Kesetiaan 11

28 3 5
                                    

CHAPTER 89: KESETIAAN (11)

SETELAH terperangah hampa cukup lama, Jiang Cheng akhirnya berteriak, "Omong kosong apa yang kau bicarakan?!"
Wen Ning terlihat tenang, "Ini bukan omong kosong."
Jiang Cheng, "Tutup mulutmu! Intiku... intiku..."
Wen Ning, "Sudah diperbaiki oleh BaoShan SanRen."
Jiang Cheng, "Bagaimana kau tahu? Apa dia sudah memberitahumu?"
Wen Ning, "Tidak. Wei Gongzi tidak pernah menyebutkan itu ke siapa pun. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
Mata Jiang Cheng memerah saat dia tertawa, "Bohong! Kau ada di sana? Bagaimana bisa?! Akulah satu-satunya yang mendaki gunung itu; kau tidak akan bisa mengikutiku!"
Wen Ning, "Aku tidak mengikutimu. Aku sudah berada di gunung itu sejak awal."
Urat nadi mencuat di kening Jiang Cheng, "... Bohong!"
Wen Ning, "Dengarkan penjelasanku dan buktikan sendiri kalau aku memang berbohong!
Kau menutup matamu dengan sepotong kain hitam saat mendaki gunung itu. Kau memegang ranting panjang, melewati hutan batu saat akan mencapai puncaknya dan baru berhasil mengitarinya setelah hampir sejam penuh."
Otot-otot di wajah Jiang Cheng berkedut.
Wen Ning melanjutkan, "Kemudian kau mendengar suara dentingan lonceng. Bunyi kelepak sekawanan burung yang terbang pergi. Kau memegang ranting itu erat-erat, seperti pedang. Saat suara dentingan lonceng berhenti, sebuah pedang diarahkan ke tengah dadamu. Kau mendengar suara seorang wanita yang memerintahkanmu untuk berhenti."
Sekujur tubuh Jiang Cheng mulai gemetaran saat Wen Ning menaikkan suaranya, "Kau langsung berhenti di tempat, terlihat sangat gugup, nyaris agak bersemangat. Suara wanita itu sangat rendah. Dia bertanya siapa dirimu dan bagaimana kau menemukan tempat ini.
Kau menjawab..."
Jiang Cheng meraung, "Diam!"
Wen Ning juga meraung, "... Kau menjawab, kau adalah Wei Ying, anak dari CangSe SanRen!
Kau menceritakan kehancuran sektemu, kekacauan di Lianhua Wu, dan jindan-mu yang dilenyapkan Si Tangan Pelebur Inti, Wen ZhuLiu.
Wanita itu menanyakan orangtuamu lagi dan lagi dan saat kau menjawab pertanyaan yang terakhir, tiba-tiba kau mencium aroma wangi sebelum hilang kesadaran..."
Jiang Cheng terlihat seperti ingin menutup telinganya dengan kedua tangan, "Kenapa kau bisa tahu? Bagaimana kau bisa tahu!?"
Wen Ning, "Bukankah sudah kukatakan? Aku ada di sana, tapi bukan itu saja, Wei Gongzi juga di sana. Selain dari kami berdua, ada juga kakakku Wen Qing. Dengan kata lain, di penjuru gunung itu, hanya kami bertiga yang menantimu."
"Kepala Sekte Jiang, apa kau benar-benar berpikir tempat itu adalah kediaman dari... dari BaoShan SanRen?
Bahkan Wei Gongzi sendiri juga tidak tahu di mana keberadaan tempat itu. Ibunya CangSe SanRen tidak pernah menjelaskan apa-apa tentang keberadaan gurunya kepada anak sekecil itu! Gunung itu tidak lebih dari salah satu bukit tandus di Yiling!"
Jiang Cheng berteriak keras sampai suaranya serak, mengulangi hal yang sama lagi dan lagi, seolah ingin menggunakan ekspresi mengerikan itu untuk menyembunyikan kebisuannya, "Omong kosong! Sudah cukup! Lalu kenapa intiku bisa diperbaiki?!"
Wen Ning, "Sejak awal intimu tidak pernah diperbaiki. Intimu sudah lama dilebur hingga hancur oleh Wen ZhuLiu!
Alasan kenapa kau mengira intimu sudah diperbaiki adalah karena kakakku Wen Qing, ahli medis terbaik di Sekte QishanWen, sudah memotong jindan Wei Gongzi untuk menggantikan jindan-mu yang hilang!"
Wajah Jiang Cheng sepenuhnya hampa, "Untuk menggantikan jindan-ku yang hilang?"
Wen Ning, "Benar! Kaupikir kenapa dia tidak pernah menggunakan Suibian lagi dan tidak pernah membawanya saat pergi?
Apa benar karena keangkuhannya saat muda? Apa dia benar-benar senang saat orang lain berkata dia tidak sopan dan kurang disiplin, entah di belakang punggungnya atau tidak?
Itu karena percuma saja membawanya! Satu-satunya alasan karena... jika dia membawa pedang itu ke perjamuan atau perburuan malam, pasti akan ada orang yang menantang berduel dengannya entah karena alasan apa. Padahal dia sudah kehilangan jindan dan tidak punya kekuatan spiritual lagi.
Jika dia menggunakan pedangnya, dia sama sekali tidak akan bertahan lama..."
Jiang Cheng berdiri nanar. Matanya berkilat hijau. Bibirnya gemetar. Dia bahkan lupa menggunakan Zidian.
Mendadak dia melempar Suibian dan menyurukkannya keras-keras ke dada Wen Ning sambil berteriak, "Bohong!"
Wen Ning terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang karena dorongan itu. Dia pun memungut Suibian, menyarungkannya kembali, lalu menyurukkannya lagi ke lengan Jiang Cheng, "Ambil!"
Jiang Cheng pun hanya bisa menerima pedang itu. Dia tidak bergerak, tidak tahu harus berbuat apa. Dia memandang Wei WuXian. Tidak masalah saat tidak dilihat, tapi karena sekarang dia sudah melihatnya, sosok lemah Wei WuXian—wajah pucat dengan darah masih menetes di ujung bibirnya—menghantam Jiang Cheng seperti layaknya palu. Mata Lan WangJi begitu dingin seperti aura di sekitar tubuhnya, membuatnya seperti gua es.
Wen Ning, "Ambil pedang ini dan kembalilah ke aula perjamuan, ke lapangan latihan, ke mana pun yang kau inginkan dan minta setiap orang yang kau temui untuk menarik pedang ini. Lihat saja kalau ada satu pun yang bisa menariknya!
Lalu kau akan tahu aku berbohong atau tidak! Jiang Zongzhu—kau, orang yang begitu dibutakan dendam, sepanjang hidupmu kau selalu membandingkan dirimu dengan orang lain, tapi kau harus tahu kau tidak akan pernah bisa sejajar dengan dia!"
Jiang Cheng menendang Wen Ning sebelum melangkah tertatih-tatih ke aula perjamuan sambil memegang Suibian di tangannya.Dia melenguh saat berlari, nyaris menggila. Wen Ning ditendang ke arah pepohonan di pekarangan itu. Perlahan dia bangkit dan beralih ke dua orang lainnya.
Wajah tanpa cela Lan WangJi tampak begitu pucat. Ekspresinya juga seperti terlapisi embun beku. Setelah melirik aula leluhur Sekte YunmengJiang sekali lagi, dia pun menggendong tubuh Wei WuXian supaya bisa beristirahat dengan kokoh dan akhirnya berjalan berlawanan arah tanpa kembali lagi.
Wen Ning, "L-Lan Gongzi, kau mau ke mana?"
Sosok Lan WangJi terhenti di depan tangga, "Tadi, dia memintaku untuk membawanya pergi."
Wen Ning segera mengikuti, melangkah keluar dari gerbang Lianhua Wu bersama dengannya.Di dermaga itu, kebanyakan perahu yang digunakan untuk datang kemari sudah dikembalikan setelah mencapai tujuan. Hanya tersisa dua perahu tambang tua dan kosong di depan dermaga. Perahu itu panjang dan ramping, berbentuk seperti daun dedalu dan mampu mengangkut tujuh hingga delapan orang sekaligus. Kedua ujung perahu itu melengkung naik dengan dua kayuh. Sembari menggendong Wei WuXian di punggungnya, Lan WangJi melangkah ke perahu itu tanpa ragu. Wen Ning pun segera ikut melompat ke ujung perahu, bersukarela mengambil dayung yang ada. Dengan hanya dua dayung yang tersedia, perahu itu menggeluyur perlahan naun pasti sejauh beberapa meter, kemudian mengikuti arus air yang menjauh dari dermaga, mendekati bagian tengah sungai itu.
Lan WangJi membiarkan Wei WuXian bersandar di tubuhnya. Pertama-tama, dia memberinya dua butir pil. Baru setelah yakin Wei WuXian sudah menelan pil itu, Lan WangJi pun mengeluarkan sapu tangan dan mengusap darah di wajahnya dengan perlahan.
Mendadak suara gugup Wen Ning terdengar, "L-Lan Gongzi."
Lan WangJi, "Ada apa?"
Ketegasan Wen Ning saat menghadapi Jiang Cheng tadi sudah menghilang tanpa jejak. Dia mengumpulkan segenap keberaniannya sebelum berujar, "Tolong... tolong jangan beritahu Wei Gongzi bahwa aku sudah membuka rahasia tentang jindan miliknya. Dia sudah memperingatkanku dengan sangat serius supaya tidak memberitahu siapa-siapa tidak peduli apa pun yang terjadi. Meskipun aku mungkin tidak akan bisa menyembunyikan ini darinya selamanya, aku..."
Setelah sesaat membisu, Lan WangJi pun menjawab, "Jangan khawatir."
Wen Ning menghela napas lega, meski orang mati sebenarnya tidak punya napas untuk dihela.
Dia berujar gigih, "Lan Gongzi, terima kasih."
Lan WangJi menggelengkan kepala.
Wen Ning, "Terima kasih sudah membelaku dan kakakku saat di Jinlin Tai dulu. Aku selalu mengingat itu. Dan soal aku yang hilang kendali setelah itu, aku...benar-benar minta maaf."
Lan WangJi tidak menjawab.
Wen Ning pun melanjutkan, "Terima kasih juga karena sudah menjaga A-Yuan selama bertahun-tahun ini."
Mendengar itu, Lan WangJi pun mendongak sedikit. Wen Ning, "Kukira semua orang dari sekte kami sudah meninggal. Aku benar-benar tidak menyangka A-Yuan masih hidup. Dia terlihat sangat mirip dengan sepupuku saat berusia dua puluhan."
Lan WangJi, "Dia bersembunyi di dalam batang pohon terlalu lama dan terserang demam parah."
Wen Ning mengangguk, "Aku tahu dia pasti sudah sakit. Dia tidak ingat apa pun saat masih kecil. Aku mengobrol dengannya cukup lama tapi dia terus-terusan membicarakan tentangmu."
Dia berujar sedikit kecewa, "Dulu selalu tentang Wei Gongzi... Tidak pernah tentangku."
Lan WangJi, "Kau tidak memberitahu dia."
Wen Ning, "Maksudmu tentang latar belakangnya? Memang tidak."
Dia berbalik memunggungi mereka berdua, berbicara sambil mendayung perahu ini dengan rajin, "Sekarang dia tumbuh dengan baik. Seandainya dia tahu terlalu banyak atau ingat hal-hal yang terlalu berat... dia pasti tidak akan sebaik sekarang ini."
Lan WangJi, "Itu hanya masalah waktu."
Wen Ning meragu selama sesaat, "Iya. Itu hanya masalah waktu."
Dia menengadah menatap langit, "Seperti Wei Gongzi dan Jiang Zongzhu. Hanya masalah waktu sebelum Jiang Zongzhu tahu kebenaran tentang jindan itu. Dia tidak bisa terus-terusan menyembunyikan itu dari Jiang Zongzhu seumur hidupnya, bukan?"
Malam begitu hening dan aliran sungai begitu deras.
Mendadak Lan WangJi berujar, "Apa rasanya sakit?"
Wen Ning, "Apa?"
Lan WangJi, "Saat jindan dipotong. Apa rasanya sakit?"
Wen Ning, "Lan Gongzi, kalau aku menjawab tidak, kau juga tidak akan mempercayaiku, bukan?"
Lan WangJi, "Kukira Wen Qing akan mencari jalan keluar mengatasinya."
Wen Ning, "Sebelum kami mendaki gunung itu, Jiejie sudah membuat banyak obat bius dengan harapan bisa mengurangi rasa sakit saat inti itu dipotong. Tapi kemudian dia sadar bahwa obat bius itu benar-benar tidak berguna. Karena, jika Wei Gongzi berada dalam kondisi terbius saat jindan-nya dipotong dan dipisahkan dari tubuhnya, jindan itu akan ikut terpengaruh. Sulit mendeteksi apakah inti itu akan terlebur atau tidak."
Lan WangJi, "... Jadi?"
Dayung Wen Ning berhenti seketika, "Jadi, orang yang jindan-nya dipotong harus tetap terbangun."
Dia harus tetap bangun. Dia harus menyaksikan jindan yang menghubungkan jalur spiritual itu terkelupas dari tubuhnya. Dia harus merasakan perasaan tertekan, surut dan hilang yang perlahan-lahan dari kekuatan spiritual yang dulunya membara. Dia harus menyaksikan semua itu sampai yang tersisa hanyalah genangan air tenang, tidak akan pernah bisa bergejolak lagi.
Setelah terdiam begitu lama, suara Lan WangJi terdengar lagi, agak parau.
Kata pertama terdengar gemetar, "Terus terbangun?"
Wen Ning, "Satu hari dua malam. Terus terbangun."
Lan WangJi, "Seberapa besar tingkat keberhasilannya?"
Wen Ning, "Sekitar lima puluh persen."
"Lima puluh persen."
Lan WangJi menarik napas dalam-dalam tanpa suara.
Kemudian dia menggelengkan kepala, dan mengulang, "... Lima puluh persen."
Lengannya yang melingkupi pundak Wei WuXian menegang. Buku-buku jarinya sudah memutih.
Wen Ning, "Terlebih lagi, dulu belum pernah ada yang benar-benar mencoba memindahkan jindan. Walaupun Jiejie sudah menuliskan esai tentang pemindahan inti, dia hanya membuat perkiraan saja. Tidak ada yang mengizinkan Jiejie bereksperimen, jadi perkiraan itu hanya tetap jadi perkiraan. Semua senior bilang Jiejie sudah berimajinasi terlalu jauh. Apalagi itu tidak realistis. Semua orang tahu tidak ada yang akan sukarela menyerahkan jindan untuk orang lain. Karena jika itu benarbenar terjadi, mereka hanya akan menjadi orang tak berguna dan tidak akan bisa mencapai puncak atau ke mana pun dalam hidupnya. Karena itulah, saat Wei Gongzi mendatangi kami lagi, Jiejie menolak melakukannya. Jiejie memperingatkannya bahwa artikel dan eksperimen sungguhan adalah dua hal yang berbeda. Dia bahkan tidak separuh percaya diri."
Tapi Wei Gongzi terus mendesaknya. Dia bilang, kemungkinan setengahnya pun tidak apa-apa. Masih ada kemungkinan yang sama antara berhasil dan gagal. Kalau jindan-nya rusak, dia masih sanggup bertahan hidup. Tapi Jiang Zongzhu berbeda. Dia terlalu bertekad. Dia terlalu penekan. Kultivasi adalah hidupnya. Jika Jiang Zongzhu hanya bisa menjadi orang biasa, tidak mampu bergerak ke mana-mana dalam hidupnya, seluruh hidupnya akan berakhir."
Lan WangJi menunduk. Matanya yang seperti kaca memandang wajah Wei WuXian saat tangannya terulur. Pada akhirnya, dia hanya mengusap pipi Wei WuXian dengan ujung jarinya, nyaris tak kentara.
Wen Ning berbalik.
Dia hanya bisa bertanya, "Lan Gongzi, kelihatannya kau tidak terlalu terkejut soal ini.
Apa kau... Apa kau juga sudah tahu?"
"..." Lan WangJi berupaya membalas, "Aku hanya tahu kekuatan spiritualnya agak melemah."
Tapi membayangkan ternyata inilah yang sebenarnya terjadi...
Wen Ning, "Kalau bukan karena..."Kalau bukan karena tidak ada jalan lain untuk ditapaki.
Tiba-tiba, kepala yang bersandar ke pundak Lan WangJi bergeser sedikit.
Bulu mata Wei WuXian bergeletar saat dia perlahan terbangun.

MO DAO SU ZHI(GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATION (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang