Btw, mungkin nanti ada kata yang menjijikan, tapi gue nggak tau harus mengganti kata apa yang lebih halus. Jadi maafkan:')
Happy reading!
***
Kini Audi sedang berada di depan toilet lelaki. Ia menunggu Deva sambil duduk dan membaca novel di bangku yang tersedia di depan toilet.
Karena tau Deva akan lama, Audi membawa novel untuk menemaninya sambil menunggu Deva. Kalian pasti tau apa yang sedang dialami Dev—
"Lo gila ya, Di? Pantat gue panas nih bulak-balik ke toilet mengeluarkan hasrat yang mengebu-ngebu!" seru Deva yang sudah keluar dari toilet sambil memegang bokongnya yang terasa panas karna efek sambal pedas di baksonya tadi. Dia sudah bulak-balik toilet sepuluh kali dan itu membuat Deva pegel karna harus jongkok berdiri berkali-kali.
Memang kalau sudah berurusan dengan masalah pencernaan ini repot. Kebanyakan buang air salah, kejarangan buang air juga salah. Serba salah kayak Raisa.
Sembelit nyusahin, diare juga nyusahin. Itulah yang dirasakan Deva. Diare. Sangat menyusahkan. Apa lagi kejadian itu terjadi di sekolah. Mungkin Deva harus menahannya sampai rumah agar baunya tidak tersebar kemana-mana yang membuat kadar kegantengannya berkurang drastis.
"Lo masukin berapa sendok sih, Di? Efeknya dahsyat banget," tanya Deva frustasi.
"Hmm, lima?" Satu kata itu membuat Deva melotot.
"GILA BENERAN LO!" jerit Deva yang membuat orang disekitarnya memandangi heran.
"Apa liat-liat?!" Deva bersungut ketika semua mata memandangnya. Mendengar petanyaan sekaligus pernyataan dari Deva, orang di koridor itu langsung membuang muka dan pergi menjauh.
Deva menarik novel di tangan Audi yang sejak tadi tidak dipalingkan dari wajahnya. Audi mendecak karena novelnya ditarik paksa.
"Dengerin gue dulu. Kok lo tega, sih? Kalau lo mau bunuh gue yang elite dikit kek. Masa dengan ngasih sambel lima sendok ke kuah bakso gue?
"Kalau gue meninggal gara-gara mencret gimana? Trus masuk koran 'seorang pelajar Wesley School meninggal di tempat akibat mencret sehabis makan bakso dengan lima sendok sambal.' Kan nggak keren, Dii."
Mendengar omongon Deva perasaan kesal karena novelnya ditarik paksa lenyap seketika, rasanya Audi ingin terbahak sekarang juga. Apalagi saat melihat wajah Deva yang sudah memerah akibat bulak-balik toilet sepuluh kali.
Karena tidak tega, Audi mengurungkan niat ketawa jahatnya. "Maaf ya, Dev. Nanti gue beliin lo entro-stop deh biar nggak mencret-mencret lagi." Audi memasang wajah puppy eyes ke Deva.
Deva mendengus kesal.
Tidak lama, terdengar bunyi yang tidak mengenakan di kuping siapa saja yang mendengar.
"Pretttt ... Brottt ...."
Deva sontak memegang bokongnya dengan wajah yang menahan hasrat.
Bau tidak sedap menguar ke indra penciuman Audi, Audi langsung menutup idung dengan cepat dan langsung melotot ke arah Deva.
"Anjir, bau bangke banget lo!"
"Ahh ... shit!" Deva langsung berlari masuk kembali ke dalam toilet dan segera menuntaskan hasrat membuang airnya. Dan tidak lupa novel Audi juga dibawa masuk ke dalam toilet.
Terdengar suara teriakan dari Deva saat berlari ke bilik toilet, "BELIIN GUE ENTRO-STOP YANG BANYAK, DI! SEKARANG JUGA!"
Pertahanan Audi runtuh, akhir nya dia terbahak dengan puas yang dari tadi dia tahan, "YA NANTI GUE BELIIN SAMPE LO NGGAK BISA POOP LAGI! DAN BY THE WAY, NOVEL GUE JANGAN DI PAKE BUAT CEBOK!"
"Sialan!"
***
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...