Chapter 58

4.6K 217 28
                                    

Teman-teman kesayangankuh.. Terimakasih sudah mengikuti perjalanan Revan-Nuraini, semoga setiap tulisan saya bernilai pahala untuk kita semua, jangan lupa Comment, Vote, dan Follow ya.. Gratis ini. Makasih ya"
-------------------------------------------------------

Tiga Minggu berlalu, kehidupan rumah tangga Nuraini-Revan seperti biasa terlihat harmonis namun siapa sangka ada banyak luka disetiap waktu yang dilalui Nuraini apalagi  sekarang Revan lebih sering lembur bahkan sampai tidur dikantor beberapa malam ini alasannya dia sedang berusaha mengambil tender besar.

Nuraini duduk memejamkan mata, Ia murojaah ayat-ayat pendek dengan fikiran sedikit kacau balau. Hanya tinggal beberapa hari lagi dia akan keluar dari rumah ini, meninggalkan kesehariannya melihat Revan, meninggalkan semua tentang Revan.

Jam menunjukan pukul dua malam, Revan belum juga kembali. Ia kenakan mukena untuk mendirikan sholat tahadjud.

"Ya Allah ya Tuhanku, Pemilik relung hatiku dan pemilik nafasku. Ampuni segala dosa dan kehilafanku, dosa kedua orang tuaku dan dosa orang yang mencintaiku. Ya Allah... Kuatkan aku jika nanti aku tanpanya. Tanpa dia yang selalu menjagaku, yang mengasihiku dan mencin...???  Aku tidak bisa menanggung perih ini lebih lama lagi, engkau maha tahu apa yang aku rasakan saat ini. Untuk itu kuatkan aku lagi dan lagi. Tapi Ya Allah jika boleh aku meminta satu lagi, mohon mudahkan urusan dan ikhtiar suami hamba, Amin" Doa Nuraini.

Ia kembali membawa mushaf kecilnya lalu kembali keruang tengah yang merangkap menjadi ruang tunggunya untuk menanti kedatangan Revan yang akhir-akhir ini selalu lembur. semakin lama matanya semakin berat bahkan bacaan ayatnya pun semakin tidak jelas,  perlahan tapi pasti alam mimpi membawanya semakin dalam hingga Ia tak tahu lagi ayat apa yang Ia baca untuk terakhir kalinya. Sementara ditempat lain.

"pak saya duluan ya pak.... " ucap seseorang karyawan pada atasannya.

"Ok.. Makasih ya Lang kamu sudah memenin saya.. "

"santai saja pak, saya senang bantu bapak kalau bapak minta ditemenin lagi jangan sungkan ya"

"Sip... Sip.. " ucapnya sambil tersenyum dibalik wajah lelahnya.

"saya permisi, Asalamualikum " pamit karyawan bernama gilang itu.

"Walaikumsalam, hati-hati dijalan, Minum kopi biar tidak ngantuk"

"tetap saja pak, ngantuk. Saya kan bukan perokok sama penikmat kopi aktif. Jadi sebanyak apa pun kalau sudah jamnya ngantuk ya ngantuk"

"Hehehehe, ada benar juga kamu. Ya sudah hati-hati ya" ucap Revan

"pak Revan juga hati-hati ya, sekali lagi saya pamit" Revan hanya mengangguk sebagai jawaban permintaan pamit karyawan bernama gilang itu.

"Masyallah kerjaan ini benar-benar menyita waktuku, Ai lagi apa ya sekarang, akh aku kangen kamu! besok pokoknya semua berkas ini harus beres sekarang biar besok agak lenggang dan Ehhmmm...." Revan tersenyum simpul mengingat Nuraini yang mungkin kini sedang tertidur manis.

Revan bergegas membereskan semua berkas dan semua isi ruanganya.

"kenapa tiba-tiba aku ingin rujak mangga" tanyanya sepanjang koridor.

"nyari rujak mangga dulu akh sebelum pulang... Siapa tahu ada. Tapi jam segini nyari rujak dimana?"
Revan berada diparkiran sembari memikirkan kemana dia harus  mencari rujak. Ia melajukan mobilnya membelah ruas kota jakarta yang benar-benar sudah lenggang dari aktivitas manusia. Mata Revan menangkap sesuatu, sepertinya dia kenal dengan sosok yabg baru saja masuk kedalam sebuah mobil.

"sepertinya itu Siska?" tanya Revan sembari beberapa kali menoleh kebelakang memastikan perempuan yang baru saja pergi.

"sebaiknya aku catat no mobilnya, siapa tahu saja penting.." ucap Revan sembari mencatat nomor polisi yang baru saja dilihatnya di notephone-nya. Lalu kembali melanjutkan pencariannya mencari rujak mangga, hampir setengah jam Ia mencari tukang rujak dan tak satupun yang buka. Pastilah tidak akan ada yang buka ditengah malam buta seperti saat ini.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang