Gadis berumur lima belas tahun berjalan di trotoar jalan yang ramai sambil menenteng paper bag berisi kue tart.
Sepanjang jalan, gadis itu terus bersenandung dengan ceria. Ada beberapa orang yang disapanya saat berpapasan dengan riang, meskipun orang yang berpapasan dengannya nggak dikenal, gadis itu tetap menyapanya.
Hatinya terlalu bergembira menyebabkan keriangannya nggak bisa ditahan ataupun disembunyikan. Dia melampiaskan kerianganya itu dengan menyapa orang yang dilalui atau melaluinya.
Nggak sedikit juga yang menolak sapaan itu, yang disapa ikut menyapa gadis itu, walaupun terkadang hanya tersenyum sebagai tanggapan. Mungkin aura keriangan gadis itu terlalu kuat, sehingga dapat menyebar ke orang-orang yang menyaksikannya sehingga dapat balik menyapa dengan sama riang.
Rambut panjang yang terurai bergoyang-goyang seiring gadis itu melangkah. Tubuh mungilnya sesekali meloncat riang pelan—mengingat dia membawa kue. Tujuannya adalah flat milik seorang pria.
Dia berencana akan memberi sedikit surprise kepada pria itu karna hari ini sedang berulang tahun. Kue yang berada di paper bag di genggamannya adalah kue buatannya sendiri yang susah payah dibuatnya sampai menghabiskan berjam-jam untuk menghiasnya saja. Dia berharap pria itu akan menyukai kue buatannya. Karna pria itu adalah orang terspesial setelah orangtuanya. Dia adalah pacar gadis itu.
Gadis itu sangat menyayangi pacarnya, karna pria itu adalah first love-nya. Dia selalu memberi yang terbaik untuk pacarnya. Meskipun belum terlalu lama berpacaran, tapi mereka berdua sudah tersorot menjadi pusat perhatian pasangan ter-sweet di sekolah.
Gadis itu berhenti berjalan. Dia sudah sampai di depan flat milik pacarnya. Tiba-tiba tangannya bergetar. Degupan jantungnya berkali-kali lebih cepat dari di perjalanan tadi. Gugup. Dia selalu merasakan itu bila akan bertemu pria itu atau sedang bersamanya. Degupan jantungnya selalu berpacu cepat, darahnya terasa berdesir cepat, otaknya terpenuhi oleh pria itu. Selalu.
Gadis itu memejamkan mata sambil menarik nafas dalam dan menghembusnya perlahan. Dikeluarkannya kue tart di paper bag itu. Satu tangan kosongnya menampung kue tersebut dengan mantap. Dia menghela nafas kembali meyakinkan dirinya untuk memasuki flat tersebut.
Tangan lainnya menekan kode pintu sampai menimbulkan suara 'ceklek' tanda pintu terbuka.
Perlahan tapi pasti, tangannya mendorong kenop pintu.
Kosong. Itu yang terlihat dimatanya. Hanya terdapat tembok berwarna putih dengan beberapa perabotan yang berantakan. Dia sedikit terkejut melihat itu, karna flat milik pria itu nggak pernah seberantakan ini.
Kakinya melangkah masuk mengelilingi setiap penjuru flat itu, mulai dari ruang tamu, ruang santai sampai dapur, di dapur dia melihat ada sisa potongan pizza yang masih tedapat di dalam box. Masih cukup banyak, hanya termakan dua slice pizza.
Dia menyentuh pizza itu. Masih hangat. Berarti pria itu kemungkinan besar masih berada di sini.
Kepalanya menengok ke arah satu kamar milik pria itu. Mungkin pria itu ada di sana. Dia melangkah ke depan pintu tersebut. Dengan perlahan dia menurunkan kenop pintu sampai pintu tersebut terbuka.
Setelah terbuka dia berteriak, "SURPR—"
***
Mata berat Audi perlahan terbuka melawan sinar matahari yang mulai terbit dari peraduan. Walau tirai masih tertutup, tapi matahari bisa menerobos bebas ke dalam. Tangannya mengucek kedua matanya lalu menggeliat merenggangkan otot-otot yang kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...