•
•
•Arlen berjalan menyusuri koridor sekolah yang lumayan sepi. Semua kelas sudah kembali ke kegiatan belajar mengajarnya. Siswanya juga sudah duduk di tempatnya masing-masing. Tapi Arlen masih berkeliaran di selasar sekolah tanpa mempedulikan bahwa guru sudah di kelas dan siap menghukum Arlen karena telat masuk kelas.
Tadi dia habis dari kantin untuk memakan somay sendirian. Leon dan Ghazi? Nggak tau deh mereka kemana. Arlen hanya mengikuti kata perutnya yang keroncongan minta diisi. Mungkin saja mereka berdua sudah di kelas atau bisa saja masih di lapangan. Arlen nggak terlalu mempedulikan hal itu.
Di ujung koridor, mata Arlen mendapati sesosok gadis dengan buku di dekapannya yang baru keluar dari toilet. Arlen menajamkan pandangannya untuk melihat gadis itu dengan seksama.
Audi?
Audi berjalan berlawanan arah dari Arlen. Langkah Audi yang tadinya santai, kini menjadi gugup setelah melihat Arlen yang semakin lama langkahnya semakin dekat dengan dirinya.
Audi terus berjalan, kakinya melangkah lebih cepat. Dia mencoba bersikap biasa saja. Tujuannya adalah berbelok di pertigaan koridor yang mengarah ke kelasnya. Dia sudah telat lima belas menit karna tadi tepat bel berbunyi tiba-tiba dia merasakan ada yang aneh pada perutnya, saat dicek, benar saja bulanannya datang. Hal itu membuat dia harus berjalan terbirit-birit ke unit kesehatan untuk meminta pembalut dan segera memakainya. Deva sudah kembali ke kelas duluan. Sesuai permintaan Audi, bahwa Deva harus menjaga jarak agar penyamarannya nggak kebongkar.
Arlen sudah berjarak lima langkah dari Audi. Mata Arlen terus mengamati penampilan Audi yang hari ini lebih nerd.
Degupan jantung kegugupan Audi sudah nggak bisa ditutupi lagi. Saking gugupnya, saat Audi berjarak dua langkah dengan Arlen, buku di tangan Audi jatuh bertebaran ke lantai membuat Audi menggigit bibirnya kuat agar nggak ada umpatan yang keluar.
Bunyi yang ditimbulkan saat buku itu jatuh sangat keras mengingat buku yang dibawa Audi buku ensiklopedia. Dengan cepat tangan Audi meraih buku-buku yang berjatuhan. Tangannya gemetar, keringat dingin bercucuran, ditambah perut yang melilit karna ini adalah hari pertama datang bulan.
Arlen yang berada di depan Audi membantunya meraih buku-buku itu. Namun Audi meraih—lebih tepatnya merebut buku yang baru dipegang Arlen dan langsung berlari menuju kelasnya meninggalkan Arlen yang menatapnya penuh tanda tanya.
Mata Arlen melirik lantai di dekat tembok. Ada satu buku yang tertinggal. Kakinya berjalan mendekati buku itu lalu mengambilnya. Dilihatnya buku yang tersampul rapih itu. Di sampulnya terdapat nama yang nggak terlalu asing baginya.
Audira Ivanna.
11 IPA 2.
Pendidikan Kewarganegaraan.Sejuntai senyuman tipis tercetak jelas di bibir Arlen.
"Ekhrm," dehaman itu memecahkan senyum di bibir Arlen.
"Ngapain tuh senyam senyum?" Leon menyeringai.
"Cie cie cie cie," tambah Ghazi.
"Arlen suka Audi, Arlen suka Audi." Kata Leon seperti anak tk.
Arlen mencibir dan nggak menanggapi omongan Leon dan Ghazi. Sejurus kemudian Arlen meninggalkan mereka berdua dan berlalu ke kelas. Sepertinya setelah ini akan ada cerita menyenangkan. Arlen menyeringai lalu melanjutkan jalannya.
***
Haii akhirnya gue update lagi HAHA
Belakangan ini gue sangat mager untuk menulis. Dan baru hari ini gue mood buat nulis jadi maafkan yaa.
Semoga nggak mengecewakan ya. Walaupun pendek yang penting update mwuhehe.
-barbara🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...