Chapter 2

11.2K 375 7
                                    

"Siapa Dia tuan" tanya pak Didin, Revan hanya mematung masih terkejut.

"Saya juga tidak tahu Pak..." Revan menjawab pertanyaan Pak Didin tanpa memalingkan pandangannya pada hasil temuannya.

"Tolong! Tolong saya! Tolong saya" kata gadis yang berada dibagsi Revan, tubuhnya dari paha terekspos bebas memaerkan kulit mulusnya.

"Tolong sa..ya..." suara gadis itu semakin lirih. Revan memeriksa kondisi gadis itu. Tubuhnya demam tinggi dan ada luka lebam dipipi serta diujung bibirnya. Dengan sigap Revan mengangkat tubuh mungil yang kini terkulai tak berdaya itu dengan begitu mudahnya. Gadis itu adalah Nuraini yang kabur dari laki-laki hidung belang yang mencoba menodainya.

"Pak tolong bukakan pintu" pinta Revan sembari mengangkat tubuh Nuraini ala bridal. Setelah pintu terbuka Revan langsung bergegas menuju kamar tamu yang berada dilantai dasar. Dia meletekan tubuh kecil itu dengan sangat hati-hati.

"Pak tolong ambilkan air hangat dan handuk kecil..." perintah Revan, Pak Didin yang menerima instruksi langsung berlari keluar ruangan.

"Aku harus mengganti pakaiannya, tapi Bibi sedang pulang kampung" ucap Revan.

"apa boleh buat" kata Revan lagi, meski ragu-ragu Ia tetap memberanikan diri menyentuh tubuh kecil yang kini sedang menggigil kedinginan itu. Revan melangkah menuju almari besar yang hampir semuanya terdapat pakaiannya. Setelah meilih kemeja panjang berwarna putih Ia kembali menghampiri Nuraini. Revan sejenak menatap wajah manis perempuan dihadapannya. Hatinya berdesir hebat dadanya bergemuruh ada gelenyer-gelenyer halus yang tiba-tiba menelusup dalam hatinya.

"Cantik...." ucap Revan, namun Ia menggelengkan kepalanya mengusir kekagumannya.

"Maafkan aku, ini darurat, kalau aku tidak mengganti pakaianmu kamu bisa mati" ucap Revan pelan.

Terlihat beberapa kali Ia meneguk ludahnya. Ia dudukan tubuh kecil Nuraini untuk membuka gaun basah yang melekat ditubuhnya, Revan seperti sedang memeluk Nuraini, bau mawar dan alkohol menyeruak menyentak indera penciumannya. Revan semakin terbuai oleh harum tubuh perempuan yang kini seolah ada dalam dekapannya, Ia sandarkan kepala Nuraini diatas dadanya yang bidang, kalau saja perempuan itu dalam keadaan sadar pasti Ia akan mendengar jelas degup jantung Revan yang berdetak dua kali ekstra lebih cepat.

"Tuan Ini..." pak Didin yang masuk tiba-tiba terkejut melihat posisi Revan yang memeluk gadis itu. Sementara Revan Ia tersentak kaget dan malu pada dirinya sendiri.

"Pak Didin tunggu sebentar diluar" perintah Revan, pak didin mengerti dan hendak menutup pintu.

"Tidak perlu ditutup pintunya Pak"
Pak Didin mengangguk dan membiarkan pintu kamar terbuka.

"Bisa-bisanya aku berfikir kotor disaat seperti ini" gumam Revan mengutuk dirinya sendiri. Revan kembali melanjutkan aktifitasnya, dengan sembari mentup matanya rapat-rapat, setelah gaun terlepas Ia menggantinya dengan kemeja putih yang tadi dipilihnya.

"Pak Didin boleh masuk!" Perintah Revan setelah Ia kembali menidurkan dan menyelimuti gadis itu. Tak berapa lama kemudian Pak Didin kembali masuk dengan mata fokus pada keadaan Revan dan gadis itu.

"Ini Tuan" pak Didin menyerahkan baskom kecil dan handuk bersih.

"Tidak terjadi apapun pada kami Pak Didin..." ucap Revan menyadari gelagat Pak Didin yang sejak tadi menatapnya penuh tanya.

"Tuan muda tahu saja kalau saya sedang.." sebelum kalimat pak Didin lengkap Revan langsung mengintrupsi agar Pak Didin diam.

"Pak Didin masih betah tinggal disini'kan" ucap Revan dingin.

"Masih tuan" jawab pak Didin ketakutan kalau-kalau Revan akan memecatnya.

"Bukankah pos sedang kosong, apa mau ada orang lain yang menjaganya" lanjut Revan.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang