Malam sudah cukup larut. Namun di meja belajarnya, Audi masih bergelut dengan tumpukan tugas yang sempat dia tinggalkan demi mengurus persiapan Pensi Wesley School itu. Banyaknya hal yang harus diurus, menyebabkan beberapa kali Audi harus mengambil dispensasi.
Dan sekarang ini lah dia harus mengisi malam sabtunya yang biasa dia gunakan untuk berleha-leha seperti maskeran atau hanya sekedar menonton youtube dia ganti dengan mengerjakan tugas ketertinggalannya.
Audi melepaskan kacamata lalu memijat pangkal hidungnya lelah. Tugasnya menjadi panita sangat melelahkan. Kalian harus tau, untuk acara besar Wesley School, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat sedikit. Dia harus kejar-kejaran dengan waktu yang tidak banyak sampai hari-H. Segalanya serba padat. Itu lah salah satu sebabnya juga mengapa OSIS mengambil anggota kepanitian dari tiap kelas. Karena semakin banyak panitia, pekerjaan akan semakin ringan juga.
Kini di hadapan Audi terdapat kumpulan tugas soal-soal kimia dan matematika. Dia mendengus keras. Audi merutuki kebodohannya dia mengerjakan dua mata pelajaran hitung-hitungan secara bersamaan.
Selang beberapa detik, pintu kamar Audi di ketuk. Tanpa pikir panjang dia menyuruh masuk Sang Pengetuk. Mungkin Mamanya.
Terdengar pintu dibuka dan derap langkah yang mendekatinya. Kepala Audi menoleh pelan. Terdapat Mamanya membawa gelas yang Audi yakini itu cokelat panas karena ada kepulan di atasnya. Mamanya melangkah dengan senyuman lebar yang tidak wajar.
Audi mengernyitkan dahi, kaget campur bingung melihat ekspresi Mamanya.
"Ma, Mama kenapa sih?" cecar Audi masih dengan muka bingungnya.
Ditanya seperti itu tidak melunturkan senyuman Mamanya. Beliau menyodorkan gelas yang dibawanya, sesuai dengan tebakan Audi kalau itu cokelat panas. "Minum dulu nih."
Tangan Audi terulur mengambil gelas dari genggaman Mamanya. Lalu meminum cokelat panas tersebut dengan masih memandang Mamanya yang aneh bin ajaib itu.
Pikiran Audi berekplorasi. Masih dilihat lekat Mamanya itu. Senyumannya masih mengembang di bibir. Pandangan Audi turun ke kaki orang di depannya itu. Beliau memakai baju dan celana tidur panjang sampai menutupi kakinya. Audi sedikit tersedak. Perlu diperjelas kakinya tidak terlihat!
Senyuman Mamanya sedikit terganti dengan raut wajah bingung. "Kenapa?"
Audi menggeleng. Mendadak dia berpikiran horror. Apa sosok di depannya ini Mamanya? Ini sudah larut malam, jam dinding di kamar Audi sudah menunjukan pukul setengah dua belas.
Masih dengan gelas cokelat panas di tangan kiri, tangan kanan Audi menaikan celana panjang orang—oh bukan, sepertinya bukan—di depannya cepat. Kakinya napak.
Andira memundurkan badan, kini gantian menatap Audi dengan raut kaget dan bingung, "Kamu kenapa sih?!"
Audi meringis ternyata sosok di depannya ini benar Mamanya. Untung beliau tidak reflek menepis tangan Audi yang Audi yakini tangannya bisa merah.
"Aku kira tuh Mama bukan Mama!"
Senyuman dibibirnya beberapa saat lalu telah sirna, "kamu pikir siapa?! Hantu?! Durhaka banget kamu nyamain Mama sama hantu!"
"Ya abisnya kenapa coba Mama dateng-dateng sambil nyengir lebar tadi? Kan serem!" sewot Audi.
Menyinggung masalah kedatangan Mamanya yang tersenyum tadi, membuat Andira kembali tersenyum lebar.
Audi menatap horror, "Tuh senyum lagi! Ada apa sih Ma?"
"Kamu ada apa sama Arlen?" todong Mama.
Audi yang tadi kembali menyesap cokelat panasnya dibuat tersedak dengan pertanyaan itu. Kenapa tiba-tiba jadi Arlen? Dan tunggu, hal itu yang membuat Mamanya tersenyum seperti lagi iklan pasta gigi? Oh hell. Ini tidak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...