Happy reading!
***
Angin dingin berhembus menerpa tubuh putih milik Audi. Angin tersebut begitu menusuk sampai ke tulang sehingga membuat siapapun akan berpikir dua kali untuk nggak menggunakan hoodie atau sweater dipagi ini. Pagi ini memang cuaca sangat mendung. Langit yang biasanya cerah kini menggelap ditutupi awan yang menghitam hampir pekat seperti kopi hitam.
Perlahan-lahan rintikan air hujan mulai berjatuh dari awan hitam tersebut yang lama kelamaan berubah menjadi rintikan air yang deras. Audi merapatkan hoodie abu-abu nya dan terus berjalan di koridor sepi ini untuk menuju kelas nya.
Hari ini Audi sengaja datang pagi. Alasan nya adalah menghindari tontonan gratis ajang minta putus itu, yang dianggap nya menyesalkan. Karna apa? Audi jomblo.
Itu bercanda.
Tinggal satu belokan lagi Audi sampai di kelas nya. Audi mempercepat langkah nya dan memasukan tangan nya di kantong hoodie. Ia berjalan menunduk sambil memandang lantai putih koridor.
Brukk!
Tepat di belokan Audi menabrak seseorang. Sial. Batin Audi. Audi kira cuma dia yang bakal dateng sepagi ini. Ternyata ada orang lain juga. Tapi siapa?
Audi tetap menunduk menatap sepatu yang dipakai orang yang ditabrak nya beberapa detik lalu. Cowok.
Aroma mint menguar di indra penciuman Audi yang meninggalkan kesan nyaman bagi diri nya. Kaya nya ini aroma dari tubuh cowok dihadapan nya ini.
"Nyampe kapan lo mau nunduk terus?" suara berat dan dingin itu terdengar di telinga Audi. Audi sempat meringis mendengar betapa dingin nya suara itu. Ah siapa ini? Nggak mungkin Deva. Deva kan kalo ngomong lembut ada anget-anget nya gitu kaya bencong salon.
Perlahan tapi pasti, Audi mendongakan kepala nya untuk melihat siapa yang di tabrak nya tadi. Ia memandang setiap lekuk wajah cowok di hadapan nya ini yang memakai hoodie abu-abu juga, ia memiliki sepasang mata coklat hazel, hidung mancung, pipi yang nggak tembem dan nggak juga tirus. Cowok di hadapan nya sedikit kaget melihat Audira dihadapan nya.
Ini sih cowok yang pacar ratusan setiap tahunnya itu!
Setelah cukup lama, Audi tersadar dan menjauh dari cowok itu yang ternyata jaraknya hanya satu jengkal dengan diri nya, mengingat Audi nggak pernah sedekat ini dengan cowok, termasuk papanya dan Deva.
"E-eh ... Maaf," ucap Audi sedikit gugup ketika tersadar.
Cowok itu masih diam terpaku menatap wajah Audi tanpa ada tanda-tanda ingin berbicara. Audi menautkan alisnya melihat sikap cowok itu. Setelah cukup lama menunggu cowok itu untuk berbicara akhirnya dengan rasa takut sedikit Audi meninggalkan cowok itu sebelum ada yang melihat. Tapi jalannya yang baru satu langkah berhenti karna cowok itu berbicara juga.
"Sorry," ujar cowok itu masih dengan nada dingin.
Audi menengok ke arah cowok tadi berdiri. Ia mengerutkan dahi dan menatapnya bingung.
"Oh, tadi gue kok yang nabrak l—"
"Gue yang ngelempar bola ke lo kemaren," potong cowok itu sambil menengokan kepalanya ke arah Audi dan menggaruk tengkuknya gatal. Tidak tahu itu gatal beneran atau tidak.
Audi terdiam sejenak. Jadi ini yang nama nya Arlen? Dan yang punya ratusan mantan setiap tahunnya? Gue nggak mimpi? ... Masih gantengan brad pitt ternyata. Batin Audi.
Mendengar secara nggak langsung dia memberi tahu nama dia adalah Arlen membuat Audi agak kesal karena dia yang membuat Audi pingsan selama lima jam. Hilang segala rasa takut Audi terhadap Arlen. Terlebih lagi mengingat sikap sehari-hari dia yang buruk. Audi juga kemarin berpikir tidak ingin mengenal orang ini lebih jauh.
"Oh, okey nggak masalah." Audi mengangkat bahunya nggak mau berurusan dengan Arlen lebih lama dan melanjutkan jalannya menuju kelasnya.
Ternyata dateng pagi ngeselin juga.
***
TBC...
-flowercony
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...