48 // Mengikuti

16.3K 681 4
                                    

Banyak orang yang menganggap kalau orang yang suka membaca buku itu kutu buku, karena dia lebih suka menekur diam di tempat sepi—yang tidak berisik, demi mendapat ketenangan ketika membaca buku, mau dalam versi cetak ataupun laman online. Tetapi lebih suka di tempat sepi bukan berarti mereka (para penggemar membaca buku) tidak bisa mengondisikan diri membaca di tempat ramai. Meski membutuhkan konstentrasi yang lebih tinggi, mereka bisa menulikan telinga untuk tidak menerima suara yang tidak penting saat membaca, walau beberapa dari mereka juga lebih memilih menyumpal telinga mereka dengan earphone yang teraliri musik.

Sebenarnya Audi tidak tahu apa arti dari kutu buku yang sebenarnya, menurut dia kutu buku merupakan orang yang fanatik dalam membaca buku, hingga setiap waktu luang yang ada disempatkan untuk membaca buku. Lalu pada keadaan tertentu, si kutu buku digolongkan sebagai orang yang culun. Karena rata-rata si kutu buku kebanyakan anak dengan kacamata tebal dan dandanan yang kelewat old fashioned. Namun bukan semua orang yang gemar membaca buku itu kutu buku, dan semua yang kutu buku itu culun kan?

Kalau presepsinya seperti itu, lantas tergolong apa yang ada di hadapan Audi sekarang? Ada seorang gadis manis berambut panjang yang sedang berjinjit untuk meraih buku yang tidak tergapainya di rak sejarah Indonesia. Mungkin dia bukan anak hits seperti Laura dan sebagainya, namun penampilannya jauh dari kata culun, bahkan rambutnya agak ikal di bagian bawah khas dicatok saat paginya. Siapa gadis macam dia yang memilih menghabiskan waktu istirahatnya di ruangan berbau kertas ini?

Audi menghampirinya, berusaha membantu untuk mengambil buku tersebut yang kemudian diiakan oleh gadis itu. Namun niat baik malah menjadi petaka. Tinggi Audi yang tidak lebih dari 165 cm, mengharuskan dirinya berjinjit juga untuk meraih buku yang gadis itu inginkan. Alih-alih tergapai, kaki Audi terpeleset, lalu sekejap kemudian gadis yang ingin dia bantu juga ikut terjatuh di sebelahnya.

Audi melotot melihat gadis itu ikut tergelepar di sebelahnya. Gadis itu menatap Audi dengan wajah kaget. Beberapa detik hening menggantung, sampai akhirnya tawa gadis di hadapannya pecah mencairkan suasana. Tatapan Audi berubah menjadi bingung, tampangnya cengok, mau tidak mau dia tertawa canggung.

"Bego banget, sih, kita malah jatuh." Gadis itu masih tebahak lalu bangkit dari duduknya. Tangannya menepak-nepakkan roknya yang dirasa kotor, lalu terulur untuk membantu Audi bangkit. Sempat menimang, tetapi Audi meraihnya juga dan ikut bangkit hingga dia berdiri sejajar dengan gadis itu.

"Suri." Gadis itu menyebut namanya dengan tangan yang belum terlepas dari genggaman Audi.

Audi tersenyum kikuk. "Audi."

"Oh, lo ceweknya Arlen?"

Mendadak Audi tersedak salivanya sendiri. "Maaf?"

Suri terkekeh. "Bukan ya? Sorry, deh, kalau gitu. Abisnya dari tadi gue nggak sengaja denger semua orang ngomongin Arlen-Audi Arlen-Audi terus. Gue kira Audi lo."

Hah? Audi jadi omongan sekolah? Pasti gara-gara di puncak kemarin! Seharusnya Audi sudah bisa mengira hal ini akan terjadi. Dasar Arlen sialan! Hidup Audi yang awalnya tentram semakin sial semenjak kenal dengannya. Jelas saja dia bukan ceweknya Arlen! Namun untuk bagian Audi yang diomongkan itu, memang dia Audi yang itu. Alih-alih bertanya lebih lanjut Suri mendengar dari siapa dan apa saja yang diomongkan, Audi mengalihkan pembicaraan.

"L—hngg kamu baca buku biografi B.J Habibie?"

Suri menatap buku di rak yang tidak bisa dia raih. "Ada yang salah dengan gue membaca sejarah presiden ketiga kita?"

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang