Revan bersiul kecil ketika mobilnya sampai dipelataran rumahnya. Ada rasa bahagia ketika Ia sampai dirumah selalu saja ada senyuman yang meneduhkan ketika Ia sampai dirumah yang dulu sunyi. Ada tawa dan ada suara lembut Nuraini yang selalu memanjakan telinganya. Revan menekan klaskson mengisyaratkan bahwa dia meminta agar pagar setinggi dua meter itu dibuka.
"pak Didin tidak ada orang yang datang kan? " tanya Revan.
"tidak ada tuan"
"Ai ada? "
"ada tuan, nyonya ada tadi barusan nyiram bunga, tapi..." ucap Pak Didin ragu.
"tapi... Tapi apa pak?" tanya Revan penasaran.
"tapi nyonya terlihat murung, tidak tahu kenapa, sebelum saya berganti tugas sama nyonya ekspresi dan sikapnya masih biasa pas balik dari dalam kelihatan murung" terang Pak Didin.
"makasih ya pak, saya chek dulu" ucap Revan sembari bergegas memarkirkan mobilnya digarasi. biasanya Ia akan disambut oleh senyum dan cium tangan Nuraini tapi sore ini berbeda.
"Yang....! "teriak Revan setelah meletakan tas kantornya diatas sofa.
"Yang... " panggilnya sekali lagi, terdengar ada sesuatu benda jatuh dari arah dapur. Revan langsung bergegas kearah asal suara.
"yang...! " ucap Revan ketika mendapati Nuraini sedang memungut pecahan beling diatas lantai.
"eeh.. Mas kapan datang. Maaf aku tidak mendengar kedatangan Mas" ucap Nuraini dengan senyuman manisnya hanya saja itu sangat jelas dipaksakan.
"kamu kenapa, hem? " ucap Revan turut membantu Nuraini memberirsihkan pecahan beling.
"Aku tidak apa-apa, sebaiknya mas makan dulu, abis itu mandi. Biar ini aku saja yang membereskannya.. " ucap Nuraini meminta Revan ubtuk untuk bergegas mandi.
"yasudah kamu hati-hati ya, mas makan dulu" Revan meninggalkan Nuraini yang sudah hampir mengumpulkan pecahan beling tinggal menyapunya saja.
Setelah pekerjaannya beres, Nuraini menemani Revan makan. Ia hanya diam menatap Revan yang sedang menikmati makanan yang dia sajikan dengan begitu lahapnya.
"kenapa kamu melihat Mas seperti itu, kamu tidak makan Yang" ucap Revan sadar kalau dia sedang diperhatikan.
"tidak apa-apa koq mas, Ai hanya penasaran saja"
"penasaran? Soal?"
"penasaran sama perempuan yang di supermarket itu loh. Koq kayaknya dia kenal Mas Revan? Mas Revan yakin tidak kenal perempuan itu? " ucap Nuraini santai namun membuat reaksi yang luar biasa yang diberikan Revan. Bahkan Ia sampai tersedak karena saking terkejutnya mendengar pertanyaan Nuraini.
"ya tidaklah Yang, Mas gak kenal sama perempuan itu" ucap Revan gugup setengah mati, namun Ia coba untuk bisa sebiasa mungkin.
"ya sudah mas Revan lanjutkan makanannya" ucap Nuraini dengan senyum dingin.
"kamu kenapa tiba-tiba menayakan perempuan itu" ucap Revan penasaran.
"tidak apa-apa, cuam dia cantik ya"
"jauh lebih cantik kamu kemana-mana Yang" puji Revan tulus, lagi Nuraini hanya tersenyum kecut.
Tidak ada perbincangan apa-apa lagi diantara mereka, yamg ada hanya saling diam dan larut dalam fikirannya masing-masing.
"Maafkan aku Yang... Aku tidak pernah bermaksud membohongimu" gumam Revan sembari melanjutkan makannya walaupun selera makannya sudah menguap entah kemana semenjak Nuraini membahas tentang Santi, orang yang sama sekali tidak ingin Ia ingat lagi namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
SonstigesCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...