Chapter 69

4.1K 207 90
                                    

Balik lagi.. Makasih udah nugguin ya, Happy Vote, happy write"
Minggu depan Revan - Nuraini bakalan keyemu.
Semoga masih tetap suka ya.
........................................................................

"Lama sekali kita tidak bertemu... Lama aku menunggu, ternyata Allah pertemukan kita ditempat tak terduga" Ucap Revan, keduanya diam, atmosfer disana terasa sangat panas dan canggung. Revan melangkah semakin mendekat didepan perempuan yang masih saja menatapnya gugup.

"kenapa kamu takut, gugup... Kecewa, Atau apa? Bingung kenapa kita bertemu dirumah sakit ini? " ucap Revan semakin sinis. Sementara perempuan cantik yang berdiri di depan Revan semakin pucat pasti seperti tak bernyawa. Iya, perempuan itu adalah Santi dengan pakaian penuh darah dari pasien yang di bawa ke ruang ICU tadi. Pasien itu adalah Mike. Entah apa yang terjadi, dilihat dari kondisi anak itu sepertinya Dia mengalami kecelakaan hebat hingga membuatnya terlihat kritis.

"Revan.....!" ucapnya semakin gugup ketika Revan semakin dekat dengannya dengan tatapan berkilat merah penuh kebencian.

"iyah aku, puas kamu telah menghancurkan rumah tanggaku, menghancurkan apa yang aku miliki sekarang... Puas! Ok Santi... Kamu yang meyulut kembali api kebencianku... Aku sudah belajar ikhlas dengan semua yang kamu lakukan padaku dulu, tapi..."

"Maaf, apa diantara pasien ada yang memiliki golongan darah O, pasien sekarang sedang pendarahan, kalau tidak tolong nyawa pasien tidak bisa tertolong lagi" ucap Dokter tiba-tiba dengan wajah tegang. Santi terlihat bingung. Sementara Revan tersenyum sinis.

"ada dokter, tapi apa tidak bisa di upayakan ditahan atau dilakukan pertolongan pertama, karena bukan saya yang memiliki golongan darah itu? " ucap Revan tegas dan lugas.

"baik kami akan segera usahakan dengan sisa darah yang ada, Tapi harap cepat ya.."

Revan hanya mengangguk sebagai jawaban, dokter itu kembali memasuki ruang operasi meninggalkan Revan dan Santi yang masih dalam keadaan yang sangat mencekam.

"Van aku mohon selamatkan anakku. Aku mohon sama kamu Van?" Santi mulai menangis dengan sembari menangkupkan kedua tangannya.

"aku akan menyelamatkan anakmu, dengan satu syarat kamu akui semua kejahatanmu?"

"atau... "

"atau apa.... " suara seseorang dari arah belakang Santi. Tubuh Santi benar-benar menegang bagai batu, seperti disengat listrik dengan tegangan berjuta Volt membuatnya seolah mati rasa.

"kejahatan apa? " tanyanya sekali lagi.

"Lo tanya saja sama isteri tercinta loh Fer" jawab Revan sinis menatap wajah Ferdinand. Iya! Laki-laki yang ada dihadapannya adalah Ferdinand mantan sahabat baiknya, orang yang sama sekali tidak ingin Ia temui lagi seumur hidup.

"jadi bagaimana Santi, kamu yang bilang atau aku yang mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Atau bukti kecil ini akan menjawab siapa anak yang ada didalam ruang operasi itu?"

"aku semakin tidak mengerti, Mike itu anakku kan, anak kita kan San..." Ferdinand menuntut penjelasan pada Santi yang seperti tidak tahu harus berbuat apa.

"jawab aku...!" bentak Ferdinand keras hingga menarik perhatian pengunjung rumah sakit menoleh bahkan memperhatikan kearah mereka.

"aku.... Mike itu.... " ucap Santi, lidahnya seperti enggan dan berat untuk digerakkan, namun hatinya memberontak dan mengutuk apa yang dilakukan Revan kepadanya.

"maaf apa pendonor darahnya sudah ada" tanya suster.

"saya dok, saya bersedia menjadi donor anak saya"

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang