43 // Arti Tatapan

16K 705 14
                                    

"Biasanya tak pakai minyak wangi~"

"Biasanya tak suka be~gi~ni~"

"Saya cemburu~ saya curiga~ takutnya ada, ADA APA ZI?"

"MAIN DI SANA~ TARIK MANG!"

"Solali lali~ ola ola la~ Solali lali~ ola ol—"

Buk!

"Aduh, Len! Itu sepatu woi!" Leon menjerit mendapati sepatu Arlen yang menghempas wajahnya.

"Siapa bilang ini duit?" Balas Arlen sengit.

Ghazi cengengesan melihat Arlen yang emosi, terlebih lagi dia tidak terkena lemparan sepatu. Sebenarnya tadi hampir kena muka dia, tetapi musti kalian tau, waktu SMP Ghazi pernah ikut ekskul silat. Jadi dia paham betul cara menghindar dan menangkis.

"Ye elu malah ketawa! Kalo bukan karena lo menghindar nggak bakal kena gue nih!" Leon mengkeplak kepala Ghazi.

"Ya terus salah gue? Salah bokap nyokap gue?"

"Salah Reina kenapa mau sama lo!" Leon bersungut sembari mengelus wajahnya bekas terkena sepatu yang menurut dia ganteng.

Arlen yang baru saja memberikan tiket kepada pembeli, mendengar nama Reina tersebut pun menengok cepat, "apaan Reina-Reina?!"

Ghazi melotot. Leon pun menyeringai, "lah lo nggak tau? Ghazi kan—"

"Kak, beli tiket dong!" Ucapan Leon terinterupsi dengan kumpulan beberapa gadis yang membeli tiket.

Arlen berdecak, sedangkan Ghazi mengelus dadanya. Lalu dia memelototi Leon yang dibalas cengengesan saja.

"Kakak ganteng, boleh minta id linenya nggak?" Gadis yang baru saja menerima tiket dari Arlen tersenyum malu-malu.

Arlen terkekeh merespon pertanyaan gadis yang dia yakini masih kelas tiga SMP itu. Tak sedikit yang meminta id linenya begini, mulai dari adik-adik sampai mbak-mbak yang terlihat anak kuliahan dengan bedak tebal. Bahkan ada yang sampai meminta foto bareng. Ckckck Arlen memang ganteng, sadar diri kok. Muehehe.

Baru saja ingin menjawab pertanyaan itu, Leon yang berada di belakang Arlen langsung menyambar, "LeonSatria, dek! Add aja tuh, pasti nggak bakal dicuekin! Kakak ini kan baik."

Leon menunjuk Arlen dan menaik-naikan kedua alisnya. Arlen muak melihat tampang sahabatnya yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini, tetapi dia juga tak bisa menahan senyum. Setidaknya dia tidak harus beralasan.

Gadis itu pun menatap Arlen kembali, "oke Kak Leon, makasih ya, btw nama aku Tasya, jangan lupa diadd back."

"Tasya. Noted," kini Arlen yang menjawab melancarkan aksi Leon. Sudah basah, sekalian berenang aja deh.

Setelah itu beberapa anak gadis itu berlalu sembari berjingkrakan. Aduh dek, maaf ya, kamu kena tipu.

Leon cengengesan, "alhamdulillah, ada faedahnya juga nongkrong di sini."

"Sungguh malang nasib adik itu, terperangkap dengan penjahat kelamin kelas kakap."

Arlen mengangguk setuju, "Ghazi kalo ngomong suka bener."

"Tuh coi gue diadd HAHAHA. Untung profil pict gue poto kita bertiga, nggak curiga deh tuh adek gemesh. Kyaa~"

"Apa ya reaksi adek itu kalo tau lo tipu," Ghazi terbahak.

"Pokoknya gue buat baper dulu deh. Gue beri sepikan maut, biar adek itu terjatuh dan tak bisa bangkit lagi walaupun tau kalo Leon itu gue."

"Dia bukan Cakra Khan."

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang