CHAPTER 58: RACUN (3)
NYONYA Yu melirik ke belakang. JinZhu dan YinZhu pun langsung mengerti. Mereka berdua menghunuskan pedang panjang dan berlari mengitari aula. Dengan pergerakan gesit tanpa ampun, mereka membunuh semua murid Sekte Wen dalam hitungan detik. Wang LingJiao menyadari bahwa setelah ini adalah gilirannya untuk dihabisi.
Dia pun mengancam dengan segenap kekuatan, "Kau...
kaupikir kau bisa membungkamku?
Kaupikir hari ini Wen Gongzi tidak tahu aku kemari?
Kaupikir dia akan melepaskanmu setelah mengetahui semua ini?!
"YinZhu mencemooh, "Kau terdengar seakan-akan dia sudah melepaskan kami.
"Wang LingJiao, "Aku dekat dengan Wen Gongzi, aku yang paling dekat!
Kalau kalian berani berbuat macam-macam padaku, dia akan...
"Nyonya Yu menamparnya lagi dan mencaci, "Dia akan apa?
Memotong tangan dan kaki kami?
Atau membakar kediaman kami?
Atau memimpin ribuan orang untuk meruntuhkan Lianhua Wu hingga rata dengan tanah? Membangun balai pengawasan di sini?"
JinZhu berjalan mendekat dengan pedang di genggaman.
Mata Wang LingJiao berkabut oleh rasa takut. Sambil menendang-nendang kakinya, dia meringkuk dan berteriak, "Seseorang!
Tolong!
Wen ZhuLiu!
Tolong aku!"
Ekspresi Nyonya Yu langsung mengeras.
Dia menginjak pergelangan tangan Wang LingJiao, lalu dia menarik pedangnya. Begitu bilahnya hendak menebas, pedang itu langsung terpental jauh.Wei WuXian dan Jiang Cheng mengalihkan pandangan. Pintupintu aula sudah hancur berantakan. Kemudian sesosok pria berperawakan tinggi menerobos masuk, mengenakan pakaian hitam dan berekspresi kelam. Dia adalah pengawal pribadi Wen Chao, kultivator berlevel sangat tinggi, Wen ZhuLiu.
Nyonya Yu mengangkat Zidian ke pipinya begitu pedangnya jatuh, "Tangan Pelebur Inti?"
Suara Wen ZhuLiu begitu dingin, "Laba-laba Violet?"
Satu tangan Wang LingJiao masih terinjak.
Dia begitu kesakitan sampai wajahnya berkerut dan terpelintir.
Air mata berlumuran di wajahnya, "Wen ZhuLiu! Wen ZhuLiu!
Selamatkan aku, selamatkan aku sekarang juga!
"Nyonya Yu mendengus, "Wen ZhuLiu?
Tangan Pelebur Inti, bukankah nama aslimu Zhao ZhuLiu?
Nama depanmu bukan Wen, tapi ternyata kau tetap ingin mengubah namamu. Semua orang begitu tergesa-gesa seperti bebek.
Apa nama anjing-anjing Wen sebegitu berharga?
Kau sampai mengkhianati leluhurmu sendiri—lucu sekali!
"Pendirian Wen ZhuLiu tak goyah dan tak peduli, "Setiap orang melayani tuannya masing-masing.
"Mereka berdua baru berbicara sedikit, tapi Wang LingJiao sudah mulai berteriak, tak sanggup lagi, "Wen ZhuLiu!
Kau tidak lihat aku sudah seperti apa?!
Kenapa malah mengobrol dengannya bukannya membunuh dia sekarang juga?!
Apa begini cara Wen Gongzi menyuruhmu untuk melindungiku?!
Awas saja, aku akan melaporkanmu!
"Nyonya Yu menginjak lengannya lagi.
Wang LingJiao meraung kesakitan. Di sisi lain, Wen ZhuLiu mengerutkan kening. Dia melindungi Wen Chao atas perintah Wen RuoHan sendiri. Sejak awal, dia tidak pernah menyukai kepribadian Wen Chao. Namun lantaran tidak pernah ada kejadian yang terlalu buruk, maka Wen Chao memerintahkannya untuk melindungi Wang LingJiao. Wanita itu tidak hanya dangkal dan angkuh, tapi juga kejam sampai ke tulang sehingga membuat Wen ZhuLiu begitu tidak menyukainya. Namun tak peduli seberapa benci dia pada wanita itu, dia tetap tidak bisa melanggar perintah Wen RuoHan dan Wen Chao dengan membunuhnya. Untung saja Wang LingJiao juga membencinya. Wanita itu memerintahkan bahwa Wen ZhuLiu hanya bisa mengikutinya dari jarak jauh, melarangnya muncul di pandangan kecuali kalau memang disuruh supaya kekesalannya bisa berkurang. Namun di situasi semacam ini, nyawa wanita itu sudah di ujung tanduk. Kalau dia tidak berbuat apaapa, Wen Chao pasti akan mengamuk dan tidak akan melepaskannya.
Dan dengan begitu, Wen RuoHan juga tidak akan tinggal diam.
Wen ZhuLiu, "Permisi.
"Zidian melayang.
Nyonya Yu berteriak, "Dasar sok!
"Tangan besar Wen ZhuLiu terulur.
Dia mencengkeram Zidian tanpa peduli!
Saat Zidian dalam wujud cambuk, permukaannya terselubungi aliran energi spiritual. Kekuatannya bisa kuat atau lemah, fatal atau remeh, tergantung kendali dari tuannya. Sejak lama, Nyonya Yu sudah memendam niatan membunuhnya. Tidak hanya ingin menghancurkan setiap anjing Wen, tapi dia juga harus waspada terhadap Wen ZhuLiu. Sehingga kini, energinya melebihi maksimal, tapi Wen ZhuLiu berhasil menyambarnya tanpa kesulitan sedikit pun!
Selama bertahun-tahun digunakan, Zidian tidak pernah berhadapan dengan musuh seperti itu. Nyonya Yu terhenti saat melihat cambuknya berhasil dicengkeram.
Wang LingJiao memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri, mengeluarkan tabung cahaya api dari kelepak dan mengguncangnya beberapa kali. Kilatan cahaya melesat dari tabung. Diiringi siulan tajam, kilatan api melejit ke luar jendela dna meledak di langit luar. Kemudian dia menembakkan yang kedua, dan ketiga.
Dengan rambut berurai kusut, dia menggumam, "Datanglah...
datanglah...
datanglah ke sini...
Semuanya, datanglah ke sini!"
Di bawah sergapan rasa sakitnya, Wei WuXian mendorong Jiang Cheng, "Hentikan dia mengirimkan sinyal lagi!
"Jiang Cheng melepaskan Wei WuXian dan menghambur ke arah Wang LingJiao.
Namun pada saat bersamaan, Wen ZhuLiu sudah menyergap Nyonya Yu dan tampak seperti akan mengalahkannya.
Jiang Cheng bergegas, "Ibu!"
Dia segera beralih dari Wang LingJiao dan melontar tubuhnya.
Wen ZhuLiu bahkan tidak memutar kepala saat Jiang Cheng menyerang, "Sia-sia saja!
"Pundak Jiang Cheng dihempas gempuran keras. Darah menyeruak dari mulutnya.
Wang LingJiao sudah menembakkan semua sinyal apinya. Suara siulan tajam dan percikan terang memenuhi penjuru langit biru yang kelabu.Melihat Jiang Cheng terluka, Nyonya Yu pun berteriak. Kilatan Zidian semakin dahsyat hingga nyaris memutih!
Wen ZhuLiu terjungkal ke dinding oleh ledakan Zidian yang tibatiba. JinZhu dan YinZhu turut menarik cambuk panjang mendesis dari pinggang mereka dan mulai bertarung melawan Wen ZhuLiu. Kedua pelayan itu sudah begitu dekat dengan Nyonya Yu sejak muda. Mereka semua dididik oleh guru yang sama. Serangan gabungan mereka benarbenar tidak bisa diremehkan. Dengan memanfaatkan celah itu, Jiang Cheng dan Wei WuXian yang masih tidak bisa bergerak pun dibawa oleh Nyonya Yu di masing-masing tangannya. Kemudian dia bergegas keluar dari aula. Ada banyak murid di sekeliling lapangan latihan.
Nyonya Yu memerintah, "Cepatlah pakai seragam dan senjata, sekarang juga!"
Dengan dua pemuda di tangannya, Nyonya Yu bergegas menuju dermaga. Selalu ada beberapa perahu kecil yang menepi di dermaga Lianhua Wu, biasanya dipakai murid-murid Sekte Jiang untuk menjelajah dan menyelam. Nyonya Yu melempar mereka ke atas perahu.
Dia juga ikut naik, menggenggam tangan Jiang Cheng untuk membuatnya siuman.
Jiang Cheng terbatuk darah. Lukanya tidaklah terlalu parah.
Dia bertanya, "Ibu, apa yang harus kita lakukan?"
Nyonya Yu, "Apa maksudmu?!
Kau masih belum lihat?
Mereka datang ke sini dengan persiapan. Pertarungan hari ini tidak bisa dihindari. Setelah ini akan ada segerombolan anjing Wen yang datang. Jadi pergilah dulu!"
Wei WuXian, "Bagaimana dengan Shijie?
Shijie pergi ke Meishan kemarin lusa.
Kalau dia kembali..."
Nyonya Yu menatapnya tajam, "Tutup mulutmu!
Ini semua gara-gara kau...!"
Wei WuXian hanya bisa bungkam. Nyonya Yu melepaskan cincin Zidian lalu menyematkannya ke telunjuk kanan Jiang Cheng.
Jiang Cheng sangat syok, "... Ibu, kenapa kau memberiku Zidian?"
Nyonya Yu, "Sudah kuberikan padamu, jadi mulai sekarang itu milikmu!
Zidian sudah mengakuimu sebagai tuannya.
"Jiang Cheng kebingungan, "Ibu, bukankah Ibu akan pergi bersama kami?"
Nyonya Yu memandangi wajahnya, tiba-tiba memeluk anaknya dan mengecup rambutnya lagi dan lagi.
Dengan Jiang Cheng masih di pelukannya, dia berbisik, "Anak baik."
Nyonya Yu memeluknya begitu erat seolah dia ingin mengubah Jiang Cheng menjadi bayi dan memasukkannya lagi ke dalam perutnya, sehingga tidak akan ada yang bisa melukainya, dan sehingga tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka. Jiang Cheng tidak pernah dipeluk ibunya seperti ini, apalagi dikecup.
Kepalanya terbenam ke dada ibunya meski kedua matanya membelalak lebar, tak tahu mesti berbuat apa.Dengan satu tangan masih memeluknya, Nyonya Yu menyambar kelepak Wei WuXian dengan tangan yang lain seolah ingin mencekiknya sampai mati.
Dia berujar lewat gigi yang mengatup rapat, "...
Kau bocah kurang ajar!
Aku membencimu!
Aku membencimu lebih dari apa pun!
Lihatlah apa yang sudah dialami sekte kita demi dirimu!
"Dada Wei WuXian kembang kempis.
Dia tak mengucapkan apa pun. Kali ini bukan karena dirinya memendam perkataan atau memiliki pendapat tak terucap, tapi karena dia memang tidak bisa mengatakan apa-apa.
Jiang Cheng buru-buru bertanya, "Ibu, bukankah Ibu akan pergi bersama kami???
"Nyonya Yu langsung melepaskan pelukannya dan mendorong Jiang Cheng ke arah Wei WuXian.
Kemudian dia meloncat kembali ke dermaga. Perahu itu terombang-ambing di tengah air sungai. Jiang Cheng akhirnya mengerti.
JinZhu, YinZhu, semua murid, dan seluruh harta berharga Sekte YunmengJiang yang turun temurun dari berbagai generasi masih berada di Lianhua Wu, tidak bisa dievakuasi dalam waktu singkat. Setelah ini pertarungan kelam akan berkecamuk. Sebagai nyonya sekte ini, Nyonya Yu tidak bisa melarikan diri begitu saja. Namun dia tetap mengkhawatirkan anaknya. Mungkin itu terkesan egois, dia hanya bisa membiarkan mereka berdua pergi lebih dulu.Menyadari akan adanya bahaya besar jika mereka berpisah, Jiang Cheng pun merasa ketakutan lebih dari apa pun. Dia beranjak bangkit dan mencoba meninggalkan perahu juga, tapi arus listrik mendadak melesat dari Zidian, membentuk seutas tali dari halilintar yang mengikat mereka berdua erat-erat ke perahu. Mereka tidak bisa bergerak sama sekali.
Jiang Cheng berteriak, "Ibu, apa yang kau lakukan?!"
Nyonya Yu, "Jangan ribut.
Ikatannya akan melonggar saat kalian sudah berada di tempat yang aman.
Kalau ada yang menyerang di sepanjang jalan, Zidian juga akan melindungi kalian. Jangan kembali.
Segeralah pergi ke Meishan dan temukan kakakmu!"
Usai bicara, Nyonya Yu beralih ke Wei WuXian dan menudingnya, "Wei Ying!
Dengarkan aku!
Lindungi Jiang Cheng, lindungi dia sekalipun kau mati, kau mengerti?!
"Wei WuXian, "Nyonya Yu!"
Nyonya Yu memberang, "Kau dengar aku?!
Jangan bicara omong kosong padaku.
Aku hanya bertanya padamu—apa kau dengar aku?!"
Wei WuXian tidak bisa memberontak dari belenggu Zidian.
Dia hanya bisa mengangguk.
Jiang Cheng berteriak, "Ibu, Ayah masih belum kembali.
Kalau terjadi sesuatu, tidak bisakah kita berjuang bersama-sama?!"
Mendengarnya menyebut-nyebut Jiang FengMian, mata Nyonya Yu terlihat memerah selama sepersekian detik.
Mendadak dia mengumpat keras, "Memangnya kenapa kalau dia belum kembali?
Memangnya aku tidak bisa berbuat apa pun tanpa dia?!"
Setelah itu, dia memotong tali yang mengikat perahu itu dengan pedang dan menendang sisi perahu itu kuat-kuat. Air mengalir deras dan angin berembus kencang. Setelah berputar beberapa kali, perahu itu melaju cepat namun stabil ke arah tengah sungai.
Jiang Cheng meraung, "Ibu!"
Dia berteriak berpuluh-puluh kali.
Namun Nyonya Yu dan Lianhua Wu kian jauh dan jauh, makin mengecil dan mengecil. Setelah perahunya sudah melaju jauh, Nyonya Yu kembali memasuki gerbang Lianhua Wu dengan pedang di genggaman. Jubah ungunya mengombak pelan.Mereka berdua berjuang memberontak sebisa mungkin. Zidian nyaris terbenam ke kulit mereka, tapi masih tak putus juga.
Raungan gila keluar dari tenggorokan Jiang Cheng selagi dia terus memberontak, "Kenapa tidak bisa putus?!
Kenapa tidak bisa?!
Putuslah!
Putus!"
Wei WuXian juga baru saja dicambuk puluhan kali dengan Zidian.
Tubuhnya masih kesakitan. Dia tahu bahwa mereka tidak akan bisa memberontak dari Zidian dan semua jerih payah mereka akan sia-sia.
Mengingat Jiang Cheng masih terluka, dia pun berujar lewat rasa sakitnya, "Jiang Cheng, tenanglah dulu.
Bukan berarti Nyonya Yu akan kalah menghadapi si Tangan Pelebur Inti.
Barusan bukankah dia bisa menahan Wen ZhuLiu?"
Jiang Cheng meraung, "Bisa-bisanya kau ingin aku tenang?!
Bagaimana aku bisa tenang?!
Sekalipun Wen ZhuLiu bisa terbunuh, wanita itu sudah mengirimkan sinyal pertolongan. Bagaimana kalau anjing-anjing Wen melihatnya dan mengarahkan pengepungan ke sekte kita?!"
Wei WuXian juga tahu bahwa mereka tidak akan bisa tenang. Namun di antara mereka berdua, salah satunya harus tetap berpikiran jernih. Baru saja dia hendak meneruskan, matanya mendadak berbinar.
Dia berteriak, "Paman Jiang!
Paman Jiang sudah pulang!"
Usai bicara begitu, sebuah perahu yang lebih besar berlayar ke arahmereka.Jiang FengMian berdiri di haluan perahu. Sekitar selusin murid juga berdiri di atas sana.
Dia sedang memandang ke arah Lianhua Wu, jubahnya berkibar oleh tiupan angin. Jiang Cheng berteriak, "Ayah!
Ayah!"
Jiang FengMian juga melihat mereka, agak terkejut.
Salah satu murid mendayung ke arah mereka.
Jiang FengMian tidak tahu apa yang terjadi saat dia berkata, "A-Cheng?
A-Ying?
Kalian kenapa?"
Bocah-bocah dari Lianhua Wu sering memainkan permainan aneh.
Bahkan mengapung di atas air dengan wajah berlumuran darah dan berlagak seperti mayat mengambang bukanlah hal aneh. Oleh karena itu, Jiang FengMian tidak bisa memutuskan mereka sedang memainkan permainan baru atau tidak. Dia tidak menyadari keadaan yang pelik.
Meski begitu, Jiang Cheng begitu senang sampai nyaris menangis. Dia buru-buru menjelaskan, "Ayah, Ayah lepaskan kami!"
Jiang FengMian, "Ini Zidian milik ibumu.
Zidian mengenali tuannya.
Kupikir dia tidak akan membiarkanku..."
Selagi bicara, Jiang FengMian menyentuh Zidian dengan tangannya. Namun begitu bersentuhan, Zidian langsung menyusut dengan patuh, segera berubah lagi menjadi cincin dan tersemat sendiri ke salah satu jarinya.
Jiang FengMian langsung membeku.
Zidian adalah senjata terbaik Yu ZiYuan.
Keinginan Yu ZiYuan adalah perintahnya yang paling penting. Meski Zidian bisa mengenali banyak tuan, Zidian tetap mematuhi perintahnya. Tak diragukan lagi bahwa Nyonya Yu adalah tuan utama dari Zidian. Perintahnya adalah untuk mengikat Jiang Cheng sampai dia aman. Itulah sebabnya meski Jiang Cheng juga salah satu tuannya, dia tetap tidak bisa memberontak keluar dari belenggunya.Entah sejak kapan, Jiang FengMian sudah dikenali sebagai tuan kedua dari Zidian. Di hadapannya, Zidian memutuskan bahwa mereka telah aman sehingga jeratannya terlepas.Namun Nyonya Yu tidak pernah mengatakan bahwa dia membiarkan Zidian mengenali Jiang FengMian sebagai tuannya juga.
Jiang Cheng dan Wei WuXian akhirnya terlepas.
Mereka langsung ambruk.
Jiang FengMian bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa kalian berdua diikat ke perahu dengan Zidian?"
Seolah melihat sesuatu yang bisa menyelamatkan mereka, Jiang Cheng mencengkeram tubuh ayahnya, "Hari ini orang-orang Sekte Wen mendatangi sekte kita.
Ibu terlibat pertengkaran dengan mereka dan mulai bertarung dengan Tangan Pelebur Inti! Ibu mungkin sedang terdesak.
Sepertinya akan ada lebih banyak musuh yang datang.
Ayah, ayo kita kembali dan membantunya! Ayo!"
Mendengar itu, semua murid terlihat terkejut. Jiang FengMian bertanya, "Tangan Pelebur Inti?!
"Jiang Cheng, "Iya, Ayah!
Kita...
"Sebelum perkataannya selesai, kilat ungu melesat lagi.
Jiang Cheng dan Wei WuXian kembali terjerat. Mereka berdua terjatuh ke perahu yang lebih kecil, kembali ke posisi mereka tadi.
Wajah Jiang Cheng berubah hampa, "... Ayah?!"
Jiang FengMian, "Aku akan kembali.
Kalian berdua pergilah. Jangan kembali apa pun yang terjadi. Jangan kembali ke Lianhua Wu. Setelah mencapai tepian, pergilah ke Meishan sesegera mungkin untuk menemukan kakak dan nenekmu.
"Wei WuXian, "Paman Jiang!!!"
Begitu syok mereda, Jiang Cheng pun menendang-nendang pinggiran perahunya dengan marah.
Perahu itu terus bergoyanggoyang, "Ayah, lepaskan aku!
Lepaskan aku!
"Jiang FengMian, "Aku akan kembali untuk mencari San Niangzi." (Yu ZiYuan)
Jiang Cheng menatapnya tajam, "Kita bisa kembali dan mencarinya bersama, kan?!"
Jiang FengMian menatap matanya.
Mendadak tangannya terulur.
Sesaat terhenti di udara, akhirnya dia menyentuh kepala Jiang Cheng dan berujar lambat, "A-Cheng, hiduplah dengan baik.
"Wei WuXian, "Paman Jiang, kalau terjadi sesuatu padamu, dia tidak akan baik-baik saja.
"Jiang FengMian beralih padanya, "A-Ying... kau harus menjaga ACheng.
"Dia berbalik ke perahu yang lebih besar. Dua perahu itu berpapasan satu sama lain sebelum saling berpisah, melaju kian menjauh.
Jiang Cheng berteriak putus asa, "Ayah!!!
"Perahu melaju mengikuti arus.Mereka tidak tahu sudah seberapa lama waktu berlalu sampai jeratan Zidian mengendur. Cambuk itu berubah menjadi cincin perak yang tersemat di jari Jiang Cheng.Mereka sudah berteriak sepanjang jalan. Tenggorokan sudah serak. Setelah jeratan terlepas, mereka tidak mengucapkan apa-apa dan mulai berlayar kembali. Tidak ada kayuh, sehingga mereka hanya bisa menggunakan tangan untuk mendayung dan menerobos arus sungai.Nyonya Yu tadi berkata bahwa luka cambuk yang diterimanya tidak akan sembuh sampai bulan depan. Namun sekarang Wei WuXian merasakan bahwa meski lukanya masih serasa terbakar dan perih, kemampuannya bergerak tetap tidak terlalu terpengaruh. Dengan kebulatan tekad seseorang yang berada di ujung kematian, mereka pun mendayung seolah hidup mereka hanya bergantung pada hal itu.
Dua jam kemudian, mereka akhirnya kembali ke Lianhua Wu hanya dengan memakai tangan.Hari sudah larut malam.Gerbang Lianhua Wu tertutup rapat. Di luar, cahaya bersinar terang. Kepingan sinar bulan mengalir di air yang sejernih kristal. Berpuluh-puluh lentera berbentuk teratai kelopak sembilan mengapung di dermaga dalam kesunyian.Semuanya masih sama seperti sebelumnya. Namun karena itulah semua ini terasa begitu menyiksa.Mereka berhenti begitu tiba di tengah danau. Berjeda di tengah air, jantung mereka serasa berdetak kencang. Tidak ada yang berani mendekati dermaga dan bergegas naik untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.Air mata Jiang Cheng berlinangan. Kedua lengan dan kakinya gemetar.
Sejurus kemudian, Wei WuXian berujar, "... Sebaiknya kita tidak masuk lewat gerbang depan."
Entah bagaimana Jiang Cheng berhasil mengangguk.
Tanpa suara, mereka mendayung perahu ke sisi lain danau itu. Sebuah pohon dedalu tua tumbuh di sana. Akarnya terbenam begitu dalam di tepian, tapi batang besarnya tumbuh memanjang di permukaan danau. Dahandahannya tercelup ke dalam air. Dulu, bocah-bocah dari Lianhua Wu sering memanjat ke atas batang pohon dedalu sampai ke ujungnya untuk duduk dan memancing.Setelah perahu berlabuh di belakang cabang dedalu, mereka menepi di bawah rimbunan ranting dan gelapnya malam. Wei WuXian sudah terbiasa meloncati pagar.
Dia menarik Jiang Cheng dan berbisik, "Lewat sini.
"Jiang Cheng merasa syok sekaligus takut.
Dia hampir tidak punya arah saat berjalan ke tembok di belakang Wei WuXian. Setelah mengendap-endap cukup lama untuk bersembunyi, mereka diam-diam memanjat ke salah satu tembok. Barisan kepala makhluk buas berjejer di atas tembok, mempermudah mereka untuk mengintip ke dalam. Dulu, orang-orang luar yang selalu mengintip mereka. Namun kali ini, mereka-lah yang mengintip ke dalam sana.Wei WuXian mengangkat kepala dan memandang ke dalam. Jantungnya seketika tenggelam.Di lapangan pelatihan Lianhua Wu, berbaris-baris orang tengah berdiri.Mereka semua mengenakan jubah matahari. Pola kobaran api di bagian kerah, kelepak dan lengan berwarna begitu merah sampai lebih membuat sakit mata daripada darah.Selain dari orang-orang yang sedang berdiri itu, ada juga yang terbaring.
Semua yang ambruk di tanah sudah dipindahkan ke ujung lapangan sebelah barat-laut, ditumpuk tinggi secara asal. Seseorang berdiri membelakangi mereka berdua. Kepalanya menunduk, seolah sedang memeriksa orang-orang Sekte Jiang, tidak tahu apakah orangorang itu masih hidup atau tidak.Dengan kegigihan besar, Jiang Cheng masih mengedarkan pandangan untuk mencari sosok Yu ZiYuan dan Jiang FengMian. Namun seketika Wei WuXian merasakan matanya memanas.Di antara tumpukan orang-orang itu, dia melihat begitu banyak siluet yang familier.Tenggorokannya kering dan sakit. Pelipisnya serasa sudah dipukul palu besi, dan sekujur tubuhnya membeku dingin. Dia tidak lagi berani memikirkan Jiang FengMian dan Yu ZiYuan. Saat dia hendak melihat lebih dekat apakah bocah kurus yang tergeletak di atas tumpukan itu adalah shidi termudanya atau bukan, seseorang yang berdiri membelakangi mereka di ujung barat-laut terlihat seperti menyadari sesuatu dan memutar badan.Wei WuXian langsung menundukkan kepalanya juga Jiang Cheng.Meskipun dia berhasil menunduk tepat waktu, Wei WuXian masih bisa melihat seperti apa rupa orang itu.Sosok itu adalah pemuda sepantaran mereka.
Perawakannya ramping dan lembut, meski kulit pucatnya tampak kontras dengan matanya yang hitam kelam. Walaupun mengenakan jubah matahari-dan-kobaran-api, tingkah lakunya sama sekali tidak angkuh. Dia terlihat terlalu lembut.
Jika dilihat dari ranking pola mataharinya, barangkali dia adalah tuan muda dari Sekte Wen.
KAMU SEDANG MEMBACA
MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)
FantasyJudul alternatif: Mo Dao Zu Shi, Founder of Diabolism, 魔道祖师 Penulis: Mo Xiang Tong Xiu (MXTX) Tahun rilis: 2015 Genre: Xianxia, Action, Adventure, Mystery, Comedy, Yaoi (ini bl ya teman2 atau lelaki sesama lelaki kalau tidak suka boleh skip krna nn...