen juga berujar, "Wei Gongzi, apa yang sudah kau lihat?"
Wei WuXian menarik napas untuk menenangkan diri sebelum menjawab, "Dugaanku, Kuil Guanyin ini adalah tempat Jin Zongzhu tumbuh besar."
Jin GuangYao tetap diam.
Jiang Cheng, "Tempat dia tumbuh besar? Bukankah dia..."
Dia nyaris saja mengatakan 'bukankah dia tumbuh besar di pelacuran' saat dia mengerti semuanya, "Kuil Guanyin ini dulunya pelacuran. Dia membakar tempat ini dan membangun Kuil Guanyin di atasnya!"
Lan XiChen, "Kau sungguh yang memulai kebakaran itu?"
Jin GuangYao, "Iya."
Jiang Cheng tertawa dingin, "Kau cukup mudah mengakuinya, ya?"
Jin GuangYao, "Sekarang ini, apa gunanya lagi menyangkal?"
Lan XiChen terdiam sejenak lalu bertanya, "Apa itu untuk menghilangkan jejak?"
Meski banyak yang tahu LianFang-Zun tumbuh di pelacuran, tidak ada yang tahu pasti pelacuran yang mana itu. Memang cukup aneh. Semua orang tahu bahwa LianFang-Zun sudah melakukan sesuatu di balik layar tapi tidak ada yang menyangka dia akan membakar seluruh tempat dia dilahirkan dan tumbuh besar.
Jin GuangYao, "Tidak seluruhnya."
Lan XiChen menghela napas, tidak melanjutkan.
Jin GuangYao, "Kau tidak ingin menanyakan alasannya?"
Lan XiChen menggeleng. Sesaat kemudian, dia berujar, tapi bukan untuk menjawab pertanyaan itu, "Dulu, aku bukannya tidak tahu apa yang kaulakukan, tapi aku selalu percaya kau memiliki alasan atas tindakanmu itu."
Dia melanjutkan, "Tapi, kau sudah keterlaluan. Dan aku... tidak tahu lagi harus percaya padamu atau bagaimana."
Keletihan dan kekecewaan tersirat jelas di suaranya.Badai di luar masih berkecamuk. Angin berembus menembus celah di pintu kuil itu. Di tengah erangan melengking dari angin itu, Jin GuangYao tiba-tiba ambruk ke tanah.Semua orang terpaku. Wei WuXian—yang baru saja menyita pedang di pinggang Jin GuangYao—juga terperangah."
Jin GuangYao berbisik lemah, "Er Ge, maafkan aku."
"..." Mendengar itu, bahkan Wei WuXian pun merasa malu padanya. Dia tidak tahan berkata, "Um, maksudku, daripada bicara, ayo bertarung dengan benar. Tidak bisakah kita bertarung saja?"
Ekspresinya berubah begitu saja, kakinya melemah begitu saja. Tidak ada martabat atau apa pun yang tersisa. Ekspresi Lan XiChen pun campur aduk.
Jin GuangYao melanjutkan, "Er Ge, kau sudah mengenalku selama bertahun-tahun. Kau selalu tahu bagaimana perlakuanku padamu. Aku tidak lagi menginginkan posisi Kepala Kultivator. Aku juga sudah menghancurkan Yin Hufu. Setelah ini, aku akan menempuh perjalanan ke Dongying tanpa pernah kembali lagi. Jadi, bisakah kau membiarkanku hidup?"
Menempuh perjalanan ke Dongying, sederhananya, dia akan melarikan diri. Itu terdengar agak memalukan jika dikatakan oleh orang yang senantiasa terkenal fleksibel seperti Jin GuangYao—jika dia bisa melunak, dia tidak akan menghadapi besi dengan besi. Sekte LanlingJin bisa saja melampaui beberapa sekte lain dengan kekuatannya, tapi jika semua sekte bergabung untuk menggulingkannya, Sekte LanlingJin hanya akan menapaki jalur kehancuran seperti Sekte QishanWen. Hanya masalah waktu saja. Daripada terus berdiam diri, akan jauh lebih baik untuk mundur dan berbohong dan menghemat tenaga. Barangkali akan ada kesempatan untuk kembali dan bangkit lagi di masa depan.Wei WuXian, "Jin Zongzhu, kaubilang Yin Hufu sudah kauhancurkan. Bisakah kau keluarkan benda itu agar bisa kulihat?"
Jin GuangYao, "Wei Gongzi, segel versi yang sudah diperbaiki bukanlah segel yang asli. Ada batasan berapa kali bisa digunakan. Sekarang benda itu sudah benar-benar tidak berguna. Lagipula, kau sendiri yang paling tahu seberapa besar energi gelap yang tersimpan di dalamnya. Kaupikir aku akan membawa kepingan besi yang sudah tidak berguna dan hanya mendatangkan malapetaka?"
Wei WuXian, "Entahlah. Mungkin kau bisa menemukan Xue Yang yang lain?"
Jin GuangYao, "Er Ge, setiap kata yang kuucapkan memang benar."
Suaranya benar-benar bersungguh-sungguh. Semenjak menangkap Lan XiChen, dia memang selalu memperlakukannya dengan hormat. Pada titik ini, Lan XiChen masih belum bisa berbalik memusuhinya.
Dia hanya bisa menghela napas, "Jin Zongzhu, sudah kubilang, saat kau merencanakan bencana di Bukit Luanzang, kau tidak perlu lagi memanggilku 'Er Ge'."
Jin GuangYao, "Apa yang terjadi di Bukit Luanzang adalah kecelakaan, kesalahan. Tapi, aku tidak bisa kembali lagi."
Lan XiChen, "Apa maksudmu tidak bisa kembali lagi?"
Lan WangJi mengerutkan kening, suaranya dingin, "Xiongzhang, jangan berbicara terlalu banyak dengannya."
Wei WuXian juga memperingatkannya, "Lan Zongzhu, kau ingat apa yang sudah kaukatakan pada Jiang Zongzhu? Jangan buang-buang waktu bicara dengan dia."
Lan XiChen juga tahu apa yang bisa dilakukan Jin GuangYao saat membuka mulut. Namun setiap kali dia mendengar ada suatu alasan tersembunyi, Lan XiChen merasa harus mendengarkannya. Itulah yang Jin GuangYao inginkan.
Dia pun menurunkan suaranya, "Aku menerima sepucuk surat."
KAMU SEDANG MEMBACA
MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)
FantasíaJudul alternatif: Mo Dao Zu Shi, Founder of Diabolism, 魔道祖师 Penulis: Mo Xiang Tong Xiu (MXTX) Tahun rilis: 2015 Genre: Xianxia, Action, Adventure, Mystery, Comedy, Yaoi (ini bl ya teman2 atau lelaki sesama lelaki kalau tidak suka boleh skip krna nn...