"Pelan-pelan nge-gasnya kak!" teriak gadis cantik pada Nuraini, siapa lagi kalau bukan Felisha. Mereka sekarang sedang belajar disebuah tanah lapang tak jauh dari komplek perumahan Revan. Sementara dikejauhan Revan dan Rico melihat Nuraini dengan geli, tak henti-henti senyum mengembang dari bibir mereka, khusunya Revan yang melihat Nuraini begitu kaku mengendarai naik motor.
"kenapa tidak kakak ungkapkan saja perasaan kakak ke Nur, aku tidak keberatan kalau Nur jadi kakak iparku" ucap Rico sembari menatap lurus kedepan memandangi Nuraini dan Felisha yang tengah serius belajar mengendarai speda motor. Revan menoleh sejenak kearah adiknya itu, lalu kembali berpaling pada pandangan awalnya.
"Aku belum siap Co, kalau cewek lain mungkin aku bisa dengan mudah mengobral janji. Tapi dengan Nuraini berbeda, aku ingin dia merasakan perasaanku perlahan-lahan tanpa kesan ada keterpaksaan"
"Keterpaksaan, maksud kakak!" ucap Rico kini pandangannya benar-benar beralih pada Revan, Revan pun sama. Ia menyesap coffe cupnya yang mulai dingin.
"Iya keterpaksaan, keterpaksaan kalau dianatara kami ada jarak yang nyata, seperti antata boss dan bawahan, seperti aku yang hidup masih jauh dari agama, atau mungkin Nuraini sedang berfikir cinta antara si miskin dan si kaya itu hanyalah kisah dongeng, kisah yang hanya ada di sinetron kacangan! Aku hanya ingin Nuraini merasakan kalau aku mencintainya, mencintai segala yang ada didalam dirinya. Segala kekurangan dan kelebihanya tanpa memandang siapa dia dan dari mana dia berasal. Begitu pun Nuraini. Aku juga ingin dia merasaakan kalau aku adalah laki-laki yang pantas untuk dia cintai. Kakak tidak mau tergesa-gesa hingga akhirnya membuat dia takut dan menjauh dari kakak, kakak hanya butuh moment yang tepat" ucap Revan, Rico hanya mengangguk mengerti.
"Tapi kenapa kakak memilih Nuraini, Dia tidak cantik, dan agak sedikit aneh!"
" kalau kamu bilang Nuraini tidak cantik kamu salah besar Co, lihat dari sudut pandang yang berbeda, liat ekspresi malu-malunya yang kebalikan dari cewek jaman sekarang, bukan malu-malu mereka malah berani dan seronok bahkan terkesan afresif yang akhirnya membuag kita malu. Lihat bagaimana ekspresi ingin tahunya, dia bukan untuk dikerjakan, tapi lebih ke menimbang segala konsekuensinya, bertentangan tidak dengan ajaran islam, dia bukan punya pemikiran kolot, tapi lebih kepada punya prinsip. Lihat bagaimana mana dia menjaga diri, kalau kebanyakan perempuan memakai baju kurang bahan, dia malah nenutupnya rapat-rapat, Nuraini itu ibarat puteri raja, masyatakat yang jelata tidak akan bisa menyentuhnya hanya orang-orang terhormat yang boleh menyentuhnya, dijaga oleh pengawal-pengawal super hebat yakni aqidah, akhlak dan hati yang tulus, entahlah setiap kakak melihat matanya kakak selalu mati kutu, berbeda dengan perempuan yang pernah kakak kenal."
"Sepertinya berat ya mendapatkan Nuraini"
"Ya begitulah, untuk mendapatkan mutiara kamu harus jauh menyelam kedalam dasar lautan, begitu pun untuk mendapatkan Nuraini kamu harus jauh lebih baik, dan itu yang sedang kakak lakukan, mencoba memantaskan diri untuknya"
"Jadi kakak sudah mulai sholat" Rico terlihat senang.
"Untuk sholat belum, tapi untuk discotic, alkhol dan main-main cewek, sudah bulan lebih kakak tidak menyentuhnya"
"Aku kira sudah mulai sholat"
"Proses Co, proses! Tidak bisa langsung instant!"
"Iya, juga sih" jawab Rico singkat, keduanya diam menatap lurus kedepan, larut dalam fikiran masing-masing.
"Lalu bagaimana denganmu Co, kakak lihat kamu dekat dengan Felisha, bahkan kakak berani bertaruh kalau kamu punya rasa pada Felisha yang berkeinginan berhijab seperti Nuraini?" tanya Revan tiba-tiba mengejutkan Rico, orang sejak dulu tidak bisa Ia bohongi dan kalahkan adalah kakaknya, bahkan soal perasaan pun Kakaknya tahu mana saat Ia berkata jujur dan bohong Kakaknya itu hafal sekali dan itulah kenapa dia tidak mau berurusan dengan kakaknya, hanya akan memperumit dan mempermalukan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...