Chapter 30

5.5K 182 0
                                    

Revan memacu mobilnya seperti orang yang kehilangan kesadaraanya, Entah mengapa penolakan Nuraini seperti membawa kesadarannya hilang. Hati Revan menjerit keras, jiwanya benar-benar terguncang, Ia sudah siap, sangat siap jika harus berpisah dengan Nuraini tapi entah kenapa rasa sakitnya tak berkurang sedikit pun malah semakin Ia tahan semakin menyiksanya.

Kepalanya merekam jelas bagaimana Nuraini memintanya untuk pergi dari kehidupannya.

"Mas Revan! Aku ingin Mas Revan pulang ke Jakarta, dan jangan pernah kembali lagi, menemuiku apalagi muncul dihadapanku" ucap Nuraini tanpa menoleh sedikitpun pada Revan dengan wajah dingin tetap menatap mentari.
Kalimat itu begitu seakan mencabik-cabik hatinya, membuat Ia diam sepersekian detik. Revan mengejar Nuraini kedalam ruangan, sebelum Nuraini memasuki ruang rawat ibunya Revan berhasil menghadangnya untuk masuk.

"Ada apa lagi Mas, apa kata-kataku tidak jelas, mas Revan harus pulang ke Jakarta hari ini juga" ucap Nuraini membelakangi Revan.

"Aku akan pulang asalkan kamu menjawab pertanyaanku kemarin" Revan mengikuti langkah Nuraini yang jelas sekali berusaha menghindarinya.

"Pertanyaan, pertanyaan apa" ucap Nuraini kini kembali berhadapan dengan Revan. Mata keduanya kembali beradu pandang. Nuraini langsung membuang pandangannya tapi berbeda dengan Revan, Ia memandangi Nuraini dengan tatapan mata menuntut jawaban.

"Pertanyaanku di pantai." ucap Revan. Nuraini sedikit memutar otaknya karena sakit Ibunya sedikit membatasi daya ingatnya.

Sementara Revan menatap Nuraini dengan tatapan seperti

"apa kau sudah ingat sekarang"
"Itu...!" Ucap Nuraini ketika otakny berhasil mengingat pertanyaan Revan ditepi pantai kemarin.

"Jawab aku"

"Mas Revan, aku mohon jangan paksa aku, mengertilah posisiku"

"Justru kamu yang tidak mengerti posisiku Ai"

"Mas...." Nuraini memohon dengan ekspresi tidak sanggup.

"Jawab aku Ai, apa kamu mencintaiku, apa kamu tidak menginginkanku"

Nuraini diam seribu bahasa, air matanya tiba-tiba mengalir deras tanpa bisa Ia tahan.

"Karena aku terlalu mencintaimu Mas, aku ingin kamu pergi dihidupku, karena aku terlalu mencintaimu Mas aku ingin kita sudahi perasaan ini, perasaan yang saling menyiksa, perasaan yang hanya akan menjadi duri dalam hati kita masing-masing, aku tidak mau kamu terluka lebih dalam Mas, tolonglah mengerti aku" pinta Nuraini dengan air mata semakin menderas.

"Lalu apa alasannya, kalau kamu dan aku saling mencintaimu, aku akan bicara dengan ibumu kalau aku akan meminangmu, aku akan meminta izin pada beliau tak perduli sesulit apa pun itu" ucap Revan sungguh, karena harapan dalam hatinya terbit. Bahkan benderang dalam hatinya karena ternyata Nuraini mencintainya, bahkan lebih besar dari yang dia bayangkan.

"Tidak semudah itu Mas, tidak semudah itu. Karena ada Mas Farriq"

Revan terdiam, itu adalah alasan kenapa Nuraini tak bisa menerimanya, karena ada seorang Farriq ditengah-tengah mereka, atau sebaliknya ada dia diantara Nuraini dan Farriq.

"Aku tidak bisa menyakiti Mas Farriq, aku tidak mungkin menyakiti orang sebaiknya, dia terlalu banyak membantuku dan Ibu, selain itu Ibu meminta aku untuk menikah dengan Mas Farriq, itu adalah keharusan yang tidak bisa aku tawar lagi. Aku mencintaimu tapi cintaku pada ibuku adalah segalanya, aku mohon bukan kamu saja yang sakit, bukan kamu saja yang terluka Mas. Aku lebih terluka darimu. Aku tidak bisa melihat kamu kecewa, aku tidak bisa melihatmu menangis, tapi mustahil rasanya aku bisa bersamamu" lanjut Nuraini karena Revan sama sekali tidak merespon kalimatnya.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang