Pagi menyibak, sisa rintik hujan semalam tertidur diatas dedaunan, Revan sedang mujaroah Al-Quran, sedikit terbata memang, tapi Ia percaya Allah melihat usahanya. Revan melipat sajadahnya, bergegas mandi karena hari ini Nuraini akan pulang, sementara dibawah Nuraini sudah berbenah mengemasi seluruh barangnya, berat pasti tapi ini adalah pilihan yanh harus Dia ambil. Semenjak kehadiranya kehidupan Revan tidak pernah lepas dari masalah, dan kemarin adalah masalah terbesarnya.
Satu demi satu Ia melipat pakaiannya dengan air mata terus meleleh, hampir semalaman Ia menangis hingga menyebabkan matanya sedikit memerah dan bengkak.
"Kalau kakak tidak yakin pulang, kenapa tidak tertahan disini" ucap seseorang dari belakang, Nuraini bergegas menyeka air matanya, lalu berbalik sembari memberikan senyum termanisnya, tentu saja senyum palsu.
"jangan berpura-pura di hadapanku kak, itu tidak akan bisa menipuku" ucap orang lain sembari berjalan menghampiri Nuraini yang langsung terdiam.
"Kak tidak pura-pura Fel, hanya saja, ini yang bisa kakak lakukan" ucap Nuraini dengan nada kembali bergetar, Felisha langsung memeluk erat tubuh Nuraini.
"Jangan pergi Kak, lihat aku baru pakai Jilbab" ucap Felisha melepaskan pelukan dan menunjukan penampilannya yang berhijab dan bergamis.
"Kamu cantik Fel, sangat cantik" ucap Nuraini sembari tersenyum dalam tangisnya.
"Untuk itu kakak jangan pergi, aku mohon" rajuk Felisha, Nuraini hanya menggelengkannya pelan, tanda Ia benar-benar harus pergi.
"Bagaimana sama kak Revan, kak Revan pasti hancur"
"Siapa yang paling hancur disini Fel, aku! Aku mencintainya tapi aku tidak bisa memilikinya, aku mencintainya hanya tidak bisa mengatakannya, aku.. Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku Fel, kamu tidak tahu sebesar apa rasa cintaku untuk Mas Revan, tapi... Sudahlah jangan memancingku untuk ini, Karena aku terlalu mencintai Mas Revan untuk itulah aku pergi. Aku tidak mau terlalu menyakitinya dan menyakiti diriku sendiri. Kami memang dipertemukan, tapi mungkin tidak untuk dipersatukan"
Jawaban Nuraini benar-benar membuat bungkam Felisha, diluar Revan mendengar semua kata-kata Nuraini, Ia berdiri tepat ditembok samping pintu kamar Nuraini.
"Ternyata bukan hanya aku yang terluka, dia pun terluka, entah apa alasanya menolakku tapi aku tahu perasaan Ai yang sebenarnya" ucap Revan sembari mengadahkan kepalanya menatap langit-langit yang entah terasa menimpa paru-parunya.
Revan menghela nafas panjang, mencoba menata hatinya yang kembali rapuh, dirasa perasaanya sudah baik-baik saja menghampiri Nuraini dan Felisha yang masih terisak kecil.
"Sudah siap" tanya Revan dengan senyum yang jelas dipaksakan. Nuraini tak menjawab, Ia hanya mengangguk sembari menyeka jejak-jejak air matanya.
Revan membawakan tas besar Nuraini dengan tangan bergetar."Ai, apa....! Apa tidak nanti saja pulangnya, luka lebammu masih belum sembuh"
"Tidak Mas, Ai harus pulang sekarang" ucap Nuraini berjalan mendahului Revan. Sekali lagi, Revan hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya. Felisha yang amat sangat mengerti perasaan Revan hanya bisa mengelus pundak laki-laki yang sudah dianggap kakaknya itu. Revan tersenyum kecut kearah Felisha.
Mobil Revan menderu meninggalkan halaman rumahnya yang megah, seolah meninggalkan Harapan besar untuk bisa memiliki Nuraini, meninggalkan sejuta harapnya yang melebur dan tertiup angin hingga tak tersisa.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, tanpa suara, Nuraini dengan fikirannya, begitu pun dengan Revan, entah kenapa situasi saat ini seperti membekukan isi kepalanya, yang ada hanya wajah Nuraini yang terus saja membayang bahkan lebih jelas dari sebelumnya, hatinya sakit, ngilu dan perih. Ia hanya mampu diam dan membisu sendiri dengan jalanan yang dilaluinya. Ketika mobilnya sudah memasuki daerah Pandeglang-labuan, terbentang luas lautan dan pantai berserta deburan ombaknya. Nuraini duduk tertidur disamping Revan, wajahnya nampak lelah dan kesakitan karena luka bekas tamparan itu seperti belum hilang dari pipinya yang putih. Revan membuang pandangannya ketika Nuraini menggeliat.
Revan menepikan mobilnya karena keadaan ini membuatnya sama sekali tidak nyaman. Dia benar-benar kehilangan fokusnya karena terus memperhatikan wajah Nuraini.
![](https://img.wattpad.com/cover/80168031-288-k767046.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...