"Ai, apa ka-mu punya waktu" tanya Revan dengan nada gugup.Nuraini dan Revan duduk berhadapan di ruang tengah. Nuraini hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Revan sembari menatapnya dengan tanda tanya besar.
"Ai... aku ingin membicarakan hal penting denganmu, bisa?"
Lagi Nuraini hanya mengangguk, Revan menarik nafas dalam-dalam, keringat dingin bercucuran di dahinya, entah mengapa suaranya terasa sangat sulit ia keluarkan. Nuraini diam memperhatikan wajah tegang Revan dengan tatapan
menunggu."Aku...! Bagaimana ya mengatakannya"
"Mas Revan mau bicara apa, masakannya nanti dingin loh!" Ucap Nuraini. Sekali lagi Revan menarik nafasnya, kali ini lebih dalam. Setelah dirasa tenang Ia mulai mengutarakan kalimatnya.
"Ai! A-ku, aku mencintaimu....!" Ucap Revan secepat kilat.
"A-apa" ucap Nuraini tak percaya, jelas saja Ia tak percaya mengingat dia dan Revan adalah dua pribadi yang amat sangat jauh berbeda, dilihat dari sudut pandang mana pun mereka tidak pantas sama sekali, untuk itulah kenapa Nuraini menanyakan kembali kalimat yang baru saja di dengarnya.
"I-ya, aku mencintaimu, dan aku ingin meminangmu!" Kalimat Revan semakin tegas dan mantap, Nuraini semakin terkejut hingga matanya melebar-selebarnya.
"Mas Revan, masakanku tidak keasinan'kan?" Tanya Nuraini, Revan menggeleng pasti.
"Tidak kemanisan'kan?"
Lagi Revan menggelengkan kepalanya.
"Tapi kenapa Mas Revan jadi ngelantur seperti ini?"
Revan menaikan alisnya mencium sesuatu bahwa Ia akan ditolak.
"Aku serius Ai, aku ingin meminangmu jadi isteriku"
Nuraini termenung, kejutan hari ini seolah seperti baru pertama kali dibelikan baju lebaran. Senang, haru dan juga sedih bercampur menjadi satu.
"Bagaimana Ai? Apa kamu mau" tanya Revan karena sejak tadi melihat Nuraini hanya diam tak memberi jawaban. Nuraini menatap lekat-lekat wajah tampan Revan, mencari keraguan disetiap penekanan kata-katanya, disana hanya ada kesungguhan.
"Ai, kamu belum menjawab pertanyaanku? Apa kamu mau menikah denganku"
"Haruskah dijawab sekarang mas?" Ucap Nuraini ragu, baginya ini terlalu tiba-tiba. Revan mengangguk penuh kesungguhan.
"Aku mau Mas, aku mau menikah denganmu" jawab Nuraini pelan sembari menunduk.
"Kamu benar mau menikah denganku..." Revan menegaskan pertanyaanya dengan senyuman semakin terbit disudut bibirnya.
"Beneran!"
Nuraini hanya mengangguk pasti, "akhh........."teriak Revan kencang.
"Mas Revan awas jatuh...." teriak Nuraini, terdengar suara benda jatuh cukup keras.
Revan mengkerjapkan mata-matanya, pandangan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Nuraini dengan ekspresi bingung.
"Mas Revan! Mas tidak apa-apa?" Tanya Nuraini. Revan menggelengkan kepalanya bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Mas Revan tidur koq teriak-teriak sampai jatuh pula, Mas Revan kenapa? Mimpi buruk ya"
"Mimpi..." ucap Revan kaget. Ia memperhatikan penampilannya yang terjerembab jatuh diantara sofa dan meja kaca dengan masih berselimut bedcover yang Ia pakaikan pada Nuraini semalam. Nuraini hanya menjawab pertanyaan lebih tepatnya pernyataan Nuraini dengan sebuah anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...