45 // A Marine Turtle

15.9K 724 30
                                    

Pentas Seni Wesley School berjalan sukses. Tiga hari acara ini berlangsung mampu meng-geger-kan sosial media dengan hashtag #PentasSeniWesleySchool. Pun sempat menjadi trending di twitter di hari terakhir dengan hashtag tersebut.

Refan—Sang Ketum OSIS menepuk tangan bangga. Semua bawahan dan para jajarannya bekerja maksimal. Jika OSIS tidak dibantu oleh para perwakilan kelas, belum tentu acara ini akan berjalan maksimal. Bahkan mungkin bisa keteteran. Tak lupa di puncak acara—di hari ketiga para pengunjung benar-benar menikmati penampilan guest star, band indie yang memang sedang naik daunnya di para kalangan anak muda.

Refan merasa sangat berterima kasih pada semua yang berpartisipasi dalam kegiatan kepanitiaan Pentas Seni Wesley School ini. Kepala sekolah bahkan mengakui kesuksesan acara tahun ini.

Dan di sini lah Audi dengan para panitia yang lain berada. Mereka kini berada di puncak. Sebagai apresiasi kepada rekan-rekannya yang sudah bekerja sangat keras, Refan mengajak mereka untuk refreshing seminggu setelah acara selesai, Sabtu dan Minggu, di villa milik orang tua Arlen.

Ya, sebenarnya ini ide Arlen untuk ke puncak dan menginap di villa milik orang tuanya. Awalnya Refan ingin mengajak ke pantai. Namun Arlen dengan suka rela menawarkan ke puncak dan menginap di villa milik orang tuanya. Tentu saja hal itu langsung disetujui oleh Refan. Dan berakhir lah kini mereka di puncak Bogor.

Villa ini cukup—oh bukan, sangat besar. Audi heran untuk apa orang tua Arlen memiliki villa sebesar ini. Memiliki tempat yang sangat besar dan jarang dikunjungi menurut Audi cukup sia-sia. Atau mungkin sering? Dilihat villa ini juga sangat bersih dan terawat. Ah, tidak penting bagi Audi. Setiap villa kan biasanya ada penjaganya.

Dan Arlen ini menyediakan dua villa untuk menginap. Yang satu untuk perempuan, dan yang satu untuk laki-laki. Sungguh semakin membuat Audi heran bisa-bisanya orang tua Arlen memiliki dua villa yang sangat besar, dan bersebelahan.

"Mana sih Raihan ngambil saos sambel aja lama banget?!" Salah satu partner panitia yang Audi ketahui namanya Farah berteriak.

Kini mereka sedang bakar-bakaran di halaman belakang villa. Biasanya acara bakar-bakaran anak sekolahan paling juga membakar jagung, sosis, mentok-mentok daging. Sedangkan bakar-bakaran kali ini ada banyak seafood di hadapan mereka. Mulai dari ikan, cumi, udang, bahkan ada lobster. Saat membuka kulkas tadi pun anak-anak pada langsung ternganga melihat stok isi kulkasnya yang penuh dengan seafood, softdrink, dan puding-pudingan. Tapi mereka semua langsung mingkem saat salah satu di antaranya ada yang menyeletuk, wajar, anak pendonatur terbesar di Wesley School. Beli ginian mah kaya jajan permen di warung.

"Ngambilnya di sebelah, Far. Yang di sini stoknya udah abis."

Suasana di sini sangat ramai. Lampu kelap-kelip menggantung di taman. Ada yang bermain gitar, ada yang sedang duduk di tepi kolam, ada juga yang sedang memanfaatkan suasana untuk menggaet gebetannya. Audi terkekeh saat melihat ada Raihan yang mencoba ngegombalin Calista—Sang Ketua Bidangnya.

"Nih, Di, makan. Nanti lo masuk angin lagi dari tadi kayanya nggak makan apa-apa."

Audi tersenyum. Dia memiliki teman yang peduli. Tangannya dikeluarkan dari saku jaketnya lalu meraih piring berisi berbagai seafood hasil bakaran yang disodorkan Ranya. "Thanks, Nya." Ranya tersenyum, lalu dia pamit masuk ke dalam ingin mengambil gelas kertas.

Audi melahap seafood itu dengan lahap. Ya Allah, nikmat mana lagi yang kau dustakan dari enaknya seafood. Audi merasa kasihan bagi mereka yang alergi seafood. Mereka melewatkan salah satu bagian kalau dunia ini penuh nikmat. Katakan lah Audi lebay. Memang sebenernya begitu.

Heart's on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang