Promosi yang dilakukan Arlen berjalan lancar. Sangat lancar. Diluar perkiraan, dalam waktu dua minggu, pendaftar ajang perlombaan dan peminat pengunjung Pensi Wesley School ini benar-benar membludak. Dengan modal tampang Arlen yang menunjang, efeknya bisa seluarbiasa ini. Membuat semua panitia sangsi, orang-orang ingin berpartisipasi karena Arlen atau karena guest starnya.
Video promosi yang Arlen perankan juga berperan besar dalam kesuksesan promosi. Video yang di posting oleh hampir semua murid Wesley School itu menyentuh angka 300 ribu viewers di official acount instagram Wesley School. Angka yang lebih besar dari tahun sebelum-sebelumnya.
Bahkan untuk bagian promosi lewat radio yang tadinya Arlen tidak ada sangkut pautnya pada bagian ini, dia mesti diikutsertakan karena banyak pendengar merequest Arlen untuk mepromosikannya. Hal itu sempat membuat Karin dan Rafly—ketua seksi publikasi—kewalahan. Mereka sudah seperti manager Arlen yang mengatur Arlen berpromosi.
Seminggu sebelum hari H, para panitia mengadakan rapat besar untuk melapor serta membahas segala persiapan yang sudah dilakukan dan sisa-sisa pekerjaan yang akan dimaksimalkan nantinya. Tiga minggu ini mereka benar-benar kerja habis-habisan. Datang pagi ke sekolah, mengikuti KBM minimal sampai jam pelajaran keenam. Lalu lanjut dispen mengerjakan tugas-tugas yang harus mereka lakukan sambil kejar-kejaran dengan waktu yang mepet.
Tetapi absennya mereka dari KBM bukan tanda mereka meninggalkan pelajaran begitu saja. Setelah acara pensi ini nanti berakhir, mereka wajib mengikuti tambahan setelah pulang sekolah untuk mengejar ketertinggalannya. Hal ini merupakan kesepakatan sekolah dengan panitia agar mereka bisa mendapat banyak dispensasi.
"Bendahara, apa dana yang dari sekolah sudah full terpakai?" ujar Refan untuk pertanyaan pertama di rapat kali ini.
"Sudah, Fan. Masih tersisa dana dari danus, sponsor, dan donatur. Tapi dana dari pembelian tiket masuk bisa menutupi kefullan dana dari sekolah." Lalu Sang Bendahara itu menyebutkan perintilan dana pengeluaran dan memberi kertas copyan perhitungan dana.
Refan mengamati lembaran yang ada ditangannya. "data ulang pengeluaran dana dari sekolah. Gue mau kita nggak menyusahkan sekolah. Buat dana yang dikeluarkan sekolah sedikit mungkin dari dana total. Itu gunanya danus, sponsor, dan donatur kan? Untuk membantu dana pengeluaran. Lagian nanti lo ribet sendiri dengan lebihnya dana dari luar itu kalo lo masuki lagi ke dana sekolah. Nanti jadi berantakan. Rapihin." Perintah Refan.
Sang Bendahara itu mengangguk dan mencatat apa yang harus dia revisi.
"Seksi acara, mungkin sekarang kalian lebih santai. Tapi tunggu sampai saatnya hari H. Gue nggak mau lihat ada yang nyantai. Pokoknya harus lancar dan nggak keteteran. Gue menuntut." Refan berucap pedas.
Para anggota seksi acara pun mengangguk sedikit terpatah.
"Gimana dengan seksi humas dan seksi publikasi? Gue mencium bau-bau kesuksean kalian dalam promosi." Untuk yang ini Refan sedikit tersenyum.
Karin berseru semangat, "semua berkat Arlen! Untung aja gue waktu itu maksa dia masuk seksi humas. Jadinya promosi sangat lancar tanpa kendala!"
Refan mengangguk. "Selamat untuk kesuksesan promosinya."
Arlen yang merasa dipuji langsung memasang tampang sok terharu dengan menutup mulutnya dengan tangan kiri dan tangan kanannya sok menghapus air mata, "makasih. Makasih. Jadi terharu."
Sebagian yang melihatnya bergidik jijik. Namun masih ada juga yang kesemsem dengan sikap Arlen yang menurut mereka lucu. Audi ingin muntah. Sedangkan Refan tidak mengindahkan sikap konyol Arlen dan kembali bertanya.
"Gimana dengan guest starnya? Nggak ada kendala kan?"
Karin mengangguk, "untuk guest star, dia sudah tanda tangan surat undangannya. Rencananya H-1 kita mau brieffing dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...