Revan dan Nuraini berjalan berdampingan layaknya pasangan yang sedang dimabuk cinta, tangan mereka seperti menggunakan lem perekat sehingga terus bertautan dari mereka masuk supermarket sampai mendorong troli belanjaan. Mereka sukses mencuri perhatian bukan hanya soal romatis tapi perbedaan dari keduanya, Nuraini yang terlihat sederhana tapi Revan meski dengan hanya menggunakan kaos, celana jeans dan sweater seperti tidak bisa menutupi pesonanya.
"mas sepertinya mereka memperhatikan kita" bisik Nuraini sembari memilih dan milah sayuran yang akan mereka beli.
"biarkan saja, toh mereka tidak mengenal kita dan kita tidak mengenal mereka jadi cuek saja" jawab Revan yang juga ikut memilih sayuran.
Setelah dirasa cukup mereka mencari bahan makanan lain.
"mau cemilan nggak?" tanya Revan sembari kembali menautkan tangannya pada jemari Nuraini.
"boleh... Tapi apa enaknya. Kripik, Chiki, atau kacang" ucap Nuraini sembari mengabsen makanan yang ada dikepalanya.
Revan hanya tersenyum mendengar kemauan Nuraini yang g sederhana. Sepanjang pernikahan mereka yang ketiga bulan Nuraini tidak pernah meminta hal yang mater secara berlebih padahal Dia pernah memberikan sekotak perhiasan untuk Nuraini tapi sampai detik ini Dia tidak pernah melihat Nuraini memakainya, hanya Cincin pernikahan yang melingkar anggun dijari manisnya.
"terserah Kamu saja yang aku ikut saja apa yang kamu mau" Ucap Revan sembari mendorong troli belanjaan mereka. Tapi ketika Kakinya baru saja melangkah beberapa langkah saja troli yang Ia bawa seperti menabrak sesuatu.
"maaf.. Maafkan says. Saya tidak sengaja" Ucap si penabrak.
"tidak.. A... " kalimat Revan terpotong ketika melihat siapa yang menabrak Trolinya. Perempuan tinggi semampai dengan dibalut mini dress dengan rambut yang dibiarkan tergerai begitu saja dibahunya. Mata Revan membulat selebar -lebarnya karena perempuan yang ada dihadapannya adalah perempuan yang sama sekali Ia ingat wajahnya, jangankan wajahnya Namanya saja Ia tidak pernah Ia ingin dengan.
"Revan.... " Ucap perempuan itu dengan wajah terlejut.
"maaf anda salah orang" Ucap Revan singing lulu berjalan dengan menggenggam tangan Nuraini dengan erat.
"Mas, tanganku sakit" ucap Nurani yang merasa kalau genggaman Revan berubah menjadi remasan.
"tunggu, Revan...!" panggil perempuan itu susah payah mengejar Revan yang berjalan cepat.
"mas Revan itu ada orang yang memanggil" ucap Nuraini dengan langkah terseok karena di taril paksa Revan.
"aku tidak mengennya. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini" ucap Revan terus bergegas menuju kasir.
Revan langsung menyerahkan barang belanjaannya kekasir untuk dihitung totalnya, terlihat perempuan itu sedang berbincang dengan laki-laki yang jelas sangat Ia kenal, hanya butuh beberapa menit prosesi jual beli setelah itu Ia kembali bergegas meninggalkan supermarket dengan Nuraini yang mencoba mensejajari langkah besar Revan.
"sebenarnya ada apa mas, kenapa kamu terlihat marah.." ucap Nuraini setelah mereka didalam mobil.
"masa! Aku marah belanja dengan wanita secantik ini... Kamu pasti bercanda kan" ucap Revan dengan senyuman yang manis seperti biasa.
"tadi wajah kamu ditekuk terus terus aneh lagi... Kamu kenapa sih"
"aku lapar... Ayo pulang, aku ingin sayur asem" ucap Revan sembari menjalankan mobilnya. Nuraini hanya diam mengikuti keinginan Revan.
Revan terlihat mengemudi dengan tidak tenang, Nuraini bukan tidak tahu hanya saja dia harus mencari tahu alasan kenapa Revan bertingkah aneh, Ia memperhatikan tangannya yang memerah karena ditarik paksa oleh Revan. Tiba-tiba Revan menghentikan laju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
CasualeCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...