Kerinduan 1

44 3 0
                                    

CHAPTER 90: KERINDUAN (1)

WEN Ning segera menutup mulutnya. Di tengah suara perahu yang dikayuh maju, Wei WuXian membuka mata diikuti sakit kepala yang parah sekali.Wei WuXian bersandar sepenuhnya di tubuh Lan WangJi dan baru tersadar mereka tidak lagi berada di Lianhua Wu. Cukup lama, dia tidak menyadari apa yang sudah terjadi. Baru saat melihat percikan darah di kain lengan kiri Lan WangJi, rasanya seperti serangkaian bunga plum yang tertindih salju. Wei WuXian pun teringat apa yang terjadi sebelum dirinya pingsan karena marah. Ekspresinya langsung terpilin saat beranjak duduk. Lan Wangji bergegas membantunya, tapi dengungan di telinga Wei WuXian masih belum berhenti. Bau darah pekat juga memenuhi dadanya, rasanya benar-benar tidak nyaman.Dia khawatir akan terbatuk darah di atas tubuh Lan WangJi yang suka kebersihan itu. Sambil melambaikan tangan, Wei WuXian pun berbalik dan mencoba menahan batuk selama beberapa saat, menopang dirinya sendiri di pinggiran perahu. Lan WangJi tahu dia sedang merasa tidak baikan tapi dia tidak menanyakan apa-apa. Satu tangannya menyentuh punggung Wei WuXian, menyalurkan serangkaian energi spiritual yang hangat.
Begitu rasa besi berkarat di tenggorokannya menghilang, Wei WuXian akhirnya berbalik kembali, membiarkan Lan WangJi menarik tangannya lagi.
Dia duduk tenang cukup lama dan akhirnya mencoba bertanya, "HanGuang-Jun, bagaimana kita bisa keluar dari sana?"
Ekspresi Wen Ning langsung gelisah. Dayungannya juga berhenti. Dan benar saja, Lan WangJi sungguh menepati janjinya dan tidak mengatakan rahasia apa-apa. Namun dia juga tidak berbohong ataupun mengarang cerita.
Perkataannya begitu sederhana, "Kita bertarung."
Wei WuXian mengulurkan tangan untuk memijat dadanya, seolah ingin menghilangkan perasaan sesak dalam jantungnya.
Sesaat kemudian dia berujar, "Aku tahu Jiang Cheng tidak akan melepaskan kita dengan mudah. Anak itu... bisa-bisanya dia?!"
Lan WangJi mengerutkan kening.
Suaranya begitu dalam, "Jangan membicarakan dia."
Mendengar betapa tidak senangnya Lan WangJi, Wei WuXian pun terperangah kaget, tapi dia langsung menjawab, "Baiklah. Aku tidak akan membicarakan dia."
Dia berpikir beberapa saat dan memulai lagi, "Um, HanGuang-Jun, jangan pedulikan apa yang dia katakan, oke?"
Lan WangJi, "Yang mana?"
Kelopak mata Wei WuXian bergetar, "Semuanya. Bocah itu memang selalu begitu sejak kecil. Dia akan mengatakan apa pun saat sedang marah, tidak peduli seburuk apa. Dia akan mengesampingkan segala kedisiplinan dan malah melontarkan hinaan apa saja tidak peduli seberapa buruknya selama itu bisa membuat siapa pun yang dia lawan merasa jengel. Setelah sekian lama dia masih saja tidak berubah. Tolong jangan diambil hati."
Dia berujar selagi diam-diam memperhatikan ekspresi Lan WangJi. Perlahan, jantungnya pun serasa tenggelam.Sebenarnya Wei WuXian mengira—berharap—Lan WangJi tidak akan ambil hati atas perkataan Jiang Cheng itu. Namun tak disangka-sangka, Lan WangJi tidak terlihat baik-baik saja. Dia bahkan tidak menjawab dengan 'mn' seperti biasanya.Sepertinya Lan WangJi benar-benar tidak senang atas hinaan Jiang Cheng lebih dari yang Wei WuXian perkirakan.
Mungkin dia hanya tidak menyukai kepribadian Jiang Cheng, atau mungkin... dia benarbenar tidak terima disebut 'tidak tahu malu', 'tidak punya integritas' dan 'orang tak diundang'.
Apalagi Sekte GusuLan terkenal akan semboyannya yaitu, 'jadilah pantas'.
HanGuang-Jun sendiri juga tidak pernah berasosiasi dengan kata-kata semacam itu.Meski belakangan ini Wei WuXian merasa Lan Wangji sudah memperlakukannya lebih tinggi dan berbeda dari orang lain, Wei WuXian masih tidak berani mengira-ngira seberapa 'tinggi' atau 'seberapa berbeda' yang dia pikirkan.
Wei WuXian tidak pernah berniat untuk terlalu percaya diri dan malah menyombongkan diri dengan pemikiran seperti itu. Legenda selalu menggosipkan kehidupan cinta Yiling Laozu, padahal kenyataannya Wei WuXian tidak pernah mengalami perasaan sekacau ini sebelumnya. Dulu dia selalu mengira Lan WangJi orang yang terlalu mudah dipahami, tapi sekarang jauh berbeda.
Wei WuXian takut dirinya malah satu-satunya yang mengira mereka berdua memiliki ikatan semacam itu, takut kalau ini semua hanyalah pemikirannya yang penuh harap, takut kalau dirinya terlampau percaya diri.
Lan WangJi tetap terdiam.
Wei WuXian ingin mengatakan lelucon apa pun, hal yang dia kuasai, tapi terlalu takut kalau nantinya hanya akan menghasilkan tawa terpaksa karena canggung.
Setelah meragu beberapa saat, dia mendadak bertanya, "Kita akan pergi ke mana?"
Perubahan topik itu terasa sangat kaku, tapi Lan WangJi menjawab dengan patuh, "Kau ingin pergi ke mana?"
Wei WuXian mengusap bagian belakang kepalanya, "Kita masih belum tahu situasi ZeWu-Jun sekarang. Kita juga tidak tahu apa yang akan dilakukan orang-orang itu.
Bagaimana kalau kita ke Lanling dulu..."
Mendadak dia teringat sesuatu, "
Tidak. Bukan Lanling. Kita akan pergi ke Kota Yunping."
Lan WangJi, "Kota Yunping?"
Wei WuXian, "Iya. Kota Yunping di Yunmeng. Aku sudah pernah memberitahumu, kan? Saat di Jinlin Tai dulu, aku melihat manuskripku di ruangan rahasia Istana Harum. Tepat di sebelahnya ada akta kepemilikan tempat di Kota Yunping. Sekte LanlingJin itu kaya dan berpengaruh kuat. Menurutku Jin GuangYao tidak akan menyimpan akta dengan cara semacam itu kalau bukan karena suatu alasan tersembunyi. Barangkali kita akan menemukan sesuatu."
Lan WangJi mengangguk.
Mendadak Wen Ning bersuara, "Gongzi, apa Kota Yunping lewat sini?"
Wei WuXian, "Apa?!"
Wei WuXian dan Lan WangJi duduk dengan membelakangi ekor perahu, itulah sebabnya dia tidak melihat Wen Ning. Namun saat mendengar suara seseorang di belakangnya dengan begitu tiba-tiba, Wei WuXian pun langsung merasakan kulit kepalanya meremang dan tubuhnya berguling maju sebelum bertanya dengan syok, "Kenapa kau di sini?!"
Wen Ning mendongak dan menjawab dengan ekspresi kosong, "Aku? Sejak tadi aku selalu di sini."
Wei WuXian, "Lalu kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?"
Wen Ning, "Aku melihatmu sedang bicara dengan HanGuang-Jun, Gongzi, jadi aku tidak..."
Wei WuXian, "Kalau begitu, bukankah harusnya kau membuat suara sedikit saja???"
Wen Ning memegang kayuh di tangannya dan memprotes, "Gongzi, sejak tadi aku mendayung perahu. Aku selalu membuat suara.
Kau tidak dengar?"
"..." Wei WuXian melambaikan tangannya, "Aku tidak sadar. Cukup, cukup, berhenti mendayung. Air di sini mengalir deras saat malam. Perahunya akan melaju tanpa perlu didayung."
Wei WuXian tumbuh besar di Yunmeng, berkecipak-kecipuk dengan perairan di sini sejak kecil sehingga tentu saja dia tidak asing lagi. Wen Ning menurut dan menaruh kayuhnya. Sambil menahan diri, dia duduk di ujung perahu, nyaris enam kaki jauhnya dari mereka berdua. Mereka tiba di Yunmeng pukul tiga pagi. Setelah banyak hal yang terjadi, fajar pun mulai menyingsing. Cahaya putih memancar di langit biru gelap. Pegunungan di kedua sisi sungai pun mulai tampak.
Wei WuXian memandang sekitarnya dan mendadak berseru, "Aku lapar."
Lan WangJi mendongak.
Tentu saja Wei WuXian tidak lapar sama sekali. Dia baru saja makan tiga kue pastel yang dijual di gerbang Lianhua Wu. Namun Lan WangJi hanya makan satu dan itu juga satu-satunya yang dia makan selama dua hari ini. Masalahnya ada di kepala Wei WuXian.
Saat ini nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia di depan mereka. Sepertinya mereka harus terus mendayung cukup lama hingga mencapai kota dan makan sesuatu.
Lan WangJi menjawab beberapa saat kemudian, "Minggirkan perahunya?"
Wei WuXian, "Tidak ada banyak orang di pesisir ini, tapi aku tahu harus pergi ke mana."
Wen Ning segera mengambil kayuh dan mendayung ke arah yang ditunjuk Wei WuXian. Sejurus kemudian, perahu itu berbalik ke salah satu cabang sungai dan melaju ke arah danau teratai.Di danau itu, terdapat banyak dedaunan teratai dalam berbagai ketinggian, nyaris membentuk semacam selimut. Perahu ramping itu melaju melewati gerombolan tangkai teratai dan meluncur ke arah tengah danau. Dilihat dari atas, dedaunan teratai itu melambai-lambai mengikuti perahu. Mengarungi tengah payung-payung hijau ini, membalik daunnya yang lebar dan mencari biji teratai yang tersembunyi di baliknya satu persatu—rasanya seperti sedang mencari harta karun. Sambil tersenyum lebar, Wei WuXian hendak mengulurkan tangannya dan menyambar daun teratai itu saat Lan WangJi tiba-tiba memanggil, "Wei Ying."
Wei WuXian, "Ada apa?"
Lan WangJi, "Apa danau ini ada pemiliknya?"
Wajah Wei WuXian benar-benar jujur, "Tentu saja tidak."
Tentu saja ada. Semenjak berusia sebelas tahun, Wei WuXian seringkali mencuri biji teratai dan kastanye air yang tumbuh di banyak danau di Yunmeng. Sebenarnya dia sudah lama meninggalkan hobi itu, tapi karena sekarang mereka perlu mencari makanan untuk bergerakmaju, dia harus kembali ke tabiat lamanya lagi.
Suara Lan WangJi terdengar hangat "Kudengar semua danau teratai di sekitar sini mempunyai pemilik."
"..." Wei WuXian, "Hahahahahaha benarkah? Sayang sekali. Kau benar-benar sudah mendengar banyak hal, ya? Aku malah belum dengar soal ini. Kalau begitu ayo."
Setelah ketahuan begini, tentu saja Wei WuXian tidaklah begitu tak tahu malu sampai harus memaksa Lan WangJi bergabung dengannya untuk melakukan hal sebodoh itu. Benar-benar tidak pantas membayangkan HanGuang-Jun yang mulia itu mencuri biji teratai.
Begitu Wei WuXian hendak meraih dayung dengan malu, Lan WangJi pun mengulurkan tangannya dan memetik salah satu polong biji.
Dia menyerahkan polong biji itu ke Wei WuXian, "Tidak ada lain kali."

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang