4 // Hibernasi Beruang

45.3K 2.2K 14
                                    

Bugh!

Audi terhuyung ke belakang karena bola basket itu mengenai tepat di kepala Audi dengan mulus. Kepala Audi terasa sangat berdenyut dan pusing. Rasanya ingin merutuki siapa pun yang melempar bola basket tepat di kepalanya. Bagaimana bisa main basket bolanya bisa sampai tribun teratas? Dia manusia apa gajah?!

"AUDI!" teriakan dari suara yang Audi yakini adalah suara Deva terdengar samar di telinganya. Lama kelamaan pandangan Audi mengabur dan semuanya menjadi gelap.

***

Cahaya lampu mulai menusuk-nusuk mata Audi untuk segera terbangun dari tidurnya—lebih tepatnya pingsan. Audi mengerjap-ngerjapkan mata. Ruangan serba putih dan dingin ini menyambut kebangunannya. Aroma obat antiseptik mulai tercium di indra penciuman Audi. Saat dirasa rohnya sudah terkumpul, Audi melebarkan mata dan memperhatikan keseliling tempat dia tertidur. UKS ternyata.

Audi membangkitkan tubuh dari atas kasur, namun dia tertatih karena kepalanya masih sedikit pusing.

"Eh-eh jangan bangun dulu, kepala lo masih pusing kan?"

Audi membeku, perasaan nggak ada orang lain di UKS ini, trus itu siapa yang ngomong? Audi menengok perlahan kearah sumber suara tadi.

"DEVA!" teriak Audi kaget saat Deva ternyata berada pas di depan mukanya. Sialan.

"Hahaha muka lo lucu banget!" Deva tertawa melihat wajah kaget Audi. Double sialan.

"Ye, kurang ajar! Udah sana minggir, gue mau ke kelas. Hush hush!" usir Audi sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Deva, seperti mengusir kucing.

Lagi-lagi Deva tergelak. Apa ... yang aneh, sih? Apa yang Deva ketawain?

Audi mendengus kesal memperhatikan Deva yang masih tertawa nggak berhenti-berhenti. Dasar, humor receh.

"Berenti nggak Dev! Gue tabok pake sepatu Pak Komar beneran lo nanti! Ngetawain apa sih?"

Deva langsung menahan ketawanya. Audi menatapnya malas.

"Oke, oke, gue berenti ketawa. Lo yakin mau ke kelas?"

Aku mengangguk. Kemudian Deva memperlihatkan jam merek Fossil keluaran terbaru yang melingkar manis di tangannya ke hadapan Audi. Audi memutar bola mata malas. Malah pamer.

"Haah, nggak nyambung amat sih lo. Kan lo nanya 'lo yakin mau ke kelas?' kok malah mamerin jam baru lo?"

Pletak!

Audi meringis dan memegang bekas kejahatan Deva. Kok dia dijitak sih? Ini yang bolot Audi apa Deva jadinya?

"Gue bukan mamerin jam nya bolot, gue nyuruh lo liat sekarang jam berapa, kok lo lemot banget sih? Masa baru kejedot bola aja udah bolot."

"Bacot lo."

Lantas Audi menarik tangan Deva kembali dan melihat angka yang ditunjuk dengan jarum itu. Audi sukses melotot dan cengok seketika.

"DEMI APA INI UDAH JAM SETENGAH TIGA?!" teriak Audi. Deva yang masih duduk di sebelah dia meringis. Kayak nya Audi teriak pas di kupingnya. Hehe. Sorry, Dev.

"Memang gue sekebo apa cuma kena bola aja nyampe pingsan lima jam? Lima jam, Dev! Lima jam! L-i-m-a," ujar Audi sambil mengacungkan kelima jarinya. Gila, pingsan Audi ngalah-ngalahin hibernasi beruang. Ah, pantesan tadi Deva ketawa pas dia ngomong mau ke kelas. Ternyata sekolah sudah pulang mengingat pukul dua siang sudah bel pulang.

"Udah lah, kebanyakan bacot. Nih tas lo udah gue bawain. Kayak nya kepala lo udah nggak pusing ya, soal nya dari tadi udah teriak-teriak. Kuping gue sampe sakit."

Benar kata Deva. Kepala Audi sudah tidak terasa pusing lagi karena sudah terlalu kaget dengan lama pingsannya yang ngalah-ngalahin hibernasi beruang. Dan kuping Deva sakit? Bodo amat.

Audi pun bangkit dan mengambil tasnya yang ada di sofa sebelah Deva duduk.

"Yuk pulang," ajak Audi. "Gue nebeng, ya."

Deva memutar bola mata nya malas, namun tidak berniat menolak.

***

TBC...

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang