Chapter 65

4.1K 195 40
                                    

Asalamualaikum..
Happy Reading, Happy Write
Satu episode terakhir
Follow Ig @darta_kazehaya
.

.......................................................................

"dan masih banyak lagi kenapa Dia pergi... " ucap seseorang yang sukses mebuat Revan, Rico dan Felisha menoleh kearah orang yang tiba-tiba datang. Gadis manis itu berjalan menatap tajam kearah mereka. Khususnya pada Revan.

"Marwah.... " Felisha langsung berhambur menghampiri Marwah.

"kapan kamu sampaikan" setelah mereka melakukan ritual cewek "cipika cipiki".

"barusan, tadinya kesini aku langsung mau aja kamu untuk mencari Kak Nur" terang Marwah.

"koq kamu kesini, tesis Kak bagaimana di Singapore"

"alhamdulillah dosen pembimbingku ada pertemuan internasional di Amsterdam jadi satu minggu aku bebas penelitian. Tapi setelah aku dengar Kak Nur pergi aku langsung memutuskan untuk pulang"

Kedua gadis itu menyudahi basa baginya, lalu kembali keritik tuju mereka yaitu Revan dan tentang kepergian Nuraini.

"maksudmu dengan masih banyak lagi apa Wah" tanya Rico, sementara Revan hanya berdiam sembari menatap sendu tespack yanh kini ada di genggamannya. Aor matanya yang menelesak ingin keluar Ia tahan sebisa mungkin.

"Iyah masih banyak. Kak Revan....!" Marwah mulai membuka pembicaraannya. Revan yang merasa terpanggil langsung mengangkat wajahnya melihat ekspresi Marwah yang terlihat marah dan sedih secara bersamaan.

"sebenarnya aku sudah memperkirakan ini akan terjadi tapi  tidak aku sangka akan secepat ini" Marwah melanjutkan kalimatnya.

"setiap malam aku berdoa "Ya Allah jagakan kakakku disana sendirian, karena hanya aku yang tahu betapa menderitanya dia. Kalian tidak akan pernah tahu betapa tersiksa batin dan hatinya"

"maksudmu apa Wah, pada intinya saja jangan membuat kakak making pusing" tuntut Revan meminta kejelasan kalimat Marwah. Kalimat yang mengisyaratkan bahwa Nuraini tidak pernah bahagia hidup bersamanya.

"kakak tahu tidak waktu tangan Kak Nur terluka di puncak.?" tanya Marwah dengan nada dan mata berkaca-kaca.  Revan hanya mengangguk.

"kakak tahu itu kenapa..?" lanjut Marwah.

"jatuh terpeleset karen licin? " Jawab Revan setuhu apa yang Ia dengar dari Nuraini.

"kakak percaya itu"

Revan terlihat ragu walau pada akhirnya dia mengangguk. "luka yang Kak Nur dapatkan itu bukan karena jatuh terpeleset lantainya licin, tapi karena di jegal kakinya Oleh Tante Liza" terang Marwah yang membuat Revan dan Rico terperanjat terkejut.

"jangan main-main kamu Wah, aku tahu Kamu tidak pernah menyukai Mamaku tapi tidak perlu memfitnahnya seperti itu agar hubungan kami hancur" ucap Rico tersulut emosinya.

"Allah dan Ibu-ibu dapur saksinya..." jawab Marwah tegas.

"Kalau kalian tidak percaya kalian tanyakan saja sama Ibu-ibu dapur. Mereka tahu persis kejadiannya seperti apa. malam itu setelah acara dia cuma bacakan potongan surat Al-imran padaku, Dia hanya bilang sama aku "Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar. Aku ingin Allah mencitaiku karena kesabaranku. Dan suatu saat Insyallah aku pun akan menunggu ibu mertuaku mencintaiku dengan kesabaranku juga. Dan jika waktunya aku tidak bisa menunggu dan kuat menahan ujian kesabaran, aku akan pergi koq, jadi kamu tenang saja" dia cuma bilang seperti itu. Kakak tahu walau pun dia diperlakukan tidak baik oleh tante Liza, dia tetap menjaga kehormatan Ibu mertuanya seperti menjaga kehormatan suaminya. Tidak pernah berkata buruk bahkan kasar. tapi entah kenapa dia menyerah aku tidak tahu, kak Revan Masyallah hatiku sakit... Sakit sekali pas kakak dan Kak Nur baru sampai, mata-mata mereka memandang rendah, memandang hina kak Nur. Bahkan ada yang terang-terangan menolak salaman dengan Kak Nur" ucap Marwah sesekali menghapus air matanya yang tanpa ia paksa meluruh begitu saja.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang