22 // Permintaan Mama

23.3K 1K 15
                                    

Audi's POV

Sudah tiga hari setelah kejadian Arlen memberikanku minum dengan berhujung tak ku hiraukan. Beberapa kali aku sempat berpapasan dengannya saat di sekolah, namun dia cuek tak peduli atas adanya aku. Melirik pun tidak. Tak ada lagi Arlen yang mencari aku seperti ia menghampiriku ke perpus, atau mungkin, ia ke perpus beberapa hari lalu itu hanya kebetulan bertemuku? Dan kebetulan juga ia membawa minum?

Tunggu dulu. Mengapa saat ini aku menjadi terlihat ge-er? Seharusnya aku bersyukur ia tidak mendekati aku seperti kemarin kemarin sehingga penyamarku tidak terancam. Mungkin ia juga sedang dekat dengan orang yang waktu itu aku lihat bersamanya di cafe. Ku buang jauh-jauh pikiranku tentang Arlen.

Sekarang di sinilah aku, di ruang keluarga dengan memegang sebuah majalah ternama yang menginformasikan tentang artis-artis luar negeri. Di dalam majalah ini terdapat berita bahwa Celine Dion akan mengadakan konser di Indonesia. Di halaman tersebut tertera berapa harga tiket konser itu yang langsung membuat ku menelan ludah. Walau bisa saja aku membeli semua tiket itu tapi menurutku itu ... sangat mahal.

Tangan ku membolak-balik halaman majalah itu untuk membaca semua info terbaru dari banyak artis, sampai terdengar suara mama yang berada di meja makan.

"Audi, nanti malam papa ada acara pembukaan hotel barunya," Ucap mama yang sepertinya sedang menuangkan minum ke gelas.

"Terus?" Tanyaku tak tertarik.

"Kamu ikut ya."

Sontak aku tersedak air liur ku sendiri mendengar omongan mama yang dikatakan cukup santai. Apa? Ikut ke acara pembukaan hotel baru papa?

"Ngapain sih aku ikut? Biasanya juga nggak pernah ikut," Tanyaku mengerutkan dahi dengan tanganku membenarkan letak kacamata yang sedikit turun karna tersentak.

Bukannya apa, tapikan aku sekarang menyamar menjadi cewek nerd—ya walau nggak terlalu nerd, tapikan tetap saja menyamar. Banyak kemungkinan yang timbul saat aku menghadiri acara itu. Dari sekian banyaknya orang yang datang ke acara pembukaan hotel papa, bisa saja diantaranya ada yang mengenaliku dan curiga akan kehidupan asliku. Terlebih lagi murid-murid di Wesley School kebanyakan anak dari orang-orang ternama yang bisa saja datang ke acara papa itu. Kalau sampai mereka melihatku, aku sudah bisa menebak apa yang ada di pikiran mereka,

Itukan Audi cewek nerd di sekolah. Ngapain dia? Muka-muka sapu jagat mah gak pantes di sini.

Kira-kira begitu.

"Pokoknya kamu harus ikut, mama nggak nerima penolakan. Dari pada kamu pacaran sama buku terus tuh setiap hari," Ucap mama sambil menunjuk majalah yang aku pegang.

"Yee, kan ini majalah,"

Mama diam sejenak melihat apa yang ada di tanganku ini. Setelah diam beberapa lama mama berucap lagi, "Ya sama aja lah dari kertas juga," Ucap mama tak mau kalah.

"Aku kan lagi nyamar ma ...." Ucap ku memelas dan menurunkan bahuku. Semoga aja mama kasian.

Mama menegukan minumannya lagi lalu berkata, "Libur dulu sehari nyamarnya."

Mataku melotot, "nggak bisa lah," aku menggelengkan kepala tak setuju.

"Ayo dong Audi, kamu kan nggak pernah dateng ke acara papa, nanti disangkain mama sama papa nggak bisa punya anak pula karna kamu nggak pernah dateng, sekaliiiiiii aja, ya ya yaa?? Ada Deva juga kok ...." Kali ini mama yang memelas.

Aku termenung sejenak. Skakmat. Sekarang aku nggak mungkin menolak permintaan mama. Aku nggak mau menjadi anak durhaka seperti malin kundang yang dikutuk menjadi batu.

Itu memang hanya legenda yang aku tak tau itu terjadi beneran atau tidak. Tapi aku tak mau melawan mama.

Tapi kemauan mama terlalu mengancam penyamaranku. Sangat mengancam.

Namun kalo menolak juga ... arghh aku pusing memikirkannya. Terlalu banyak tapi di otakku.

Semoga saja dengan adanya Deva dia bisa sedikit membantu.

Akhirnya aku menganggukan kepala lesu yang membuat mama langsung jingkrak-jingkrak kegirangan.

"Uuu tayang Audi," Mama memegak kedua pipi ku dan menggoyang goyangkan ke kanan kekiri, lalu keningku dikecup olehnya.

"Bajunya udah mama siapin di kamar, sana siap-siap," tambahnya.

Setelah itu mama masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku yang masih memikirkan nasibku nanti.

Poor you Audi ....

***

Ah sudah lah, yang penting gue apdet walaupun pendek:(

TBC...

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang