23 // Malam Acara

24.6K 1K 26
                                    

Audi's POV

Long lace dress berwarna silver sudah melekat sempurna di tubuhku. Mataku sedari tadi masih memandang bayangan yang memantul dari cermin 2x3 meter. Rambut diurai, wajah di make up, bulu mata yang ditempeli bulu mata palsu yang membuat mataku berat, kaki yang sudah memijak high heels, dan yang terakhir, kacamata yang biasanya setia menemaniku sudah melenggang bebas dari hidungku.

Aku meringis melihatnya, biasanya aku memakai kacamata besar berminus—sudah ku ganti lensanya, sekarang malah tergantikan oleh softlens berwarna coklat yang hampir senada dengan mata asliku.

Rambut yang biasanya diikat pony tail, sekarang terurai tanpa penghalang.

Bukan gue banget.

Penata rias yang sejak sejam lalu merias, memandangku dengan tersenyum bangga akan hasil jerih payahnya sedikit merombak penampilanku.

Polesan make up yang tak terlalu tebal ini menambah kesan elegant penampilanku malam ini.

Sang Perias memutar tangannya menginstruksikan aku untuk memutar badan agar dapat melihat seluruh penampilanku.

"Perfect!" Ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya dan menempelkan jari telunjuk dan ibu jarinya agar membentuk lingkaran.

Tak lama kenop pintu kamarku berbunyi menandakan ada yang membukanya.

"Gimana? Udah sele—yaampun Audi kamu cantik banget," mama menatapku tak percaya dan memutar tubuhku lagi agar dia melihat seluruh penampilanku.

Mama sudah memakai dress berwarna hitam tanpa lengan, wajahnya juga sudah di poles sedemikian rupa seperti remaja baru beranjak dewasa. Dia juga sudah menggunakan high heels berwarna silver yang membuatnya tampak lebih elegan. Mungkin kalau aku berjalan bersebelahan dengannya, dia pasti dianggap kakakku dan aku adiknya. Ya wajahnya memang awet muda.

Kembali ke masalahku.

"Masa aku keluar kaya gini sih ma?" Keluhku sambil menduduki bangku yang tadi ku duduki saat dirias. Siapa tau mama berubah pikiran dan kasian sama aku karena harus membongkar penyanmaranku, walau sehari saja tapi ini sangat berat ...

"Nggak papa lah Dii, sekali aja kaya gini, kamu kan cantik, sayang kalo disia-siain."

Tapi kenyataannya nggak.

"Keputusan mama sudah bulat Audi, nikmati aja malam ini seperti kamu di London dulu."

Aku mendesah pelan. Keadaan di sini dan di London dulu sangat jauh berbeda. Gimana mau nikmatinnya? Tanganku meraih kacamata yang berada disebelahku. Berniat untuk menggantinya nanti namun baru sekali gerakan mama langsung melototiku.

"Jangan dipake kacamatanya."

Aku mendesah lagi. Mungkin aku memang harus menerima dengan pasrah permintaan mama kali ini. Keluar tanpa kacamata, dengan polesan make up, dan dengan rambut yang tak diikat.

Ingatlah, aku tak pernah keluar rumah tanpa ikatan rambut semenjak di Indonesia.

"Okey, lima menit lagi turun ke bawah karna kita akan pergi jam setengah tujuh," Tambah mama segera meninggalkan aku di kamar bersama penata riasku yang tadi.

Tangannya dengan telaten membereskan peralatan make up-nya yang masih berantakan dan keluar dari kamarku dengan mengucapkan kalimat terakhir sambil tersenyum, "Kamu sangat cantik Audi. Semoga malam mu menyenangkan!"

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang