Setelah malam acara ulang tahun Reina, keseharian Audi berjalan seperti yang sudah-sudah. Pandangan menilai dan sinis masih suka menghujaninya. Audi yakini masih karena kejadian di puncak itu. Kata Nadhita, biar lah, mereka hanya sirik. Kalau hidup dengan selalu memikirkan kata orang, kita tidak akan berkembang. Kapan lo mulai membuka dirinya kalau begitu? Kira-kita begitu.
Tetapi Nadhita adalah Nadhita, dan Audi adalah Audi. Tanpa Nadhita ketahui, bahkan juga dengan Deva, hampir setiap hari Audi menemukan pesan kebencian di lokernya.
Beberapa kali mengatakan kalau Audi tidak pantas dengan Arlen. Audi yang kegatelan dengan Arlen. Audi hanya upik abu yang lebih cocok menjadi pembantunya Arlen. Audi yang beginilah. Audi yang begitulah. Sampai ada yang bertuliskan, 'Dear cewek cupu yang nggak ada cakep-cakepnya dari Elly Sugigi. Nggak usah merasa sok kecakepan deh bisa deket sama Arlen. Rakyat jelata kayak lo itu mana pantes dapetin cowok kayak Arlen! So, better die, bitch!'
Ya, itu surat terbaru yang dia temukan di lokernya hari ini. Audi menghela nafas dalam. Dalam hati menggerutu, elo yang pantesnya mati! Ngebully gini!
Tangannya meremuk surat itu dan surat-surat yang lainnya. Ketika Audi ingin menutup lokernya, dia menemukan selembar kertas yang ternyata belum dia buka. kertas yang ini berbeda dari yang lain. Berwarna pink, dan dilipat dua. Surat cinta? Tentu saja tidak mungkin. Surat itu membuat rasa penasaran Audi muncul.
Tangan Audi yang tadinya memegang pintu loker, kini terulur untuk mengambil surat berkertas pink tersebut, lantas membukanya. Isinya tidak lebih sedikit dengan surat yang lain. Bahkan cukup panjang.
Hai, Audi—well gue nggak tau siapa nama panjang lo. Tapi mungkin kita bisa kenalan nanti?
Gue baru pindah ke Wesley School. Baru dua minggu. Mungkin lo bakal berpikir aneh kenapa gue pindah di akhir-akhir semester gini, sebelum itu gue bakal ngasih tau alasannya. Karena bokap gue pindah tugas dari luar kota. Nanggung banget memang, sedangkan kita sebentar lagi kelas tiga. Tapi ya namanya urusan kerjaan. Gue nggak ngerti deh.
Audi mengerutkan dahinya. Bagaimana anak itu bisa mengetahuinya? Ah, pasti karena gosip dirinya dengan Arlen. Dari mana lagi kan? Parah memang mulut anak Wesley School, anak baru sudah dikasih bahan gosipan.
Gue pengin ngomongin sesuatu sama lo, ini tentang ... Arlen. Gue denger-denger lo sama Arlen punya hubungan yang romantis? Nggak, gue bukan mau ngebully lo. Gue cuma mau menceritakan tentang gue dan Arlen yang memiliki hubungan sejak dulu ... yang belum putus sampai sekarang.
Gue tunggu hari ini di taman belakang waktu pulang sekolah. See you there, Audi.
Rara.
Audi merasakan seakan dunia runtuh. Jantungnya berpacu sangat cepat. Rasanya seperti diremas kuat, membuat dirinya berpegangan pada pintu loker dengan erat seakan-akan kalau dia melepaskan pegangan itu dia akan tenggelam.
Apa-apaan ini? Arlen memiliki hubungan dengan wanita lain yang belum berakhir? Sejak dulu? Lantas apa yang Audi terima dari cowok itu selama ini? Tipuan semata? Pikirannya kembali pada saat Arlen yang memaksa untuk mengantarnya pulang, Arlen yang mengikutinya di hotel, dirinya dan Arlen yang memakan kebab di taman komplek rumahnya—bahkan di situ Arlen menawarkan pertemanan yang terlihat tulus!—, dan Arlen yang memaksanya menjadi pacarnya. Omong kosong! Nyatanya Audi hanya salah satu dari mainannya!
Seolah itu semua belum cukup menyiksa, ingatan-ingatan Arlen yang menyemangati Audi ikut menghujani pikiran Audi. Ucapan yang lembut. Tatapan teduh.
Audi tertawa masam. Dirinya ditipu habis-habisan. Dengan orang yang mulai dia percaya. Untuk kesekian kalinya. Bodoh Audi. Baru saja akhir-akhir ini dia merasakan senang dan nyaman bersama Arlen. Dirinya dibuat terbang melayang. Namun lihat sekarang, semuanya berubah 180 derajat. Dirinya benar-benar dipatahkan. Secepat itu. Semua prasangka kalau menganggap Arlen itu baik dan tidak akan menipunya itu adalah tindakan paling bodoh sedunia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...