Chapter 49

4.9K 218 15
                                    

Ntor pengen banyak minta maaf ini.. Pertama slow update, karena kerjaan yang gak kelar2 jadi sedikit menyita perhatian... Dan yang kedua ceritanya makin ngaur... Afwan jiddan.. Mudah-mudahan masih berkenan sama kisah Revan-Ai.

Jangan lupa bintang sama coret-coret dibawah ya

"

kapan... " ucap Revan sembari terus melirik Nuraini.

".........."

"insyallah, nanti Revan kabari lagi. Assalamualaikum" Revan memutuskan pembicaraannya.

"Ibu bilang apa Mas?" tanya Nuraini penasaran karena sejak tadi Revan melihatnya dengan pandangan khawatir.

"mama bilang kalau kita.... " Revan seperti berat mengatakan hasil dari perbincangannya dengan mamanya. Semua hening, Nuraini yang diam menunggu jawaban Revan dan Revan diam karena tergagu harus bicara apa. Sepertinya percakapan singkat antara Revan dan mamanya begitu serius sehingga mampu membuat seorang Revan terdiam.

"kalau kita?" Nuraini nampak tidak sabar dengan lanjutan kalimat Revan.

"kalau kita diundang hadir ke acara tujuh bulanan aunty-ku" terang revan.

"tuti itu siapa mas, perasaan keluarga mas gak ada yang namanya tuti..." ucap Nuraini sembari mengingat nama-nama keluarga besar Revan yang hanya beberapa yang Ia tahu.

"bukan Tuti, tapi aunty itu bibiku Yang, lha katanya udah gak norak" ucap Revan sambil terkekeh geli.

"ya tapi kan gak secepat itu mas, diantara kita itu banyak sekali yang harus disesusikan" ucap Nuraini sedikit ngambek.

"iya Yang, kita belajar sama-sama ya " ucap Revan menenangkan Nuraini.

"jadi bagaimana kita datang nggak Mas"

"menurut kamu bagaimana Yang"

"aku ikut kemana imamku pergi"

"kalau begitu kita datang, tapi nanti malam kita belanja dulu ya buat auntyKu" pinta Revan,

Nuraini hanya mengangguk mengiyakan.
Pukul lima sore selepas Revan pulang kantor, mereka pergi kesalah salah satu mall untuk mencari hadiah, Revan nampak menikmati perjalanan berdua dengan Nuraini, apalagi malam ini Nuraini nampak berbeda, Ia sedikit lebih bisa menyusaikan penampilannya yang biasa terlihat biasa kini lebih terlihat berbeda, walaupun pada dasarnya Nuraini sudah cantik. Tapi hal yang membuatnya bersyukur adalah Nuraini Sam sekali tidak merasa sedih kalau membicarakan segala sesuatu hal tentang anak.

Seperti biasanya Revan akan menggenggam tangan Nuraini erat sembari mencuri pandang wajah Nuraini yang bersemu merah alami.

"Yang... kamu dari tadi nunduk terus kenapa?" tanya Revan penasaran.

"bagaimana aku tidak nunduk mas, dari tadi kamu melihatku sepeti itu... "

"masyallah Yang... Yang, aku ini suamimu ya wajar kalau aku liatin kamu, memang kamu mau aku liatin cewek itu tuh" ucap Revan sembari menunjuk seorang wanita berkendara motor dengan celana "hotpants"

"coba aja kalau berani... " ancam Nuraini.

"ya makanya, dari pada yang haram mending yang ini, selain halalan toyiban, berpahala lagi.. " ucap Revan semakin menggoda Nuraini.

"Yang, malam ini kamu cantik.... Cantik sekali" ucap Revan tulus, Nuraini hanya memberikan senyuman termanisnya.

"sini sandaran dibahu aku" Nuraini menurut Ia bersandar dinahu Revan yang bidang.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang