Chapter 44

6K 183 10
                                    

Seseorang tengah bergelut dengan masakannya, bau harum makanan semerbak menggoda Indra penciuman siapa saja yang melewatinya, beberapa kali Ia membuka bumbu resep olahan makanan, Ia mengikuti petunjuk yang tertera disana.

"All done, sepertinya cukup enak" ucapnya sembari mencicip makanannya di telapak tangannya.

"Sekarang tinggal sentuhan terakhir. Telur mata sapi.. akh itu biasa telur mata hati.. hahhaahahaha" ucapnya sembari tertawa renyah. Dengan satu ketukan agak keras Ia membuka cangkang telur yang rapuh setelah margarin dalam wajan mencair.

"Semoga dia suka..."  Gumamnya dalam hati sembari meletakan telur hasil olahannya diatas nasi goreng.

Dengan semangat Ia membawa nasi goreng buatannya berserta segelas susu hangat dismapingnya ada sebotol kecap yang selalu Ia sediakan setelah membuat Nasi Goreng. Satu demi satu Ia tapaki anak tangga dengan penuh kepercayaan diri kalau makanannya sudah layak dinikmati, setelah pada anak tangga yang terakhir Ia perlahan membuka pintu kamarnua., Disana tertidur seorang bidadari berbulu mata lentik dengan mata berwarna cokelat dibalik kelopaknya. Dia perlahan-lahan membuka pintu dengan sangat hati-hati sembari menjaga keseimbangan baki di genggaman tangannya ketika tangan satunya membuka pintu. Setelah sampai Ia letakan baki itu diatas nakas.

"Yang bangun..." Katanya sembari mengelus lembut pipinya yang ranum. Namun orang yang dibangunkan tak bergeming sedikitpun, janagnkan bergeming menggeliat pun tidak.

"Yang bangun, kalau tidak aku cium nih.." ucapnya lagi sekarang tangannya beralih dari pipi kerambut hitam legam orang yang tertidur itu.

"Satu dua, tiga..." Sebuah kecupan lembut bersarang dikening gadis itu.

"Astaghfirullah..." Katanya terperanjat kaget melihat wajah tampan laki-laki tepat di hadapan wajahnya.

"Makanya bangun, jangan-jangan gak mau bangun pengen dicium lebih ya.." goda laki-laki itu.

"Hush, dasar mesum..." Sungut gadis itu.
"Jam berapa sekarang?" Tanyanya.

"Jam enam" lirik laki-laki pada jam dinding besar.

"Apa, Koq aku gak dibangunin... Aku kesiangan shubuhnya..." Cerosos perempuan itu lagi, sementara laki-lakinya hanya menggaruk rambutnya yang tidak batal.

"Kamu kan capek yang, baru pulang dari gunung, mas gak tega.."

"Gak ada alasan.. awas dulu aku mau wudhu..." Katanya sembari menyingkap selimut. Dan bergegas turun dari ranjang.

"Jangan coba-coba makan nasi gorengnya..." Ucapnya sembari meninggalkan laki-laki itu yang tersenyum lebar.

"Itulah istriku... Selalu punya kejutan.." ucapnya dengan senyum semakin mengembang. Sejurus kemudian Ia melihat isterinya berdiri menghadap kiblat Ia perhatikan baik-baik wajah istrinya yang begitu teduh.

"Aku adalah laki-laki paling beruntung di dunia karena memiliki isteri sepertimu..." Gumamnya dalam hati.

"Jangan lihat-lihat, aku sudah punya suami loh..." Ucapnya.

"Hmm... Pasti laki-laki itu paling beruntung"

"Tidak tahu... Mungkin paling beruntung atau mungkin sebaliknya, soalnya istrinya seperti saya, orang yang gak baik dan juga pintar"

"Kalau isterinya jelek dan tidak cantik mana mungkin laki-laki itu mau berjuang sedemikian kerasnya untuk mendapatkan cintanya"
Perempuan dalam balutan mukena itu hanya tersipu malu.

"Sudah-sudah, cukup malu-malunya sekarang cobain dulu masakan chef Revan" ucapnya bangga. Nuraini berdiri dengan masih berbalut mukena lalu duduk di samping Revan, dan perempuan yang duduk disampingnya tentu saja adalah Nuraini.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang