Farewell party adalah acara yang dinantikan namun sekaligus juga disayangkan karena tiba terlalu cepat bagi sebagian besar siswa Sekolah Menengah Atas. Mereka sungguh menunggu-nunggu waktu tatkala berakhirnya seluruh pembelajaran dan ujian untuk kelulusan sekolah, tetapi sangat menyayangkan mengapa masa SMA berakhir secepat ini. Rasanya baru kemarin mereka menjalankan MOS bersama-sama, mengumpulkan tanda tangan anggota OSIS, mengelilingi sekolah untuk membuat denah Wesley School sebagai tugas MOS, menyanyikan yel-yel kelompok, dan sebagainya. Sekarang sudah lulus saja. Waktu berjalan begitu cepat. Secepat itu.
Bagi Audi masa SMA-nya berjalan secepat itu. Tidak terasa dia telah melalui banyak lika-liku drama kehidupan SMA yang cukup berbeda dari murid-murid normal dan tidak pernah dia bayangkan akan terjadi padanya. Begitu banyak naik-turunnya hidup Audi semasa SMA ini. Dari yang dia menjadi anak yang cupu, dirundung—dari yang karena berteman dengan Deva sampai karena dirinya dekat dengan Prince Charming yang mereka banggakan itu—, dirinya yang melakukan adu jambak—sejujurnya Audi geli untuk mengakuinya—di kantin sehingga kebenaran dirinya terungkap, sampai sekarang yang kini Audi telah dikenali sebagai Audira Ivanna Mahardika di seluruh penjuru Wesley School. That 'Mahardika' lumayan—bahkan sangat—mengubah hidupnya.
Setelah nama Audi Ivanna Mahardika muncul ke permukaan, semua berubah hampir 180 derajat. Masih ada saja yang mengolok dirinya, di belakang maupun di hadapannya, tetapi yang mendukung dirinya pun juga banyak. Audi tidak tahu mereka benar mendukung dirinya atau ada maksud lain, Audi berusaha tidak ambil pusing. Dia sudah lebih paham dengan kerasnya hidup dibanding dengan beberapa tahun lalu ketika di London. Setidaknya dia masih ada dua sahabatnya, teman-teman sekelasnya yang pernah menyatakan kalau mereka dulu jarang mengajak ngobrol Audi karena segan—sejak saat itu Audi sering ikut serta dalam obrolan mereka—, dan ... Arlen. Beserta kedua teman Arlen itu juga mungkin?
Kata Deva, di mana pun kita berada, selalu ada orang yang tidak menyukai kita. "Nggak usah lo pikirin. Buang-buang energi. Lebih berfaedah kalau lo mikirin orang yang peduli dengan lo," begitu katanya waktu itu. Audi akui yang Deva katakan memang benar adanya. Orang tua Audi juga terlihat lebih senang(?) ... dengan Audi yang seperti ini. Hal itu juga yang meringankan hati Audi sebagai dirinya yang menyandang nama Mahardika di hadapan orang-orang.
Tidak perlu over thinking.
Well, saat ini Audi sedang bersama Nadhita, mencoba dress pesanan mereka di salah satu butik di ibukota—milik tantenya Nadhita—yang mana dress tersebut akan dipakai untuk acara farewell party Wesley School nanti malam. Pilihan model dress yang Audi pilih adalah a simple a-line gray dress yang panjangnya menyentuh lantai, dengan detail payet di bagian badannya dan bagian lengan atasnya yang diberi potongan dari bahan tulle menambah kesan manis dress tersebut dan juga si pemakainya.
Sebenarnya Audi rada sangsi untuk membuat dress yang kemungkinan hanya dipakai sekali olehnya. Dress-dress kayak gini kan nggak mungkin sering dipakai oleh Audi, tetapi dia juga tidak terlalu banyak memiliki dress pesta di rumahnya. Dia tidak pernah lagi mengikuti acara apapun itu yang berbau dengan celebration or something mengingat Audi pernah ansos. Terakhir kali ya waktu acara pembukaan hotel baru Papa itu. Setelah itu, sudah. Mau memakai dress zaman dia di London? Udah pada kekecilan pasti. Jadi, ya sudah akhirnya Audi memilih membuat dress. Mungkin setelah digunakan dress tersebut akan dititipkan di butik tantenya Nadhita untuk disewakan agar tidak mubazir.
"You're absolutely beautiful, Di!" ucap Nadhita dengan mata yang berbinar setelah Audi keluar dari fitting room untuk mengganti baju dengan dress yang melekat sangat pas di tubuhnya itu.
"Isn't me, but the dress. Jangan berlebihan," Audi terkekeh, "Ini gue juga kan belom make up...."
"Haduh, Mbak Audi. Mau lo nggak make up juga udah cakep kali!" Nadhita berkata gemas sebelum dia memutar bola matanya malas. "But okay, forget it. Gue baru inget lo nggak seberapa suka dipuji. Kalau gitu liat gue. Am I look that beautiful? I mean the dress. Gimana? Kelebayan atau gimana nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's on Fire
Teen FictionAudira Ivanna Mahardika. Gadis cantik yang berpura-pura menjadi nerd untuk mencari teman yang tidak mengincar hartanya. Ia dulu pernah bersekolah di London, namun semua temannya hanya mengincar hartanya saja. Termasuk mantan pacar nya saat itu yang...