Ekstra Perjamuan 3

57 3 0
                                    

CHAPTER 116: EKSTRA – PERJAMUAN (3)

SEMAKIN serius ekspresinya, semakin Wei WuXian tidak bisa menahan hasrat nakal dalam dirinya. Jarinya mengetuk ringan mangkuk porselen hitam miliknya, menghasilkan suara kecil yang hanya bisa didengar mereka berdua. Mendengar itu, pandangan Lan WangJi pun bergeser beberapa senti padanya tanpa disadari. Wei WuXian tahu, tidak peduli seberapa jauh pandangan Lan WangJi bergeser, dia tidak akan melewatkan pergerakan sedikit pun dari ujung matanya. Dan begitulah, Wei WuXian mengangkat mangkuknya dan berpura-pura menyeruput isinya. Tangannya memutar mangkuk itu, berhenti pada pinggiran mangkuk tempat Lan WangJi minum, lantas menempelkan bibirnya di sana. Dan benar saja, kedua tangan Lan WangJi awalnya di atas pangkuan dengan benar, tapi kini jemari yang tersembunyi di balik kain lengannya tampak agak melengkung. Melihat reaksi itu, hati Wei WuXian rasanya bertumbuh sayap. Dia merileks, hendak bersandar ke Lan WangJi tanpa kendali saat Lan QiRen tiba-tiba saja terbatuk keras. Wei WuXian segera menegakkan badannya yang separuh miring dan kembali ke postur duduk yang benar. Setelah supnya selesai, hidangan utama pun disajikan. Di setiap meja terdapat tiga masakan yang ditaruh dalam piring-piring kecil, entah berwarna hijau atau putih. Sama sekali tidak berbeda dari makanan yang disajikan saat Wei WuXian masih belajar di sini. Sekian tahun berlalu dan tidak ada yang berubah selain rasa pahit yang semakin bertambah. Karena lokasi tempat tinggal dan kepribadiannya, Wei WuXian amat menyukai makanan bercita rasa kuat, apalagi pedas, dan selalu menganggap daging itu wajib. Sehingga saat dihadapkan dengan makanan sehambar ini, dia pun tidak begitu bernafsu makan, hanya mengunyah makanannya tanpa tahu apa yang dia telan. Sementara itu,pandangan Lan QiRen sesekali berkelebat padanya, memelototinya seperti saat masih mendidiknya dulu, bersiap menegur dan mengusirnya kapan saja. Namun karena Wei WuXian sekarang—anehnya—berperilaku patuh, Lan QiRen pun tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menyerah. Hidangan tak berasa itu tandas, para pelayan pun bergegas menyingkirkan piring dan meja. Seperti biasa, Lan XiChen mulai merangkup perencanaan sektenya baru-baru ini. Namun setelah mendengarkan beberapa kalimat, Wei WuXian mulai merasa LanXiChen sedikit melamun. Pemimpin sekte itu bahkan salah menyebutkan dua nama lokasi perburuan malam dan tidak sadar setelah mengatakannya, membuat Lan QiRen meliriknya dan mendengus marah. Selepas itu, si paman akhirnya tidak tahan dan menginterupsi pembicaraannya. Untung saja perjamuan sekte ini berakhir, meskipun agak terkesan terburu-buru. Awal yang suram, pertengahan yang suram, dan akhir yang suram—Wei WuXian terpaksa tenggelam dalam kesuraman itu selama dua jam lebih. Tidak ada makanan lezat ataupun hiburan menarik. Rasanya begitu mencekik sampai dia merasa tubuhnya berkutu selama setengah tahun. Dan bahkan selepas itu, Lan QiRen masih memanggil Lan XiChen dan Lan WangJi dengan keras, tampaknya ingin menceramahi mereka lagi sekaligus. Wei WuXian pun tidak punya siapa pun untuk diajak bermain-main. Setelah berjalan-jalan sedikit, dia menjumpai beberapa junior yang sedang melangkah bersama. Baru saja dia hendak menyapa mereka dan bersenang-senang sedikit, tapi kelihatannya ada yang berubah di ekspresi Lan SiZhui, Lan JingYi dan para junior lain setelah melihat dirinya. Para bocah itu bergegas membalik badan dan mengeluyur pergi. Wei WuXian mengerti. Dia pun berpindah ke tumpukan kayu di tempat yang lebih terpelosok dan menunggu cukup lama. Para bocah pun akhirnya menyelinap keluar lagi.
Lan JingYi, "Senior Wei, kami bukannya sengaja mengabaikanmu, tapi Tuan bilang siapa pun yang bicara denganmu harus menyalin semua peraturan Sekte Lan dari atas sampai bawah..."'
Tuan' adalah panggilan honorifik yang dipakai seluruh murid dan kultivator Sekte GusuLan kepada Lan QiRen. Setiap kali menyebut 'Tuan', yang dimaksud hanyalah dia.
Wei WuXian berujar, "Tidak apa-apa, aku sudah tahu kok. Ini bukan pertama kalinya Tuan mu itu bertingkah anti-api, anti-pencuri dan anti-Wei Ying. Kalian sudah tahu tingkat keberhasilannya? Mungkin dia sedang merasa kubis yang sudah dia rawat baik-baik malah diambil babi*. Wajar saja dia lebih galak dari biasanya, hahahaha..."

[*kubis yang dicuri babi:  peribahasa yg menjelaskan bagaimana perasaan orangtua saat anak gadisnya jatuh cinta.]

Lan JingYi, "..."
Lan SiZhui, "... Hahaha."
Wei WuXian selesai tertawa, "Oh ya, bukannya kalian kemarin dihukum gara-gara berburu malam dengan Wen Ning."
Dia bertanya ke Lan SiZhui, "Bagaimana kabar dia?"
Lan SiZhui, "Dia mungkin sedang bersembunyi di sudut gunung dan menunggu kami mencarinya lagi saat kami berburu malam lain kali."
Setelah berpikir sejenak, dia melanjutkan dengan sedikit nada khawatir, "Tapi saat kami berpisah, Jiang Zongzhu kelihatannya masih marah. Semoga saja kami tidak mempersulit keadaannya."
Wei WuXian, "Huh? Jiang Cheng? Bagaimana bisa kalian bertemu dia saat berburu malam?"
Lan SiZhui, "Kami mengundang Jin Gongzi untuk bergabung dalam perburuan kami terakhir kali, jadi..."
Wei WuXian langsung mengerti. Bisa diduga bahwa Wen Ning tidak akan bermalas-malasan selagi Lan SiZhui memimpin kelompoknya dalam perburuan malam. Dia pasti sudah diam-diam membuntuti untuk melindungi mereka sehingga bisa memberi bantuan saat para bocah ini menghadapi bahaya selama perburuan malam. Jiang Cheng juga pasti sudah mengikuti Jin Ling diam-diam, takut terjadi apa-apa lagi pada keponakannya. Dan begitulah, kedua orang itu saling bertemu di setiap keadaan bahaya. Wei WuXian tidak tahu mesti tertawa atau tidak.
Setelah terdiam sejenak, dia bertanya lagi, "Bagaimana kabar Jiang Zongzhu dan Jin Ling?"
Menyusul kematian Jin GuangYao, pewaris jabatan dengan hubungan darah paling murni di Sekte LanlingJin adalah Jin Ling. Namun masih ada banyak tetua di sekte cabang yang lapar jabatan dan sangat menantikan kesempatan itu. Sekte LanlingJin sudah dikecam pihak luar dan di dalamnya dipenuhi kemelut orang berkepentingan egois. Sedangkan Jin Ling masih sangat muda. Mana bisa dia mengendalikan semuanya? Pada akhirnya, Jiang Cheng mendatangi Jinlin Tai dengan Zidian di genggamannya, melangkah berkeliling, dan akhirnya bisa mengamankan posisi Jin Ling sebagai seorang pemimpin sekte untuk sementara. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya, entah siapa yang akan tahu.
Lan JingYi mencebik, "Mereka kelihatannya cukup baik-baik saja. Jiang Zongzhu masih sama saja, selalu memecut orang dengan cambuknya. Temperamen si Nona Muda semakin mendingan. Dulu dia bisa membantah pamannya tiga kali saat dimarahi. Sekarang dia bisa membantah sepuluh kali."
Lan SiZhui mengomel, "JingYi, bagaimana bisa kau memanggil orang seperti itu di belakang punggung mereka?"
Lan JingYi memprotes, "Jelas-jelas aku juga memanggilnya begitu di hadapannya langsung."
Mendengar perkataan Lan JingYi, Wei WuXian pun sedikit merileks. Sebenarnya dia tahu bukan itu yang benar-benar ingin dia tanyakan. Namun kedengarannya kabar Jiang Cheng dan Jin Ling cukup baik, tidak ada lagi yang perlu dikatakan.
Dia pun bangkit berdiri dan menepuk ujung bawah pakaiannya, "Baiklah. Sepertinya memang cukup baik. Mereka bisa terus bekerja dengan baik. Kalian bisa lanjutkan kegiatan kalian. Aku harus pergi untuk mengurusi sesuatu."
Lan JingYi memandang sebelah mata, "Kau selalu bermalas-malasan di Yun Shen Buzhi Chu. Memangnya hal apa yang perlu kau urusi?"
Wei WuXian bahkan tidak membalik badan, "Menggigit kubisku."
Jarang-jarang dia bisa bangun sepagi ini. Setelah kembali ke Jingshi, yang pertama dilakukan adalah tidur lagi begitu lama. Hasilnya adalah jadwal tidur yang timpang selepas bangun karena saat ini sudah mendekati senja. Dia sudah melewatkan makan malam dan tidak ada apa pun lagi untuk dimakan. Wei WuXian sebenarnya juga tidak lapar. Dia terus menggeledah cetakan kaligrafi dan naskah esai lama milik Lan WangJi. Namun hingga senja datang, kubis besarnya tidak kunjung kembali. Akhirnya, perut Wei WuXian benar-benar terasa kosong. Namun sekarang sudah lewat jam malam Yun Shen Buzhi Chu.
Menurut peraturan sekte, orang yang tidak berkepentingan dilarang berkeliaran, apalagi memanjat pagar dan mengeluyur keluar—andai saja sekarang seperti dulu; tidak peduli meski dia 'tidak bisa' melakukannya atau karena 'dilarang', Wei WuXian hanya akan peduli pada makan saat dia lapar, tidur saat dia lelah, menggoda saat dia bosan, dan berlari saat dia terkena masalah. Namun situasi sekarang sudah berbeda. Perbuatan semacam itu akan dihitung sebagai kesalahan Lan WangJi. Tidak peduli selapar dan sebosan apa, Wei WuXian hanya bisa menghela napas dan menahannya. Tiba-tiba saja terdengar suara dari luar Jingshi. Pintunya didorong terbuka. Lan WangJi sudah kembali. Wei WuXian berpura-pura mati di atas lantai. Dia mendengar Lan WangJi berjalan perlahan ke arah meja dan menempatkan sesuatu di sana tanpa bicara. Wei WuXian ingin terus berlagak mati, tapi saat Lan WangJi membuka penutup sesuatu, aroma kuat dari rempah langsung melimpah-ruah dan menandingi wangi kayu cendana dingin yang awalnya memenuhi penjuru Jingshi.
Sontak, Wei WuXian berguling dari lantai untuk bangun, "Er Gege! Aku akan melakukan apa pun yang kau katakan seumur hidupku!"
Tanpa ekspresi, Lan WangJi mengeluarkan piring-piring dari dalam kotak dan menatanya di atas meja. Badan Wei WuXian langsung condong ke arahnya.
Hamparan merah di atas separuh lusin piring putih membuatnya begitu bahagia sampai-sampai matanya berbinar merah, "Kau terlalu baik, HanGuang-Jun, kau perhatian sekali mau jauh-jauh membawakan makanan ini untukku. Mulai sekarang kau bisa memerintahku semaumu."
Akhirnya, Lan WangJi mengeluarkan sepasang sumpit putih gading dan menaruhnya secara horisontal di atas mangkuk, suaranya dingin, "Dilarang bicara saat sedang menyantap makanan."
Wei WuXian, "Dan kau juga bilang dilarang bicara saat tidur. Setiap malam aku bicara banyak dan membuat suara berisik, kenapa tidak pernah menghentikanku?"
Lan WangJi meliriknya.
Wei WuXian, "Oke, oke, oke, aku akan berhenti. Kita sudah seperti ini, jadi kenapa wajahmu masih saja tipis? Kau mudah sekali malu, tapi itulah kenapa aku menyukaimu. Jadi kau membawakan makanan ini dari Restoran Hunan di Kota Caiyi?"
Lan WangJi tidak membalas, jadi Wei WuXian menganggap itu sebagai jawaban iya.
Dia duduk di depan meja, "Aku penasaran apakah restoran itu masih buka. Kami dulu selalu makan di sana. Kalau tidak, kami harus makan makanan dari sektemu dan aku tidak akan bisa tahan di sini selama berbulan-bulan. Oh, lihat ini. Perjamuan sekte seharusnya seperti ini."
Lan WangJi, "'Kami?'"
Wei WuXian, "Jiang Cheng dan aku. Terkadang Nie HuaiSang dan yang lain juga."
Pandangan Wei WuXian berkelebat ke arah Lan WangJi dan tersenyum lebar, "Kenapa menatapku begitu? HanGuang-Jun, jangan lupa. Dulu aku sudah mengajakmu makan bersama. Betapa semangatnya aku dulu mencoba! Kau saja yang menolak ikut. Setiap kali aku bicara padamu, kau selalu melotot padaku, dan semua yang kaukatakan selalu dimulai dengan kata 'tidak'. Aku tidak pernah menghadapi rintangan sebanyak itu. Aku tidak pernah bisa menjelaskannya dengan benar, tapi kau sekarang malah tidak senang begini. Ngomong-ngomong..."
Dia bergeser ke samping Lan WangJi, "Aku memaksa diri supaya tidak menyelinap keluar karena tidak ingin melanggar peraturan sektemu. Dan aku juga menunggumu di dalam sini dengan patuh. Tapi siapa sangka kau malah melanggar peraturannya sendiri dan pergi keluar untuk mencarikanku makan, HanGuang-Jun. Melanggar peraturan seperti ini—kalau pamanmu tahu, dia akan jantungan lagi."
Lan WangJi menunduk dan melingkarkan lengannya ke sekeliling pinggang Wei WuXian. Dia tampak tenang dan tak bergerak, tapi Wei WuXian bisa merasakan jemari Lan WangJi mengelus pinggangnya, entah disengaja atau tidak.
Jari-jari itu sangat hangat sampai menembus pakaian dan langsung ke kulit. Sensasinya benar-benar terasa.
Wei WuXian balas memeluknya dan berbisik, "HanGuang-Jun... aku sudah minum sup dari sektemu dan sekarang seluruh mulutku terasa pahit. Aku tidak bisa makan apa-apa. Bagaimana ini?"
Lan WangJi, "Hanya satu sesapan."
Wei WuXian, "Iya. Aku memang minum sekali sesap saja, tapi sup kalian benar-benar punya efek kuat. Rasa pahitnya langsung meluncur dari ujung lidah ke tenggorokanku. Katakan—aku harus bagaimana?"
Setelah terdiam sejenak, Lan WangJi membalas, "Seimbangkan."
Wei WuXian bertanya dengan polos, "Bagaimana cara menyeimbangkannya?"
Lan WangJi mengangkat kepala Wei WuXian. Aroma obat yang lembut saling terjalin dari bibir mereka. Sekelumit rasa pahit membuat ciuman mereka bertahan lama.
Saat panggutan mereka akhirnya terpisah, Wei WuXian pun berujar, "HanGuang-Jun, aku baru ingat. Kau sudah minum dua mangkuk sup itu. Kau bahkan lebih pahit dari pada aku."
Lan WangJi, "Mn."
Wei WuXian, "Tapi kau tetap terasa manis. Aneh sekali."
"..." Lan WangJi, "Makanlah dulu."
Setelah terdiam sejenak, dia menambahkan, "Kita bisa melakukan 'itu' setelah kau selesai makan."
Wei WuXian, "Aku mau makan kubisnya dulu."
Lan WangJi mengernyit sedikit, seakan-akan bingung kenapa dia tiba-tiba menyebut kubis. Wei WuXian pun tertawa sambil merangkul leher Lan WangJi.
Perjamuan semacam itu memang paling baik diselenggarakan di balik pintu yang tertutup.

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang