8 // Terpesona? Penasaran

45.6K 1.9K 54
                                    

Happy reading!

***

"Oh. Okey, nggak masalah." Audi menaikan bahunya cuek dan berjalan meninggalkan Arlen.

Arlen menganga melihat respon dari Audi. Dia kira Audi akan bersemu malu karena sudah ketahuan pingsan lima jam lebih, atau paling tidak mukanya akan merah-merah gemes gitu karena ngeliat cowok ganteng dari dekat. Tapi reaksi nya? Cuek. Nggak peduli. Jauh dari ekspektasi. Cukup menyentil harga diri Arlen.

"Hoyyy! Ngapain lo mangap-mangap gitu?"

Arlen terjolak kaget mendengar teriakan tepat di kupingnya. Kurang ajar. Arlen menengok dan langsung memberi tabokan maut ke arah orang yang mengejutkannya. Dua curut. Ghazi dan Leon.

Mereka cuma nyengir tiga jari setelah mendapatkan tabokan dari Arlen.

Leon mendelik mengikuti arah pandang Arlen tadi. Arlen melipat tangan di dada dan menatap mereka dingin. Keponya mulai.

"Ohh, jadi lo mangapin cewek nerd itu ...," ucap Leon manggut-manggut setelah tau apa yang Arlen lihat tadi, terlihat Audi yang mulai memasuki kelasnya. 11 IPA 2. Arlen hanya memutar bola mata malas.

"Itu bahasa nggak ada bahasa yang lebih bagus dari 'mangapin'?" tanya Arlen dan masih menatapnya malas.

"Terpesona kalo gitu Le," timpal Ghazi dan langsung di beri cengiran oleh Leon.

"Wehh. Tumben lo pinter, Zi."

"Gue emang pinter Le, sorry." Ghazi mengibaskan kerah nya sok keren.

Arlen menjitak mereka berdua. Leon dan Ghazi pun meringis dan mengelus hasil kejahatan Arlen yang kedua.

"Bacot lo bedua," ujar Arlen yang mendapat cibiran dari mereka. Inilah dia, mempunyai dua sahabat yang kadar kengeselinnya di atas rata-rata. Bawaannya bikin pengin nabok terus.

"Bener kan lo terpesona sama cewek itu siapa tuh nama nya Adini Ausi Au—"

"Audi," potong Arlen:

"Nah iya Audi. Terpesona kan lo? Udah ngaku aja," ejek Ghazi.

"Iya, mana kemaren gendong-gendongan," tambah Leon.

"Uh, Arlen mulai nakal yach!" Ghazi memukul lengan Arlen manja. Jijik.

Arlen bergidik ngeri. Namun perkataan kedua temannya tidak bisa dihiraukan oleh pikirannya. Dibilang terpesona, ya nggak lah.

Tapi bagian yang 'gendong-gendongan' itu terjadi karena Arlen kasian dan sedikit merasa bersalah saja, jadi dia menggendong Audi untuk UKS. Manusiawi kan? Arlen juga masih punya rasa kemanusiaan!

"Gue nggak terpesona."

Arlen bisa mendengar helaan nafas kedua sahabatnya. Arlen sedikit bingung

"Penasaran, mungkin?" lanjut Arlen.

Sontak itu membuat Leon melotot antusias. Ekspresi Ghazi juga nggak jauh beda, malah sama persis. Hal itu semakin membuat Arlen bingung.

"Lo berdua kenapa, sih?"

"Ajaib bro!" Ghazi menepuk-nepuk punggung Leon dengan pandangan ... speechless. Apa yang salah?

"Asli! Ini lebih dari ajaib!" balas Leon menepuk-nepuk punggung Ghazi.

Dan setelah itu terjadilah acara tepuk-tepukan antara Ghazi dan Leon.

"Kenapa sih?" Arlen mengerutkan dahi masih tidak mengerti.

Leon melompat girang dan menggoyang-goyangkan bahu Arlen.

"Akhirnya lo nggak homo, Bro!" jerit Leon. Ingat, ini masih di koridor tadi. Untung saja koridor masih sepi, kalau rame sudah pasti Arlen akan malu setengah mati.

"Gue nggak homo kali!" Arlen melotot. "Gue aja punya banyak mantan!"

"Tapi, kan mantan lo semua yang nembak, bukan lo. Jadi bisa aja lo homo karena nggak pernah nembak cewek," kilah Ghazi.

"Kan gue cuma penasaran. Jangan dilebih-lebihkan." Arlen mendesis. "Lagian kalau gue homo, gue pasti disangka homonya sama lo pada!"

Leon dan Ghazi bergidik geli. Ogah banget homo sama Arlen. Namun mereka tetap kembali dengan topik sebelumnya.

"Inget Len, lo nggak pernah cerita penasaran sama cewek manapun!" Leon mengingatkan.

"Minum obat sana lo berdua, masih pagi udah drama."

Mereka terlalu berlebihan.

Arlen pun meninggalkan Leon dan Ghazi menuju kelas. Leon dan Ghazi pun menggerutu pelan namun masih dapat didengar oleh Arlen di koridor sepi ini.

"Dia yang nyuruh kita dateng pagi, tapi dia juga ninggalin." Terdengar gerutuan. Itu suara Leon.

"Iya, mending gue tadi ngelanjut bokep."

"Wih parah lu nggak bagi-bagi?!"

"Bobo cakep, woy! Minum obat lo sana, pagi-pagi udah mesum!" Ghazi mengikuti nada bicara Arlen tadi.

"Anjir, bilang kek dari tadi!"

***

TBC...

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang