Setelah menghabiskan es kelapa muda milik Raihan tanpa membayar. Arlen dengan motor ninjanya bergegas menyusul Audi yang sudah duluan meninggalkan daerah rumah produksi dengan ojol. Arlen tidak tahu bagaimana cara Audi bisa dengan cepat memesan ojol dan pergi begitu saja. Bisa-bisanya dalam waktu singkat dia sudah tidak terlihat lagi.
Tangan Arlen semakin menarik gas di tangannya menyusuri jalan ibu kota yang cukup padat karena ini jam pulang kantor. Motornya itu di jalankan ke arah rumah Audi. Dia tidak tahu apa alasannya dia mengikuti Audi. Hanya keinginan ... hati?
Bibir Arlen menyinggungkan senyumnya. Membawa keinginan hati, dia memastikan kalau perasaannya ini sudah semakin berkembang.
Didapatinya orang bertas hitam yang Arlen yakini adalah Audi menggenakan helm hijau ciri khas helm hijau. Sejurus kemudian Arlen sudah berada di sebelah motor ojol yang Audi tumpangi saat berada di lampu merah.
Mata Arlen memperhatikan Audi yang sedang mencebikan bibirnya sembari memegang handphone di tangannya. Sekali gerak Arlen menarik handphone milik Audi yang membuat pemiliknya tersentak kaget. Walau teredam helm full facenya, Audi dapat mendengar Arlen berkata, "jangan main handphone di jalan. Nanti dimaling. Gue bakal balikin di rumah lo."
Setelah mengatakan itu lampu merah berganti dengan lampu hijau bertanda mereka harus kembali melajukan kendaraan. Arlen melenggang meninggalkan Audi yang menatap kesal ke orang bermotor besar itu.
Ojol yang membawanya itu bertanya panik, "Eneng nggak apa-apa? Orang itu ngambil hp Eneng ya?"
Sebelum Abang Ojol melajukan motornya untuk mengejar motor Arlen, Audi berkata, "Nggak, Bang. Itu teman saya," walau sebenarnya Audi tidak ikhlas berkata kalau Arlen adalah temannya.
Terihat Abang Ojol tersebut menghel nafas lega, "ya Allah, Neng, saya kira Eneng kejambretan."
Audi hanya tersenyum menenangkan Abang Ojol meski hatinya gondok setengah mati.
***
"Sekarang balikin handphone gue!"
Kini mereka sudah berada di depan rumah Audi. Tangan Audi sudah terulur meminta handphonenya dikembalikan dengan tatapan nyalang.
Arlen mengerucuti bibirnya, "tawarin masuk dulu kek, gue kan udah nolong lo."
"Nolong gue dari mana?! Jelas lo meresahkan gue dengan main narik handphone gue gitu aja. Harusnya gue tadi langsung teriak deh biar lo digebukin warga!"
"Galak banget."
"Emang! Sini balikin!"
Audi berusaha merebut handphone miliknya dari tangan Arlen. Tetapi Arlen dengan sigap menarik tangannya menjauhi Audi membuat Audi bergerak ke sana ke mari demi mendapatkan handphonenya. Tangan Arlen kini berada di atas kepalanya. Audi yang tingginya hanya sebatas hidung Arlen harus berjinjit dan melompat untuk menggapainya. Namun Audi semakin tak berdaya saat Arlen ikut berjinjit. Audi yang sudah pendek terlihat makin pendek di hadapan Arlen.
Akhirnya Audi menyerah membuat Arlen terbahak, "nyerah nih?" ejeknya.
Audi berdecak sebal, tetapi sedetik kemudian dia bergerak cepat memanfaatkan kelengahan Arlen yang sedang tertawa untuk merebut handphonenya. Karena reflek Arlen yang masih gesit, dia memundurkan badannya cepat—walaupun dalam kondisi terkejut—yang membuat Audi kehilangan keseimbangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...