9 // Omelan Audi

42.6K 1.9K 25
                                    

"Baik anak-anak, halaman dua puluh tujuh dijadikan PR dan Kamis besok dikumpul. Selamat pagi." Itu penuturan guru pendidikan kewarganegaraan Audi setelah mendengar bel istirahat pertana dibunyikan.

Siswa-siswa di kelas 11 IPA 1 bernafas lega. Karena guru pendidikan kewarganegaraannya itu sangat killer dan membosankan. Perpaduan yang mematikan. Membosankan, pasti membuat ngantuk, tapi kalo tidur di pelajaran pendidikan kewarganegaraan sama saja seperti masuk ke kandang macan yang belom makan satu tahun. Nyari mati. Kalau ketahuan tidur di jam pelajaran PKN, dapat dipastikan tersangka tersebut akan langsung disuruh lari keliling lapangan lima kali. Dan kalian harus tau kalau lapangan Wesley School sangat luas. Bisa langsung gempor kaki setelah lari lima kali.

"ALHAMDULILLAH. PADA SIAPAPUN YANG BUNYIIN BEL ISTIRAHAT ITU GUE SANGAT BERTERIMA KASIH!" Jerit Aldo—teman sekelas Audi yang langsung mendapat cecaran dari cewek-cewek di kelas.

"Lebay ah, Do. Gue heran sama cewek-cewek yang suka sama lo, apa yang diliat dari lo," Kanya—cewek yang termasuk most wanted yang mengomentari Aldo tersebut melihat Aldo dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ganteng sihh, tapi ... mulutnya ceriwis banget." Setelah kalimat itu, langsung terdengar deru tawa yang membuat kelas ricuh dengan sorakan.

Aldo yang diledek seperti itu tersenyum masam.

"Lo jangan ngatain Aldo gitu, dong. Nanti suka baru tau rasa," ucap salah satu teman Aldo, Gery, yang tidak terima temannya di bully seperti itu.

Kanya menyeringai, "Gue? Suka sama Aldo? Ewh banget. Mending gue suka sama Pak Komar aja kali dari pada sama Aldo." Teman-teman Aldo langsung menyoraki Kanya.

Kalo Audi jadi Kanya, mending Audi milih Aldo dari pada Pak Komar. Ya muka Pak Komar sama Aldo mah jauh banget. Kayak Bopak sama Manu Rios. Bisa rusak keturunan Audi.

Cek-cok itu terus berlanjut dan membuat Audi lebih memilih membaca novelnya dari pada mendengar Kanya sama Aldo ribut. Entah ada apa diantara mereka yang membuat Kanya nggak menyukai Aldo dari awal kelas sebelas. Bagai menyiratkan api permusuhan dari kedua kubu. Namun Audi tidak terlalu memikirkannya, bagi Audi itu nggak penting, terlebih lagi Kanya maupun Aldo bukan teman dekat Audi, mereka hanya sebatas kenal, mengobrol juga cuma mengenai tugas yang diberikan guru.

"Kantin yuk, Di. Gue traktir deh," ajak Deva membuat Audi mendengus kesal dan memalingkan wajahnya ke Deva.

"Lo pikir gue nggak punya duit, Dev? Kayaknya setiap hari lo nawarin nraktir gue terus," ujar Audi sewot.

Deva terkekeh mendengar omelan Audi. Dari kelas sepuluh, Deva suka mengganggu Audi karena Audi kalau lagi ngomel lucu.

Waktu itu Deva pernah memain-mainkan rambut Audi sampai ikatan rambutnya terlepas. Terasa ada yang aneh pada rambutnya, Audi saat itu memegang rambutnya dan ikatan rambut yang biasa mengikat rambutnya telah terlepas di tarik Deva. Muka Audi langsung merah padam melihat rambutnya sudah tidak terikat lagi, dia pun merebut ikatan rambut miliknya dari Deva dan langsung mengikat rambutnya lagi sebelum orang lain melihat.

Deva hanya cengengesan yang membuat Audi tambah kesal. "Dev lo itu ya, gue kan udah pernah bilang kalau gue nggak mau ada yang ngeliat rambut gue diurai selain lo dan keluarga gue, kenapa lo masih narik-narik iketan rambut gue juga sih," tanya Audi dongkol sembari mengikat rambutnya.

Deva hanya menyubit pipi Audi gemas dan menikmati setiap kata omelan dari Audi. Bagi Deva itu menyenangkan. Tapi bagi Audi itu menyebalkan.

Deva menyukai saat-saat Audi kesal. Dan kejadian menarik ikatan rambut Audi saat kelas sepuluh adalah omelan Audi favorit Deva.

"Yee, karna gue tau lo bakal nolak traktiran kayak gitu makanya gue tawarin." Deva terkekeh yang membuat Audi memutar bola mata malas.

Setelah tawanya reda Deva mengubah wajahnya melas, "Ayo dong Di, gue laper nih, masa lo tega ngeliat sahabat lo yang ganteng ini kelaperan, trus kalo gue kelaperan gue kurus, trus kalo gue kurus gu—"

"Bacot. Ya udah, ayuk," potong Audi kesal. Dia malas mendengar ocehan Deva yang tidak berenti-berenti. Satu-satu nya cara ya menuruti kemauan Deva.

"Aaaaa, Audi cantik dehh, yuukk!" seru Deva sambil menyubit pipi Audi.

"Pipi gue jangan dicubit, plis."

***

TBC...

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang