10 // Kantin

40.7K 2K 29
                                    

Kantin sudah ramai dikunjungi oleh siswa-siswa Wesley School. Tempat duduk juga sudah hampir semuanya penuh diduduki. Audi dan Deva mendelik mencari tempat duduk yang sekiranya masih bisa diduduki oleh dua orang.

"Tuh ada tempat duduk. Lo duduk dulu tuh, gue mau mesen bakso. Lo mau nggak?" ucap Deva setelah menemukan tempat duduk yang kosong.

"Nggak. Sono beli." Audi berjalan mendekati kursi yang ditunjuk Deva.

Audi menduduki bangku itu. Banyak pasang mata yang memperhatikan Audi dari awal masuk dengan Deva sampai Audi duduk. Apa lagi bisikan-bisikan yang mengomentarinya, sangat terdengar jelas di kuping Audi walau itu hanya suara bisikan, tapi Audi bersifat acuh karna itu sudah biasa.

Sekitar lima menit, Deva datang dengan semangkuk bakso yang dipesan tadi dan menduduki kursi yang ada di hadapan Audi.

"Lo nggak mau makan, Di?" tanya Deva sambil mengaduk-ngaduk baksonya yang baru saja dituangkan kecap dan sambal, Deva memastikan karena takut kalau maag Audi kambuh. Ya, Audi memang memiliki maag, oleh karna itu Deva takut kalau Audi telat makan seperti kemarin, untung saja kemarin tidak kambuh.

"Nggak Dev, gue nggak laper," jawab Audi tenang. Audi memang tidak lapar, tadi dia sempat sarapan dengan roti saat diperjalanan berangkat sekolah mengingat Audi tadi berangkap sangat cukup pagi.

"Eh, gue lupa beli minum, lo mau nitip?"

"Boleh deh. Teh botol ya," pinta Audi yang mendapat anggukan dari Deva.

Deva pun bangkit dari kursinya dan berjalan ke penjual minuman yang berada di pojok kantin. Penjual minuman itu cukup jauh karena tempat duduk Audi dan Deva berada di tengah kantin, jadi mungkin memerlukan beberapa waktu.

Audi memperhatikan mangkuk bakso Deva. Cukup lama dia memandang mangkuk yang berisi daging bulat dan mie yang sudah tercampur kecap dam sambal itu, seketika terlintas ide jahil di otak Audi yang membuatnya menyeringai. Audi mendelik kesekitar untuk memperhatikan ada yang melihatnya atau tidak.

Dirasa aman sentosa, Audi mengambil sambal yang terletak di dekat mangkuk tersebut dan menuangkan beberapa sendok sambal, hmm ... mungkin kata beberapa untuk sambal yang dituang Audi cukup banyak. Audi segera mengaduk nya hingga rata. Berhubung sambalnya sambal hijau, warnanya jadi tidak merah dan ketara dituang banyak sambal. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Audi untuk mengerjai Deva.

Sekali-kali gue ngerjain lo ya Dev. Batin Audi terkikik.

Setelah sambalnya sudah rata, Audi kembali ke posisi semula dan memasang wajah biasa-biasa saja tanpa orang ketahui kalo dia baru saja berbuat dosa kepada sahabatnya.

Maafin gue ya Dev, abis nya lo suka nyebelin. Batinnya lagi sambil tertawa dalam hati membayangkan reaksi Deva memakan bakso hasil racikan tangan Audi.

Nggak lama, Deva duduk di hadapan Audi sambil menyodorkan sebotol teh pesanan Audi tadi.

"Ini pesanannya ndoro," ujar Deva jenaka.

"Makasih pelayan." Audi mengejek dengan senyuman. Deva sih ikutan senyum-senyum aja. Nggak tau kalo itu senyuman penuh makna. Hahaha.

Deva langsung memakan baksonya dengan lahap. Dia sudah sangat lapar. Awalnya, Deva semangat menakan baksonya, tapi lama kelamaan mulutnya terasa panas seperti kebakar yang membuat Deva berhenti mengunyah, sontak Deva langsung melotot dan segera menelan bakso yang ada di mulutnya. Dengan cepat Deva mengambil teh botol yang dipesan tadi lalu menghabiskannya.

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang