"Ku hanya diaaaaaam, mengenggam, menahan segala kerinduaaaan, memanggil namamu disetiaaaap malaaaa—hmphh!"
Audi mendengus, "Kayanya diantara kita bertiga cuma gue yang paling waras."
Saat ini Deva sedang membekap mulut Naditha karena bernyanyi—lebih tepatnya teriak kaya ngomong sama orang budek di KFC. Audi menunduk dalam-dalam sembari meminum pepsinya. Nyanyian Nadhita mengundang semua pasang mata untuk memandang ke meja mereka. Terutama memandang Nadhita si Pemecah Gendang Telinga.
"Plis nggak usah banyak bacot, Nad, sehariiiii aja!" Deva kelabakan menahan malu.
Yang dimarahi malah nyengir. "Suara gue bagus ini," Naditha berucap santai.
"Bagus buat ngerusakin gendang telinga," cibir Deva.
"Awas aja kalo gue udah seterkenal Raisa, nggak level gue temenan sama lo. Sekarang aja gue ogah."
"Lah emang gue mau temenan sama lo? Lo nya aja sokap."
"Sokap mah buat nyangkol."
"Kayak ada yang ngomong," Deva pura-pura tidak mendengar dan menatap arah lain menanggapi guyonan Nadhita.
Sedangkan Audi, dia menyesal ikut makan di KFC. Lagi-lagi mereka ribut. Audi menghendikan bahu acuh lalu menutup separuh kepalanya dengan tudung hoodie maroonnya. Tangannya bersidekap dan tubuhnya menyender kursi.
"Kalo udah selesai berantemnya kasih tau ya."
Audi memejamkan matanya. Menjadi pengurus acara besar sekolahnya cukup membuat Audi lelah. Ditambah lagi mendengar kedua sahabatnya selalu beradu argumen. Pusing pala Belbi.
Seakan teringat sesuatu Deva berkata, "eits, lo belom ngejelasin ke kita ada apa antara lo dan Arlen!"
Ucapan Deva membuat Audi melotot. Namun karena separuh wajahnya tertutup tudung hoodie jadi tidak ada yang menyadarinya.
Nadhita si orang yang tidak tahu apa yang Deva bicarakan mengerutkan dahinya, "Emang Audi sama Arlen kenapa?"
Deva merespon dengan menghendikan bahu acuh.
Nadhita mencibir, "Elah, lo nggak usah sok naik-naikin bahu gitu lah, kita nggak lagi senam lantai."
"Sumpah, gue nggak peduli," respon Deva.
Setelah ditodong pernyataan seperti itu, Audi mencari posisi nyamannya menutupi keterkejutan, "Nggak ada apa-apa."
Mata Deva memincing curiga. Deva tahu Arlen orangnya suka bermain-main. Deva tahu karena mereka satu ekskul dan membuat mereka cukup dekat. Tapi mengingat tatapan Arlen tadi membuatnya ... entahlah, tidak dapat dijelaskan.
"Kenapa, Di, si Arlen?" kini Nadhita yang bertanya sambil menyomot kentang di piring Deva tanpa dosa. Di sebeleahnya, Deva, mendecak kentangnya diembat.
Tangan Audi menarik tudung hoodienya ke belakang dan mendecak kesal, "Nggak apa-apa! Nggak usah ngomongin tu anak!"
Mengingat kejadian-kejadian belakangan ini dengan Arlen membuat Audi kesal. Entah kenapa Audi emosi dengan semua tentang Arlen. Melihat Arlen bernafas saja sudah membuatnya gondok.
Nadhita terkekeh, "Nanya doang woi! Galak amat. Lagi dapet ya lo? Gue beliin kiranti deh nanti." Tangannya masih rutin menyomot kentang Deva.
"Tapi kalo nggak ada apa-apa kok nyolot ya, Dev?" Lanjut Nadhita. Kini dia menaik-naikan alisnya ke arah Deva memberi kode meledek Audi. Deva mengerjapkan matanya dan lebih memilih memakan kentangnya sebelum dihabiskan Nadhita.
Audi menghela nafas, "Gue males sama orang itu. Nggak jelas, deh. Model badboy sok cakep. Sok keren. Sok penguasa. Carper. Ngeselin. Nggak banget!"
Wajah Nadhita sontak bersungut-sungut, "wah setuju gue! Lo sih belom apa-apa, Di. Cuma ngeliat dari luar. Gue sekelas sama dia udah satu tahun lebih, dan bakal tiga tahun! Bayangin, Di, tiga tahun! Sama anak begituan! Belom lagi si Leon sama Ghazi! Beuhh. Orang lain sih bisa bilang surga karena kelas gue berisi trio masketir Wesley School , tapi bagi gue ini kutukan!"
Iya mereka bisa bilang itu surga karena ketiga orang itu deretan cowok most wanted dengan kadar kegantengan yang bisa dibilang tinggi.
Audi terkekeh melihat reaksi Nadhita yang berapi-api. Bener kan bukan cuma dia saja yang kesal sama Arlen! Memang dasarnya saja anak itu ngeselin.
Nadhita melanjutkan curcolannya, "sering, Di, gue dijadiin objek keisengan mereka! Bikin darah tinggi tiap hari. Ingin rasanya hayati ceburin mereka ke rawa-rawa."
Pikiran Nadhita kembali pada kejadian memory card fotografinya yang Arlen tukar dengan memory card lain. Itu dendam Terbesar Nadhita. Belum lagi kalau di kelas. Posisi duduk Arlen yang dibelakang Nadhita, tentu membuat Arlen semakin gencar menjadikan Nadhita objek kejahilannya. Mulai dari menarik-narik ujung rambut Nadhita, sampai menjatuhkan cicak di kepala Nadhita. Begitu juga kedua temannya. Tidak jauh beda kelakuannya. Keterlaluan.
"Itu mah emang dasar muka lo nya aja yang cocok buat dinistain," timpal Deva.
Ini juga!
"Jahanam lo!"
"Yang penting ganteng."
Nadhita mengabaikan jawaban Deva, "Pokoknya neraka, Di, sekelas sama mereka. Tekanan batin. Setiap hari ada aja kejadian gue ketiban sial sama mereka. Nyerah gue. Heran gue cewek-cewek sekolah kita bisa tergila gila sama mereka. Kalau gue ini ikan, udah megap-megap dah gue kaya kekurangan air–Duh aus juga gue abis julidin orang," tangan Nadhita terulur lalu meminum pepsinya cepat tanpa sedotan.
Audi kembali terkekeh mendengar cerita dan kelakuan absurd Nadhita. Ingatannya kembali pada kejadian di ruang OSIS saat rapat panitia tiga hari lalu. Orangnya aneh, sikapnya juga aneh. Di mata Audi, Arlen tidak lebih dari anak nakal dan pemanfaat segala yang dia punya, termasuk kekayaan dan tampangnya.
Membahas itu, pikiran Audi jadi bercabang lagi mengingat dulu Arlen adalah orang yang suka gonta-ganti pacar setiap hari. Hal itu membuat Audi bergidik ngeri. Bisa-bisanya orang seperti Audi mau dijadikan korban juga. Setidaknya tadi Arlen tidak membantah saat Audi bilang mereka tidak berpacaran.
Malam itu mereka masih melanjutkan obrolannya dengan santai. Kini 'mereka' benar-benar menikmati kebersamaan. Walau masih tak luput dari pertengkaran antara Deva dan Nadhita. Audi bersyukur Nadhita tidak mengungkit ledekan yang tadi dia lontarkan ke dirinya. Mungkin Nadhita lupa. Yah, itu lebih baik dari pada Audi harus menjelaskan tentang yang Audi juga tidak mengerti. Sangat lebih baik.
***
TBC...
a/n
Sowry gais ini pendek banget iya aku tau huhu..
Jadi, aku kan dulu sempet masukin cast nya Arlen, Deva, dan Audi. Tapi aku mau ganti castnya wkawkaka.
Bagi kalian yang nggak mau di rusak hayalannya skip aja!
Ini satu dulu deh yang aku kasih
Si Tengil Arlen
Oke sekian!
Love you guys!
-Flo
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...