Chapter 40

5.5K 163 4
                                    

Suasana hening, jarum jam seolah tak bergeming dari angka sembilan malam, sesaat setelah Revan sampai di rumah sakit Pasien yang Ia bawa langsung dilarikan ke ruang Unit Gawat Darurat. Revan beberapa kali meremas rambut dan memintal jemarinya, keringat dingin menetes dari dahinya.
Pak Didin ikut tegang karena sudah hampir dua jam prosedur operasi belum juga usai.

"Pak bagaimana kalau dia..." Ucap Revan dengan nada takut.

"Insyaallah semua akan baik-baik saja, berdoa yang baik-baik saja tuan..." Pak Didin menguatkan Revan yang sepertinya terpukul dengan kejadian ini.

Pak Didin memang tahu sifat dan watak Revan yang keras terhadap siapa saja yang menjadi musuhnya, tapi Ia enggan untuk menyakiti seseorang yang sama sekali tidak pernah mengusiknya, apalagi seorang perempuan. Dia pantang melakukan kekerasan. Kecuali pada saat-saat tertentu itu pun perempuan yang Ia sakiti sudah melakukan hal dibatas kewajaran dan tanpa seizinnya barulah Ia marah.

Akhirnya, pintu ruang operasi terbuka, dan keluarlah Dokter yang baru selesai mengoperasi perempuan yang dibawa oleh Revan yang masih mengenakan baju operasi dengan masker menggantung di lehernya.

"Bagaimana dokter?" Ucap Revan tergesa.

"Operasi berjalan lancar, dia sudah melewati masa kritisnya, tapi...." Ucap dokter itu menggantung kalimatnya.

"Tapi apa dok..?" Perasaan was-was yang sempat hilang kini hinggap kembali di dalam hatinya.

"Bagaimana ya mengucapkannya" ucap Dokter itu seperti ragu.

"Katakan saja Dok, apa yang terjadi..." Ucap Revan dengan tak sabaran.

"Saya takut dia akan mengalami Traumatis setelah sadar"

"Traumatis, karena kecelakaan ini Dok" ucap Revan tak percaya.

"Bukan, bukan karena ini tapi..."

"Tapi karena korban pelecehan seksual kan dok..." Sahut Pak Didin tiba-tiba.

Membuat Revan membulatkan matanya mendengar kalimat pak Didin yang tiba-tiba. Dokter hanya mengangguk pasti membenarkan Kalimat Pak Didin.

"Dari mana Pak Didin tahu.." tanya Revan penasaran.

"Tadi sebelum dia dibawa kesini saya melihat ada luka di lehernya yang dipastikan itu luka lebam bekas cekikan, ada bekas sengatan rokok di bagian paha dan pundaknya dan memar diwajahnya bekas tamparan tangan" terang Pak Didin, Revan mengangguk paham.

"Itu benar Pak, saya perkirakan dia di perkosa oleh tiga laki-laki sekaligus dalam waktu yang sama, kondisi intimnya saya tidak bisa menjelaskan detailnya, intinya mungkin dia akan mengalami Trauma setelah sadar, tapi itu baru prediksi saya"

"Biadab, aku pastikan akan memasukkan mereka ke penjara dan menyesali seumur hidup mereka dan bahkan berharap mati" ucap Revan garang penuh amarah. Dokter yang berhadapan dengan Revan pun di buat ngeri olehnya.

Brangkar yang membawa gadis yang belum diketahui namanya itu keluar dari UGD dengan wajah pucat, Revan terus memperhatikan lekuk wajahnya yang seperti menahan penderitaan dan rasa sakit yang berlebih. Revan mengazam dalam hatinya akan membantu perempuan ini menuntut keadilan. Ia pastikan orang-orang yang menyakitinya akan membusuk di penjara.

"Bukankah pertemuan ini mengingatkan kita pada seseorang, walaupun dalam berbeda cerita" ucap Pak Didin.
Revan terdiam, memori dikepalanya seperti memutar kemasa awal pertemuannya dengan Nuraini.

"Ini berbeda, dan akan selalu berbeda, aku memandang perempuan ini dengan kasihan tapi awal pertama aku melihat Nuraini dengan cinta, cinta pada pandangan pertama bisa dikatakan seperti itu" ucap Revan sembari mengikuti kemana brangkar itu dibawa.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang