Siangnya, waktu jam istirahat kedua, terjadi keramaian yang tidak wajar di depan ruang BK. Murid yang rata-rata perempuan tersebut menatap penasaran pada ruangan di depannya. Ekspresinya berbeda-beda, ada yang menahan pekikan, ada yang berdecak cemas, ada juga yang menatap mupeng. Perasaan terakhir saat Audi ke kantin untuk membeli air mineral, ruang BK masih sepenuhnya sepi tidak ada para wanita keong racun yang berkerubung.
Samar, terlihat kerutan di dahi Audi memandang bingung kejadian yang jarang terjadi di depannya. Hal apa yang bisa membuat ruang BK mendadak ramai? Tentu saja tidak mungkin tiba-tiba ada Shawn Mendes nyasar ke Wesley School. Se-internasional-internasional-nya sekolah Audi, tidak pernah kedatangan artis dari luar negeri. Apa lagi nyasar? Mungkin ini bisa jadi keajaiban dunia ke delapan.
"Arlen," sampai suara itu mengejutkan Audi. Orang itu bukan memanggil Arlen. Nadanya terkesan datar. Seolah menyebutkan nama tersebut untuk memberi informasi kepada Audi. Namun yang datangnya secara tiba-tiba membuat Audi terkejut.
"Di dalam sana ada Arlen, mangkanya orang-orang pada ngeliatin," orang itu mendengus geli.
"Nadhita?"
Tidak banyak yang memerhatikan keberadaan Audi dan Nadhita yang sedang berbincang. Selain Audi dan Nadhita berada di balik tembok tangga, juga karena perhatian murid-murid fokus ke ruang BK tersebut. Ini patut Audi syukuri, ia tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian. Walau Nadhita juga bukan deretan anak cheerleader yang eksisnya setengah mampus. Tapi bukan berarti tidak banyak yang mengenal Nadhita.
"Iya lah, lo kira gue setan?" Audi menaikan kacamatanya kikuk.
"Bu-bukan gitu maksud gue."
Tak lama dari Audi menjawab pertanyaan Nadhita—yang sebenarnya pertanyaannya juga bukan pertanyaan serius. Terlihat siswa-siswi yang mengintip ruang BK menyingkir, dan seperti dikomando mereka semua kompak menghadap ke arah pintu yang terbuka. Cowok bertubuh tegap yang mereka perhatikan sejak tadi berjalan keluar dari ruang BK. Yang benar saja mata Arlen langsung mendapati sosok Audi yang berjarak cukup jauh. Senyum tipis tersinggung di bibir Arlen yang membuat siswi di sekelilingnya lupa cara bernafas dan menahan histeris. Lalu dengan tidak mempedulikan sekelilingnya, Arlen berlalu begitu saja meninggalkan ruang BK mengambil arah yang berlawanan dengan tempat Audi berada. Audi sempat berdecak. Tebar pesona banget.
"Bah, doyan banget sih tu kunyuk buat anak orang histeris," Nadhita mengerlingkan matanya, Nadhita sepikiran dengan Audi, "Padahal yang disenyumin aja nggak brisik," tapi yang ini apa apaan?!
Seolah tersadar ada yang aneh Audi bergumam, "Eh?" Nadhita menyadari senyuman Arlen untuk siapa.
"Yang disenyumin lo, yang baper mereka," Nadhita kian menjelaskan, alisnya dinaik turunkan bertujuan menggoda Audi.
"H-hah? Kok gue? Senyum ke lo kali," Audi berkilah. Ia tidak mau baper. Terlebih orang itu adalah Arlen. Orang yang termasuk di dalam list orang yang Audi hindari. Si Pembuat Masalah. Faktanya, baru beberapa detik yang lalu Arlen berada di ruang BK. Sampai banyak siswa-siswi yang menonton. Apa lagi kalau bukan membuat masalah sehingga banyak orang yang tertarik menonton? Wajah gantengnya? Wah sorry aja, masih gantengan Shawan Mendes kemana mana! Walau memang wajah Arlen tidak terlihat lebam akibat adu jotos. Tapi tidak menutupi kemungkinan Arlen tidak membuat masalah kan? Lagian sumber masalah tidak selalu secara fisik juga.
Nadhita memutar bola matanya, "Kemungkinan dia senyum ke gue itu cuma 5%! Gue sama dia di kelas aja nggak ada akur-akurnya. Dia cuma senyum ke gue kalo ngeliat gue menderita setelah dia jahilin gue, dan sekarang gue lagi menghirup udara segar di sini sama lo tanpa ada emosi apa pun karena dia."
Sedikit, Audi terperangah mendengar penjelasan Nadhita walau tetap ada raut kesal di wajahnya, pernyataannya membuat Audi merasa tersentil, "Udah ah gue mau ke kelas. Mau makan bekel. Dan fyi, gue nggak suka sama orang pembuat onar kaya dia. Arlen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...