Kaki Arlen melompat tinggi di belakang garis dengan diikuti kedua tangan yang mengayun ke arah ring basket siap untuk melempar bola. Bagai pemain basket handal, bola yang dilambungkannya masuk dengan mulus sempurna tanpa mengenai ring.
"Three point!" pekik Arlen setelah mendapat three point dengan mulus.
Di pinggir lapangan ada Leon dan Ghazi yang duduk berselonjor sambil memegang masing-masing satu botol minum air mineral yang tadi mereka beli. Mereka sudah kelelahan bermain basket, tadinya Ghazi telah mengajak Arlen untuk menyelesaikan permainan, namun Arlen masih tetap melanjutkan permainannya sendirian.
Kali ini, di jam istirahat kedua, mereka bermain di lapangan outdor, karna lapangan indor-nya sedang dipakai untuk latihan futsal. Dan berhubung mereka bertiga hanya bermain tanpa ada embel-embel latihan untuk persiapan lomba, dengan terpaksa mereka bermain di lapangan outdor dengan terik panas matahari yang terasa dua kali lipat dari hari-hari sebelumnya.
Tadinya, ada anak kelas sepuluh yang ingin bermain basket di lapangan ini juga. Namun mereka segera mengurungkan niatnya saat melihat Arlen dan teman-temannya sedang bermain yang nggak mungkin diganggu gugat, terlebih lagi Arlen mempunyai kekuasan tinggi di sekolah ini.
Baju acak-acakan tidak karuan milik Arlen sudah setengah basah oleh keringat, hal itu terjadi karna ia bermain di bawah terik matahari.
Arlen berjalan mendekati teman-temannya di pinggir lapangan sambil membawa bola basket yang ditentengnya. Ketika sudah dekat, bola di tangan Arlen dilemparkannya ke arah Ghazi dan digantikan lemparan botol air mineral dari tangan Leon yang di terima dengan lihai oleh tangan kiri Arlen.
Bokongnya dilempar ke lantai pinggir lapangan dan duduk di sebelah Leon. Diteguknya air mineral pemberian Leon itu dengan rakus sampai sisa setengah. Ia mulai mengatur ritme nafasnya yang memburu kelelahan karna bermain basket kurang lebih setengah jam lamanya. Keringatnya juga masih mengucur dari pelipis yang dengan cepat di hapus oleh Arlen dengan handuk kecil yang dibawanya.
"Capek Pak Hajii?" tanya Leon mengikuti suara yang ada diiklan obat batuk saat melihat Arlen ngos-ngosan sambil mengelap wajahnya.
"Capek banget pastinya, bau ketek dia aja kecium nyampe sini," tambah Ghazi yang berada di sisi Leon yang lain.
Arlen melotot, "enak aja bau ketek, gue pake deodoran ya maap. Lo kali mulut sama idung kedeketan, jadi rasanya bau terus."
"Anjir lo," umpat Ghazi.
Suara siulan Leon memalingkan pandangan mereka berdua yang tadinya adu mulut menjadi ke arahnya. Arlen mendecak sebal saat mengetahui itu adalah siulan menggoda perempuan yang sedang berlalu lalang di belakang tempat mereka duduk.
"Adekk ...," goda Leon saat melihat ada adik kelas cantik yang lewat. Ia mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum menampilkan jejeran gigi rapih dan putih. Yang digoda hanya tersenyum salah tingkah dengan wajah yang bersemu melihat kakak kelasnya tersenyum. Di sebelah adik kelas yang disapa Leon itu terdapat temannya juga yang ikut salah tingkah.
Satu dayungan, dua pulau terlampaui ini mah. Batin Leon antusias.
"Sini dek," panggil Ghazi yang ikut tersenyum sambil menggerakan tangannya berkali-kali menginsturksikan agar mendekat. Kedua adik kelas itu masih diam nggak bergerak dari tempat semulanya saat melihat Arlen membalikan badannya untuk melihat kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...