"Gue udah ganteng belom, Di?" tanya Deva sambil membenarkan jambulnya dengan tangan sebelah kanannya.
Audi memutar bola mata malas dan mencibir mendengar omongan PDnya. Mereka sedang berjalan di koridor untuk menuju lapangan basket indoor di belakang gedung sekolah.
"Ih, orang gue nanya juga, siapa tau kan ada yang klepek-klepek gitu sama kegantengan gue," ujar Deva sembari memasang gaya 'sok' cool-nya. Cih. Dosa apa Audi punya sahabat kayak Deva. Kalau misalnya Audi akui dia ganteng nanti dia makin GR. Yah, walaupun memang pada dasarnya Deva ganteng.
"Ya, ya, terserah lo."
"Ah bilang aja kalo gue ganteng nggak usah malu malu gitu, Di." Deva mencolek dagu Audi lalu cekikikan. Kalau sedang seperti saat ini, Deva adalah om-om berupa abege, bukan batita berwujud abege lagi. Kayaknya dia punya kepribadian ganda. Bukan ganda, tapi lebih parah dari itu.
Memang benar kata Deva, cewek-cewek di sekitar Audi dan Deva sudah menatapnya dengan tatapan memuji dan terpana dengan kegantengan Deva. Mungkin kaki-kaki mereka juga udah pada lemes ngeliat Deva nyengir lebar gitu. Mereka belom tau aja sifat Deva yang asli. Kalo tau juga pasti ilfeel.
"Dev kalo lo godain gue gitu lagi, gue tabok lo pake sepatu Pak Komar!" ancam Audi m membuat Deva melotot dan memandangnya horror. Ya pasti lah Deva melotot, secara, sepatu Pak Komar itu ada 'hak'-nya dikarenakan Pak Komar itu pertumbuhan tulang nya terhambat. Ya bahasa keren nya, pendek. Apa Audi jahat mengejeknya? Tapi ya memang itu kenyataannya. Pak Komar ingin terlihat tinggi jadi ia menggunakan sepatu yang ber-hak.
"Lo mau nabok gue pake sepatu Pak Komar?" Tanyanya horror. Audi hanya tersenyum penuh kemenangan, akhir nya Deva takut sama ancaman gue.
Tapi senyum itu pudar saat Deva berkata, "nggak apa-apa sih gue kalau yang nabok lo, kan nabok nya penuh cinta," ujar Deva sambil mengedipkan sebelah matanya. Audi menatapnya sebal dan langsung mencubit pinggang Deva.
"Aduhduh, ah iya ampun amp– AWW! SAKIT WOY, DI!" teriak Deva yang langsung mendapat tengokan dari murid-murid yang ada di koridor. Biar si Deva tau rasa tuh karena godain gue.
"Eh, si Deva sama si Audi tuh!"
"Apa sih Audi sok mesra sama Deva?"
"Sok cantik."
"Masih cantikan juga gue."
"Kok Deva mau ya sama Audi yang nerd gitu? Kaya nggak ada cewek lain aja di sekolah ini."
Oh. Kelimat terakhir begitu menyakitkan untuk masuk kedalam indra pendengaran Audi. Dia hanya menghela nafas dalam dalam.
Deva mengepalkan kedua tangannya dan mendekat ke arah segerombolan cewek yang berbicara tadi. Wajah Deva yang tadi penuh kejenakaan kini berubah drastis. Matanya menatap kearah segerombolan cewek itu dari atas sampai bawah dengan tajam. Siapa saja yang menatap ketajaman matanya dapat lemas dengan seketika, bukan karena matanya membuat terpana, tapi membuat seakan akan kita lumpuh hanya dengan tatapan mata itu.
"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue cabein mulut lo!" bentak Deva di hadapan segerombolan cewek itu, mereka hanya menunduk ketakutan dan tidak berani melawan bentakan Deva. Audi? Hanya bisa terbengong melihat kemurkaan Deva. Deva membalikkan badannya ke arah ku. Namun seperti ada yang tertinggal, Deva membalik badan nya kembali.
"Oh, dan satu lagi, gue hampir lupa. Lo pada itu nggak ada apa-apa nya sama Audi. Muka kalian yang kalian pikir cantik itu, jauh banget dari cantiknya Audi, jadi jangan merasa sok paling cantik! Cantikan juga nenek-nenek ompong," ucap Deva sembari menunjuk satu per satu cewek di hadapannya dengan santai.
Audi lihat mereka hanya bisa diam membisu tanpa berani melawan Deva dengan wajah merah padam nya. Malu. Ya, Deva memang ditakuti di sekolah. Karna orang tua nya juga salah satu pendonatur terbesar setelah Arlen. Pasti saja mereka nggak berani melawan. Karena kalo melawan ... ya pasti tau akibatnya. Kalo nggak di skors, ya di keluarin. Tapi baiknya Deva, dia hanya melaporkan dan menuntut skors kalo orang itu udah keterlaluan, bukan yang tidak ada salah apa-apa tiba-tiba di-skors. Deva masih bertindak adil.
Deva kembali mendekatik Audi yang masih terpaku, dia langsung menarik tangan Audi. "Ayo kita pergi sarang setan ini."
***
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...