Maaf ya kalau gak nyambung, silahkan dibully.. Sudah terbiasa. Tapi ngebully-nya sambil comment, vote sama follow ya biar sering2 ngebully.. Okeh. Tengs semuah..
-----------------------------------------------------------
Mata Nuraini mengekerjap, kepalanya terasa amat sangat berat karena terlalu banyak tidur, Ia menoleh jam yang menunjukan pukul sepuluh pagi, menyingkap selimutnya lalu bergegas mengambil air wudhu untuk mendirikan Dhuha.
Mual di perutnya masih terasa walaupun tidak separah tadi pagi. Nuraini diam menghadap kiblat kembali bertafakur dan berbicara bersama Allah Ajja wazala tentang keresahan hatinya, keresahan yang entah harus bagaimana Ia menyijapinya. Lagi, hati putihnya meminta diam dan tinggal disisi Revan, tapi sebagian darinhatinya yang lainnya menolak bahkan seolah lantang memintanya untuk segera pergi dari kehidupan Revan.
"kenapa kamu bertahan pada orang yang hanya mengasianimu, apa kamu pengemis, apa kamu tidak punya harga diri... Disini kamu tidak ada yang menerima, semua keluarga Revan tidak menyukaimum kamu hanya gadis kampung yang tidak berpendidikan. Kamu mau tiap hari makan hati terus hmm... Kamu mau tiap hari hanya melakukan kegiatan suami isteri hanya karena Revan kasihan padamu dan kamu hanya berbalas budi, bukan karena dasar cinta. Punya harga dirilah sedikit kamu Nuraini, Punya malu lah, kamu harus sadar diri kamu berasal dari mana?" terus saja kalimat itu berdengung dikepalanya, Ia memejamkan matanya sembari berdoa, memohon ditangguhkan hatinya bahwa ini adalah jalan yang terbaik untukknya terlebih untuk Revan.
Lama Nuraini tenggelam dalam shalatnya, airmatanya berderai, seperti mengisyaratkan luka hati dihatinya yang teramat. Dia diam bertafakur mengingat semua kenangan indahnys bersama Revan, kenangan yang justru membuat sekujur terasa berat untuk pergi.
"sudahlah semakin aku memikirkannya, semakin berat aku untuk pergi, aku harus bisa... Aku harus kuat" ucap Nuraini meneguhkan. Nuraini mulai memasukan barang-barangnya kedalam koper.
Setelah itu Ia meletakan surat yang sudah Ia tulis sebelumnya berserta seluruh tabungan yang pernah diberikan Revan untukknya, tabungan yang sepeserpun belum pernah Ia gunakan, dia hanya membawa uang yang Revan berikan sebagai maharnya dulu.
"maafkan aku Mas, maafkan aku..."
Nuraini memperhatikan seluruh sudut kamarnya, satu persatu reka ulang singkat hal romantis muncul dikepalanya membuat pertahanan keyakinannya untuk pergi kembali runtuh. Dengan berat hati ia menutup pintu kamar seolah menutup kisah hidupnya bersama Revan."tidd..." Revan menekan klason dibalik gerbang, Pak Joko yang biasa berjaga langsung sigap membuka gerbang.
"wah tuan tumben sekali jam segini pulang?" tanya pak Joko sembari mempersilahkan masuk.
"iyah Pak, ada berkas penting yang tertinggal"
Tak ada pertanyaan lanjutan, Revan langsung memarkirkan mobilnya didepan rumah, saat dia turun Nuraini keluar dari rumah, Nuraini terkejut setengah mati melihat Revan berdiri tepat dihadapannya.
"Maaas... Rev..an" ucap Nuraini gugup. Sementara Revan menautkan alisnya bingung melihat Nuriani yang mati kutu dihadapannya.
"Yang... Ka.. Kamu mau kemana?" tanya Revan bingung melihat Nuraini membawa bawaan yang banyak.
"Mas...?" ucap Nuraini mulai terisak.
"kamu... Kamu mau kemana, kenapa bawa koper segala, ayo masuk, kita bicara" ucap Revan sembri mencoba merbut tas Nuraini.
"maafkan aku Mas, aku harus pergi" Nuaini menepis tangan Revan.
"kamu kangen Ibu, ayo lita ngobrol di dalam, nanti sore kita kerumah Ibu"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...