Nuraini mengkerjapkan matanya yang terasa berat, bukan hanya pening yang Ia rasakan tapi juga kebas disekitar tangannya, sekujur tubuhnya terasa mati rasa karena lemas, seluruh tulang-tulangnya terasa terlepas dari setiap persendiaannya. Mata Nuraini menyapu seluruh ruangan seolah memastikan kalau Ia masih di dunia nyata, dan berakhir pada sebuah pemandangan yang membuat matanya membulat seketika ketika melihat Revan tidur terduduk tak jauh dari tempatnya berbaring.
Ia pandangi wajah lelah Revan lekat-lekat, wajah lelah dan tampan dalam waktu bersamaan, lagi setitik air mata jatuh perlahan disudut matanya. Jam weakernya menunjukan pukul sebelas siang, Ia menyikngkap selimutnya mencoba untuk bangkit tapi saat Ia mencoba bangkit ada sesuatu yang menghalangi tangannya. Sebuah jarum infus entah sejak kapan menempel di pembuluh darahnya, yang jelas rasanya sakit.
Nuraini terduduk sembari bersandar di kepala ranjangnya kembali memandangi wajah Revan yan tertidur."Salahkah aku menyimpan perasaan ini, salah aku menginginkan dia yang kutahu jelas berbeda dari duniaku, salahkah aku Ya rabb.. Jika ini sebuah kesalahan sirnakan, hilangkan apa yang tidak mungkin bagiku, aku hanya tidak mau berharap terlalu tinggi hingga pada akhirnya aku jatuh terlalu dalam sampai benar-benar terperosok jauh kedalam pengharapan yang sia-sia, aku tidak mau ada cinta lebih besar melebihi cintaku padaMu, aku percaya bahwa engkau telah menyiapkan seseorang yang istimewa bagiku. Maka dari itu jaga cinta ini dan jatuh cintakan aku pada seseorang yang tidak hanya akan menyakiti hatiku tapi juga orang yang akan mendekatkan diriku kepadaMu" gumam Nuraini dalam hati, airmatanya kembali menetes, entah setiap kali Ia melihat wajah Revan dadanya terasa sesak, sesak karena disiksa perasaan yang tak tersampaikan. Kalau tersampaikan berlebihan setidaknya Ia ingin Revan tahu tentang perasaannya lewat diam, tapi bagaimana Revan akan tahu perasaannya kalau Ia sendiri tidak pernah berani mengungkapkan rasa cintanya bahkan pada dirinya sendiri.
"Ini bagaimana cara melepasnya" ucap Nuraini pada dirinya sendiri sembari memperhatikan jarum infus yang menempel ditangannya.
"Aww.....aww..." ringis Nuraini ketika Ia membuka satu persatu plester yang merekatkan jarum infusnya karena merasa jarum itu bergeser.
"Sakit...!" ucapnya sembari meletakan plester yang berhasil dia lepas diatas nakas, sekarang Ia beralih ke plester keduanya, masih dengan meringis Ia mencoba menahan sakit karena lagi jarumnya bergeser, ada rembesan darah kecil diatas kapas putih yang menutupi jarum diatas tangannya.
"Apa yang kamu lakukan" tiba-tiba suara berat seseorang mengejutkan Nuraini. Ia mendongkak menatap wajah yang tadi tertidur lelah sekarang terbuka selebar-lebarnya.
"Mas Revan! Ini anu, aku mau lepas jarum ini, sakit Mas" ucap Nuraini.
"Tapi kamu perlu istirahat Ai, infus itu akan membuatmu cepat sembuh""Aku sudah tidak apa-apa mas, beneran" ucap Nuraini sembari tersenyum lebar, bukan Revan namanya kalau percaya begitu saja.
"Tidak boleh, kamu harus istirahat" Revan memaksa untuk beristirahat.
"Aku sudah sembuh, jadi lepaskan saja tanganku sakit Mas!"
"Boleh, tapi dengan satu syarat" tawar Revan serius, tanpa fikir panjang lagi Nuraini mengiyakan permintaan karena dikebas ditangannya sudah tak bisa Ia tahan.
"Tapi kamu jawab yang jujur ya" lanjut Revan, sekali lagi Nuraini mengangguk dengan lebih pasti.
"Kenapa, kenapa kamu pingsan dan kenapa kamu menangis semalaman?" tanya Revan yang membuat Nuraini terdiam seketika. Tubuhnya diam tapi Revan bisa merasakan ada rasa takut dan luka disana. Nuraini masih diam sembari menunduk, tangannya mengepal meremas selimut seolah ingin meluapkan segala emosinya disana, Ia diam dan tak bergeming.
Ai.. Angkat kepalamu, dan tatap mataku" ucap Revan lembut. perlahan-lahan Nuraini mengangkat wajahnya namun masih belum berani menatap mata Revan.
![](https://img.wattpad.com/cover/80168031-288-k767046.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...